🦋45: Pelukan Seorang Ayah

900 147 33
                                    

💭ִ ♡‧₊˚🧸✩ ₊˚🧁⊹

Kemarin malam Aisha sangat ingin memakan durian, setelah dibelikan dia justru tertidur hingga membuat Ankara tidak tega membangunkannya. Namun, lihatlah pagi ini, Aisha justru mual-mual mencium aroma duriannya.

“Kenapa ada durian di sini sih? Nggak enak baunya!” Aisha mengomel seraya berjalan ke wastafel dan memuntahkan cairan bening untuk ketiga kalinya.

Ankara di belakangnya hanya menghela napas sabar, dia memijat tengkuk Aisha dan membersihkan bibir Aisha dengan tisu. “Masih mau muntah?” tanyanya dibalas gelengan kepala dari Aisha.

“Ais nggak suka bau durian, buang aja,” titah Aisha melirik sebuah durian yang tergeletak di atas meja.

“Kemarin kamu yang minta, katanya ngidam mau makan durian,” ujar Ankara membuat Aisha melototkan mata.

Jari telunjuk Aisha mengarah pada dirinya sendiri. “Ais yang minta? Kok Ais nggak ingat apa-apa?”

“Iya, semalam kamu pengin banget makan durian. Pas Abang udah dapat duriannya, kamu malah tidur,” jelas Ankara.

Aisha menggaruk alisnya bingung, sungguh dia tidak mengingatnya. “Itu artinya Ais udah nggak pengin, jadi buang aja duriannya. Mual banget cium baunya,” ujar Aisha menutup mulutnya tatkala dia kembali merasa mual.

“Mubazir kalau dibuang,” kata Ankara.

“Terserah Abang mau diapain, asal jangan ada di sini. Buang jauh-jauh duriannya!” Aisha mendorong-dorong bahu Ankara agar segera membuang durian tersebut. Tidak kuat hidungnya mencium aroma durian yang sangat menyengat.

“Iya, iya, sabar.”

Ankara akhirnya membawa durian itu keluar rumah dan memberikan pada satpam yang berjaga di rumahnya. Setelah itu dia kembali masuk, lebih tepatnya berjalan ke arah dapur.

“Ayo sarapan,” ajak Ankara.

Aisha menggelengkan kepala, menopang kedua tangannya di meja sembari menatap berbagai macam makanan yang terhidang. Makanya tampak enak, tapi Aisha merasa belum lapar.

“Ais belum lapar, Abang makan duluan aja,”

“Kamu harus makan, Sayang. Sedikit aja, ya?”

Aisha tetap menggeleng, dia menjauhkan sepiring nasi yang Ankara suguhkan di hadapannya. Wanita itu mengambil sepotong roti tawar kemudian mengoleskan selai stroberi di atasnya. “Ais makan ini aja sama minum susu, boleh?”

Jurus andalan Aisha ialah memasang wajah memelas juga bibir cemberut yang mana membuat Ankara tidak bisa menolaknya. Aisha tersenyum senang dan langsung melahap roti tersebut.

Ankara masuk ke dapur untuk membuatkan Aisha susu, dia kembali dan meletakkan susu yang dibuatnya ke hadapan Aisha. Bersamaan itu, mereka mendengar kedatangan dua orang tidak lain Althair dan Aluna.

Melihat kedatangan ibu mertuanya, Aisha spontan beranjak dan memeluk Aluna. “Buna, Ais kangen!”

Aluna terkekeh seraya membalas pelukan sang menantu, diusapnya punggung Aisha lembut seraya membalas, “Buna juga kangen sekali sama menantu Buna ini. Gimana kabar Ais? Apa sudah lebih baik?”

Masih dengan posisi memeluk ibu mertuanya, Aisha mendongak menatap mata Aluna. Rasanya dia seperti memeluk bundanya sendiri. “Alhamdulillah Ais baik-baik aja. Buna sama Abi juga gimana kabarnya?”

“Alhamdulillah kami baik.” Aluna mengusap pucuk kepala Aisha penuh sayang. “Buna senang sekali melihat Aisha bahagia seperti ini, terus bahagia, ya, sayang?”

Pilihan HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang