🦋10: Khitbah

1.8K 180 27
                                    

💭ִ ♡‧₊˚🧸✩ ₊˚🧁⊹

Aisha melirik Asya yang hanya diam tanpa menjawab, gadis itu menyenggol lengan kakaknya membuat Asya tersentak. Asya mendongak menatap mereka yang tengah menatapnya, dia menundukkan kepalanya merasa malu.

“Asya, apa jawaban kamu?” tanya Fiandra lagi.

Asya menghembuskan napas panjang, melihat tatapan Fiandra yang seolah menyuruhnya untuk menerima pinangan itu membuat Asya bimbang. Dengan perlahan, Asya menganggukkan kepalanya. Mereka langsung tersenyum senang.

Lalu tatapan Fiandra beralih pada Aisha, dia pun menanyakan hal yang sama. “Aisha.” Untuk sesaat Aisha terkesiap lantaran Fiandra memanggilnya dengan lembut. Namun, dia menyadari jika Fiandra hanya bertingkah pura-pura baik di depan orang lain. “Nak Askara ingin meminang kamu untuk menjadi istrinya, apakah kamu bersedia?”

“Enggak,” jawab Aisha cepat. Fiandra sontak menatap Aisha dengan tajam, barulah gadis itu sadar apa yang sudah dia katakan. Aisha tersenyum canggung, dia meralat ucapannya. “Eum itu maksudnya ... Aisha masih bingung, boleh kasih waktu dulu enggak beberapa hari?”

Fiandra hendak menyela, tetapi Aluna dengan cepat mendahuluinya. Wanita itu berbicara penuh kelembutan. “Tentu boleh, sayang. Kamu berhak memikirkannya lagi, kami enggak memaksa kok.”

Aisha sedikit tertegun mendengarnya. “M-makasih Tante.”

Aluna tersenyum kecil. “Panggil Buna aja,” katanya.

Aisha semakin dibuat terkejut karenanya. “A-ah iya, Buna.”

“Kalau begitu, berapa hari waktu yang Aisha butuhkan untuk menjawab pinangan Askara?”

Aisha menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, dia bertatapan dengan Fiandra yang menatapnya tajam. Aisha mendengus pelan. “Tiga hari mungkin ... enggak apa-apa, kan?”

“Enggak apa-apa kok, Aisha,” sahut Syila.

Aisha mengangguk dan menghela napas lega. Setidaknya dia bisa mempertimbangkan lebih dulu mengenai perjodohan ini, walau ujung-ujungnya dia pasti akan dipaksa Fiandra untuk menerima. Aisha yakin itu.

“Baiklah, sekarang bagaimana kita lakukan nadzor saja? Supaya Ankara bisa melihat wajah Asya?” Althair mengalihkan pandangannya pada Ankara yang sedari tadi hanya diam. “Pandanglah wajah Asya tanpa ada syahwat dalam dirimu,” ujar Althair memperingati.

Ankara menghela napas, dia mengangguk pelan.

Nadzor termasuk sarana taaruf secara syar'i yang diperintahkan oleh Rasulullah bagi calon pasangan yang hendak menikah. Jabir Radhiyallahu Anhu meriwayatkan, Rasulullah bersabda: “Apabila salah seorang di antara kamu hendak meminang seorang perempuan, kemudian dia dapat melihat sebahagian apa yang kiranya dapat menarik untuk mengawininya maka kerjakanlah.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Tangan Asya sudah berkeringat dingin, dia merasa malu sebab selama ini dia tidak pernah menunjukkan wajahnya pada pria selain mahramnya. Tetapi semua ini harus dilakukan untuk kebaikan keduanya.

Pelan tapi pasti, Asya melepas nikab yang dikenakan hingga terlihatlah wajah cantik yang selama ini dia tutupi.

Ankara mengangkat kepalanya dan bergumam, “Maa Syaa Allah tabarakallah.”

Katakan saja Ankara jahat dan tidak sopan, sebab dalam waktu tiga detik yang Ankara tatap wajahnya bukanlah Asya melainkan Aisha.

💭ִ ♡‧₊˚🧸✩ ₊˚🧁⊹

“Mana sih tuh cowok?!” gumam Aisha sedikit memaki. Pasalnya dia tengah mencari pria yang akan dijodohkan dengannya, keluarga mereka memang belum pulang. Ada beberapa hal yang perlu dibahas para orang tua.

Pilihan HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang