💭ִ ♡‧₊˚🧸✩ ₊˚🧁⊹
“Saya pamit pulang dulu, semoga kamu lekas sembuh.” Ankara beranjak pamit. Dia menyalami tangan temannya yang bernama Emir dengan sopan.
“Baiklah hati-hati, terima kasih sudah menjenguk. Maaf jadi merepotkan,” ujar Emir.
Ankara tersenyum simpul dan memasuki mobilnya, dia membunyikan klakson sebagai tanda pamit lantas melajukan mobilnya untuk pulang.
Di tangan perjalanan, Ankara merasakan kepalanya berdenyut. Sedari tadi dia sudah menahan pusing, tenggorokannya juga terasa tidak enak. Bukan mau berprasangka buruk, namun Ankara berpikir bisa saja dirinya akan jatuh sakit.
Ankara tersentak kaget tatkala seorang pengendara motor mengetuk kaca mobilnya, dia mengerutkan dahi bingung dan tetap melajukan mobilnya.
“Astaghfirullah, siapa mereka?” gumam Ankara waswas.
“WOI BERHENTI!”
Ankara semakin terkejut saat ada banyak motor lain yang mengerubungi mobilnya. Dia menginjak rem mobil mendadak lantaran di depannya ada sebuah motor yang menghadang.
Menghela napas panjang, Ankara memilih turun dari mobil dikarenakan mereka terus mengetuk kaca jendela. Belum juga melontarkan satu pertanyaan, wajah Ankara sudah dipukul. Sontak saja pria itu kaget.
“Akhirnya gue bisa mukul lo juga, dasar sok jagoan!” Seorang pemuda tidak lain adalah Jerico melangkah maju, melayangkan pukulan kembali di wajah Ankara.
“Ini buat lo karena udah bikin gue malu! Gara-gara lo menang balapan waktu itu, gue jadi dipermalukan!”
Ankara diam saja saat Jerico kembali memukulinya, dia terdiam memikirkan ucapan Jerico. Ankara seketika paham letak masalahnya di mana, mereka pasti mengira dirinya ini Askara.
Jerico terkekeh, dia merasa sudah menang membuat Ankara babak belur. Pemuda itu mendorong tubuh Ankara hingga menabrak badan mobil, saat ingin melayangkan pukulan kembali tangan Ankara menahannya. “Kamu salah orang, bukan saya yang kamu cari,” ujar Ankara membuat Jerico mengerutkan dahinya bingung.
“Maksud lo apa hah?”
Ankara menarik bibirnya membentuk senyum sinis, dia memelintir tangan Jerico membuat pemuda itu meringis. “Sudah saya bilang kamu itu salah orang, kamu ingin memukuli Askara bukan? Tapi sayang sekali, saya bukan Askara yang kamu cari.”
“Maksud lo apa sih?! Ya lo Askara, kan? Nggak usah pura-pura lupa deh pake ngubah bahasa lo! Kalau lo bukan Askara terus siapa? Orang mirip gitu,” ujar Jerico seraya menahan sakit tatkala Ankara masih memelintir tangannya.
“Saya saudara kembarnya.”
Hening sejenak, sebelum terdengar tawa meledek dari beberapa orang di sana. Terutama Jerico yang tidak percaya. Selama ini, dia tidak pernah tau jika Askara memiliki kembaran. Maklum saja karena Ankara tinggal di negara orang selama bertahun-tahun.
“Bohong, ya, lo? Sejak kapan punya kembaran?”
Ankara terkekeh, dia mendorong tubuh Jerico hingga ambruk ke tanah. “Tentu saja sejak masih di dalam kandungan.” Ankara membenahi bajunya yang sedikit kusut, dia berjongkok dan mencengkram kerah kemeja Jerico. “Saya tidak tahu siapa kamu, dan saya tidak mengenal kamu. Tapi, pasti kamu mengenali saya karena saya sangat mirip dengan Askara. Saya katakan sekali lagi kalau kamu salah orang, saya bukan Askara melainkan Ankara. Saya tidak tahu kamu mempunyai masalah apa dengan adik saya, saya minta maaf atas namanya jika Askara memiliki salah pada kamu. Tapi saya peringatkan sama kamu, jangan pernah menyentuh adik saya. Kalau saya tahu Askara luka-luka, maka kamu orang pertama yang saya cari. Mengerti?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hatiku
RomanceStory 3 Pertemuan singkat di antara keduanya menumbuhkan benih-benih cinta dalam diri Ankara. Siapa sangka jika ternyata perempuan yang ditemuinya itu adalah calon istri saudara kembarnya yang telah dipilihkan orang tuanya lewat perjodohan. Beberapa...