Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445H, mohon maaf lahir dan batin semua✨🤍
💭ִ ♡‧₊˚🧸✩ ₊˚🧁⊹
Askara berjalan gontai menuju kamar orang tuanya, dia mengetuk pintu dan tidak berselang lama muncul Aluna yang terkejut mendapati keberadaan Askara. Aluna mengernyitkan kening heran melihat raut wajah Askara tampak lesu seperti orang yang tidak memiliki semangat hidup.
“Ada apa, Kak? Wajahnya lesu banget,” tanya Aluna.
Terdengar helaan napas panjang dari Askara, sebelum menjawab pertanyaan Aluna, dia melirik kanan-kiri memastikan sekeliling sepi. Askara memajukan tubuhnya berbisik di telinga Aluna. “Buna ada daster nggak?”
“Daster?” tanya Aluna memastikan yang dibalas anggukan kepala oleh Askara. “Iya, ada. Mau buat apa?”
Askara menggaruk kepalanya seraya memalingkan wajahnya yang memerah, merasa bingung sekaligus malu mengatakannya. “I-itu Asya masa suruh Kakak buat pakai daster, Bun,” ujar Askara sengaja memelankan suaranya.
Aluna tidak bisa menutupi rasa terkejutnya, lima detik kemudian wanita paruh baya itu tertawa terbahak-bahak hingga tanpa sadar memukuli bahu putranya. Askara memutar bola matanya malas, sudah dia duga pasti akan mendapat respons seperti ini.
“Istigfar, Bun,” tegur Askara karena Aluna masih saja tertawa.
Aluna memegangi perutnya yang terasa keram akibat terlalu lama tertawa, mengusap sudut matanya yang berair kemudian berusaha menghentikan tawanya. Aluna menarik napas panjang dan menghembuskannya, menatap Askara di depannya. “Katanya badboy, disuruh pakai daster sama istrinya kok mau,” goda Aluna membuat Askara hanya bisa bersabar.
“Bun, udah deh,” rengek Askara tidak suka digoda seperti itu, telinganya sudah memerah. “Mana dasternya? Keburu Asya ngambek nanti.”
“Iya iya sabar,” ujar Aluna geleng-geleng kepala lantas masuk ke kamar untuk mengambilkan daster miliknya dan memberikannya pada Askara.
“Makasih. Pinjem bentar, ya, Bun,” kata Askara.
Aluna menganggukkan kepalanya santai. Setelah itu Askara berniat kembali ke kamarnya, namun terkejut begitu berbalik badan sudah ada Asya di belakangnya. “Aku udah dapet dasternya, ayo ke kamar,” ajak Askara.
Asya menggelengkan kepalanya membuat Askara menatapnya heran dan bertanya-tanya. Asya melirik sekilas pada Aluna yang masih berdiri di depan pintu. “Buna, izin pinjam dasternya sebentar, ya.”
“Iya, santai aja.”
Asya menganggukkan kepala, kembali memusatkan perhatiannya pada Askara. “Ganti di sini aja daripada bolak-balik ke kamar. Habis itu aku mau lihat Mas Aska joget,” ujar Asya membuat Askara membelalakkan mata sementara Aluna yang mendengarnya menahan tawa.
Askara menarik tubuh Asya agar mendekat padanya, menunduk menatap Asya yang tingginya hanya sebatas dadanya. “Kamu yang benar aja, sayang? Ada Buna loh, di kamar aja, ya?” bujuk Askara sedikit berbisik seraya melirik Aluna sekilas.
“Nggak mau, di sini aja, Mas. Cuma Buna sama aku yang lihat kok, nggak ada orang lain di sini.” Asya menatap ibu mertuanya lagi. “Nggak apa-apa, kan, Buna?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hatiku
RomanceStory 3 Pertemuan singkat di antara keduanya menumbuhkan benih-benih cinta dalam diri Ankara. Siapa sangka jika ternyata perempuan yang ditemuinya itu adalah calon istri saudara kembarnya yang telah dipilihkan orang tuanya lewat perjodohan. Beberapa...