💭ִ ♡‧₊˚🧸✩ ₊˚🧁⊹
“Namanya Aisha. Aisha Janeeta Syarafana, calon istri Kak Aska. Cantik, ya?”
Detik itu juga raut wajah Ankara berubah datar, senyum tipis yang terukir di bibirnya tadi perlahan menghilang. Ada perasaan kecewa menyelinap dalam hatinya yang tidak bisa Ankara jelaskan.
Mendengar nama calon istrinya disebut, Askara sontak duduk tegap. Dia meraih foto yang Aluna sodorkan dan mengamatinya dengan saksama.
Aisha sangat cantik. Dalam foto itu, Aisha mengenakan kerudung pasmina warna coklat dan gamis putih. Tidak ada ekspresi wajah sama sekali, hanya raut datar tanpa senyuman.
Askara menganggukkan kepalanya. “Lumayan,” katanya.
Aluna terkikik geli mendengar ucapan Askara, dia beralih memberikan foto calon istri Ankara. “Ini calon istri Abang, namanya Syazani atau biasa dipanggil Asya. Nama lengkapnya Syazani Janeisha Azzahra, kakak kandung Aisha. Dia mondok di pesantren Buya sejak umur 10 tahun loh,” ujar Aluna memberitahu.
Ankara mengamati foto Asya tanpa ekspresi. Dalam foto itu Asya mengenakan gamis hitam dan jilbab panjang menutupi dada dengan warna senada. Harusnya Ankara merasa kagum sebab Asya menutupi wajahnya dengan sebuah kain yang biasa disebut niqab, tetapi Ankara sama sekali tidak ada perasaan tertarik. Dia justru terbayang-bayang dengan foto Aisha yang sangat jauh berbeda dengan kakaknya.
Perasaan apa ini Ankara pun tidak mengerti.
Aluna yang menyadari ekspresi tidak biasa dari anak sulungnya pun bertanya. “Abang kenapa? Kok mukanya gitu? Apa ada yang salah?”
“E-enggak, Bun,” jawab Ankara sedikit gugup.
“Nah, karena kalian udah tahu calon istri kalian. Buna ingin mengenalkan kalian sama mereka, nanti kalau Abang udah pulang ke Indonesia kita temui mereka, ya? Membicarakan lebih lanjut mengenai pernikahan kalian.”
“Iya terserah Buna aja.” Askara yang membalas, Ankara justru hanya diam.
“Abang izin ke kamar dulu, ya, Bun.” Pamit Ankara. Pria itu melangkahkan kaki ke kamarnya dengan sedikit berat.
Setelah menutup pintu kamar, Ankara berjalan menuju balkon. Dia memegang tiang pembatas balkon dan menatap pemandangan kota yang sudah mulai sore.
Ankara menghela napas, dia benar-benar tidak tahu ada apa dengan perasaannya saat ini. Dia terus-menerus mengingat gadis bernama Aisha itu.
“Astaghfirullah ya Allah, apa yang terjadi dengan saya? Mengapa saya terus mengingat gadis bernama Aisha itu? Ini salah, dia calon istri adik saya, tidak mungkin saya menyukainya.”
Ankara memijat pelipisnya, dia mengucap kalimat istigfar berkali-kali sampai suasana hatinya membaik. Bagaimana caranya supaya dia melupakan gadis itu?
Perbandingan antara Asya dan Aisha terlihat sangat jelas. Hanya dalam sekali lihat fotonya, Ankara pun tahu siapa di antara mereka yang lebih baik. Asya memakai niqab di wajahnya, sementara Aisha tidak. Namun, Ankara seakan tidak bisa mengendalikan diri, dia justru jatuh hati pada Aisha dan merasa ingin membimbing gadis itu.
“Ya Allah, sebenarnya apa yang sedang Engkau rencanakan? Mengapa hamba bisa menaruh rasa pada gadis yang baru sekali hamba lihat lewat fotonya? Terlebih gadis itu adalah calon istri adik hamba ....”
Ankara mengusap wajahnya kasar, pria itu melangkahkan kaki ke kamar mandi. Berniat mengambil wudhu dan melakukan tadarus saja daripada terus memikirkan gadis bernama Aisha yang bisa saja akan menimbulkan dosa jika diingat-ingat.
💭ִ ♡‧₊˚🧸✩ ₊˚🧁⊹
“Abang!”
Ankara yang baru selesai melakukan tadarus sontak terkejut tatkala mendengar teriakan Syila. Pria itu melangkahkan kaki untuk membuka pintu kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hatiku
RomanceStory 3 Pertemuan singkat di antara keduanya menumbuhkan benih-benih cinta dalam diri Ankara. Siapa sangka jika ternyata perempuan yang ditemuinya itu adalah calon istri saudara kembarnya yang telah dipilihkan orang tuanya lewat perjodohan. Beberapa...