🦋11: Insiden

1.6K 177 65
                                    

💭ִ ♡‧₊˚🧸✩ ₊˚🧁⊹


Asya, Aisha, Ankara dan Askara tengah berada di sebuah toko perhiasan untuk membeli cincin pernikahan. Ada Aluna yang menemani mereka, Syila tadinya ingin ikut tetapi tidak bisa sebab masih ada urusan di kampus.

Dua lelaki itu hanya berdiri dan memandang berbagai macam cincin yang ada, tidak ikut memilih karena mereka tidak terlalu paham. Biarlah para perempuan yang memilihnya.

Aisha sangat malas, kalau bukan paksaan Asya yang menyuruhnya untuk ikut dia pasti akan menghabiskan waktu seharian di kamar, bermalas-malasan.

“Kalian suka yang mana?” tanya Aluna seraya ikut memilih-milih.

“Belum tau Buna, masih bingung,” jawab Asya sopan.

“Aisha?”

Mata Aisha langsung melotot, dia sedari tadi tengah menahan kantuk dan tidak mendengar dengan jelas percakapan mereka. “A-ah, Aisha juga bingung,” ujar Aisha.

Aluna mengangguk lantas mereka kembali sibuk memilih cincin lain. Hampir 30 menit namun belum ada tanda-tanda akan selesai, Askara dibuat berdecak kesal.

“Lama banget,” cibir Askara pelan.

Aisha melirik sinis pada Askara.

“Ini aja,” celetuk Ankara tiba-tiba seraya menyodorkan sebuah cincin yang sangat sederhana ke hadapan Asya.

Asya terperanjat, dia melirik Ankara yang berdiri di sebelahnya. Tenang saja, mereka masih menjaga jarak kira-kira dua langkah.

Asya mengamati cincin yang Ankara pilih, dia beralih memandang sebuah cincin di tangan kirinya yang sudah dia pilih. Asya bingung, dia memikirkan cara bagaimana menolak cincin yang Ankara pilihkan tanpa menyinggung perasaannya.

Menyadari itu, Ankara menghela napas pelan dan berkata, “Kalau memang kamu tidak suka juga tidak apa-apa, saya hanya menyarankan. Kamu bisa memilih sesuai keinginanmu,” ujarnya.

Asya menunduk merasa bersalah. “Maaf.”

“Tidak apa-apa,” ujar Ankara santai.

Aisha mendengar percakapan itu begitu pun dengan Aluna, wanita yang tidak lagi muda itu tersenyum melihat interaksi keduanya yang masih tampak malu-malu.

“Asya, sudah menemukan cincin yang disuka?” tanya Aluna yang dijawab anggukan kepala dari Asya.

Aluna menolehkan kepala pada Aisha yang masih terlihat bingung. “Aisha, belum nemu?”

Aisha meringis, wajahnya memerah merasa malu. Tanpa sengaja tatapan Aisha tertuju pada cincin di hadapan Asya, tangannya tergerak mengambil cincin itu dan bibirnya melengkungkan senyum kecil. “Aisha mau yang ini aja, ya, Buna, boleh?”

Ankara bergeming kaku melihat itu, cincin yang Aisha pilih adalah cincin yang dia sarankan kepada Asya tadi. Lagi-lagi kebetulan ini terjadi membuat Ankara semakin bimbang.

“Aisha mau yang ini? Enggak mau yang lain?” tanya Aluna heran. Cincin yang Aisha pilih sangat sederhana, ada beberapa berlian kecil yang menghiasinya.

“Iya, yang ini aja,” kata Aisha sambil tersenyum tipis. Entah mengapa dia menyukai cincin itu yang jauh dari kata mewah.

Askara semakin merasa ada yang aneh, terlebih ketika dia menatap abangnya yang tengah senyum-senyum sendiri.

💭ִ ♡‧₊˚🧸✩ ₊˚🧁⊹

Aisha menutup pintu kamarnya kemudian berjalan menuju dapur, saat akan menuruni undakan tangga dia tidak sengaja mendengar suara tangisan kakaknya dari dalam kamar. Aisha mengintip ke dalam, dikarenakan pintu kamar yang tidak tertutup rapat dia bisa melihat kakaknya yang tengah menangis di atas sajadah.

Pilihan HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang