TTP || Past?

111 9 12
                                    

Dering jam weker terus menginterupsi sejak semenit yang lalu, tanpa henti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dering jam weker terus menginterupsi sejak semenit yang lalu, tanpa henti. Ingin ku abaikan, tapi semakin lama deringnya kian memekakkan telinga. Mengganggu sekali!

Tak!*

Lantas ku tekan benda bulat itu—cukup kesal, seketika itu dia bungkam. Aku menggeliat, mencoba melepas pegal di beberapa bagian tubuh. Butuh mengerjap beberapa kali guna menyesuaikan cahaya yang memasuki retina, tetapi setelah berada di titik sempurna.. aku membelak.

OH! Tempat ini?!

Sontak aku beranjak duduk, terlalu terkejut perihal keadaan sampai punggungku tanpa sengaja membentur punggung tempat tidur. Cukup nyeri, tapi apa yang kulihat saat ini mengalahkan segalanya.

Atensiku berpendar, mengamati setiap sudut ruangan ini dengan penuh ketidakpercayaan. Langit-langit kamar yang di-desain menyerupai langit berawan, begitupun dengan dinding bernuansa blue sky itu—terdapat beberapa lukisan dan ornamen kecil berbentuk awan.

Tempat tidur single size yang ku tempati saat ini bersprei biru langit—semua yang ada disini nyaris bernuansa biru. Pun dengan sofa di sisi kananku. Hanya lemari dengan nakas yang memiliki warna berbeda;putih. Tapi jam weker itu, lagi-lagi berwarna biru.

Jelas ini bukan kamarku di rumah Jungkook!

Nuansa kamarku dengan Jungkook tidak begini. Dan sejauh ini aku baru menyadari.. aku tidak memasang jam weker di kamarku. Tapi kamar ini juga tidak asing untukku.

Oh, bagaimana bisa aku ada disini?

Bukankah seharusnya aku berada di dalam sel bersama Jisoo, Irene dan Tzuyu? Lantas dimana mereka sekarang? Dan bagaimana caranya aku bisa ada disini?

Apakah ini ulah mereka—yang pada akhirnya memanggil seseorang untuk membawaku pergi sebab mereka menyadari aku pingsan?

Ah, tapi ini bukan rumah sakit. Pun tempat ini terlalu jauh untuk aku bisa berada disini hanya dalam waktu satu malam.

Aku nyaris terlonjak tatkala atensiku tanpa sengaja bertumbuk pada cermin besar di sisi kiriku—dimana tubuhku terpantul disana. Lantas aku turun dari tempat tidur dengan tergesa, menuju cermin untuk memastikan pandanganku.

Ini seperti fatamorgana.

Tapi sekali lagi ku amati tubuhku tanpa terkecuali, terutama wajah. Ah, sungguh. Aku tidak tahu ini ilusi semacam apa, tapi aku tidak mempercayai pandanganku saat ini. Yang ada di pantulan cermin itu, ..

To The Past || HYUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang