TTP || [No] Need Pills

68 7 7
                                    

Semalam, aku berakhir pingsan di bawah kekuasaan Yoongi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semalam, aku berakhir pingsan di bawah kekuasaan Yoongi. Aku tidak bisa bertahan dari segala serangan serta perlakuan kasarnya.

Aku sendiri tidak yakin dengan waktu empat jam yang telah ku sebutkan. Pasalnya aku tidak tahu apakah Yoongi sungguh berhenti di detik aku kehilangan kesadaran, atau justru dia tetap lanjut akan tindakan bejadnya itu.

Yang jelas pagi ini—disaat aku membuka mata—aku merasa hancur di sekujur tubuh. Rasanya remuk di seluruh sendi, sakit sekali. Pergelangan tanganku berakhir merah—nyaris menyerupai lebam, pun sedikit lecet sebab pergesekan belt.

Jangan tanyakan perihal kondisi pangkalku, lebih dari sakit, perih juga. Aku yakin milikku mengalami lecet.

Yoongi itu benar-benar gila.

Kepalaku juga sakit, mataku perih dan sembab. Jelas ini karena aku terlalu banyak menangis. Pun tenggorokanku sakit, sebab semalam aku banyak sekali berteriak. Ku rasa, pagi ini suaraku tidak akan stabil.

Aku tertegun kala indra pendengaran menangkap suara kunci yang terbuka, takut membuat gerak refleks membawaku untuk menarik selimut hingga ujung kepala—bersembunyi secara penuh dibawah kungkungan selimut.

Tanpa diinginkan aku gemetar kala pintu benar-benar terbuka. Degup jantung segera menggila ketika suara langkah seseorang mendekat, kentara sekali. Puncaknya ketika tempat tidur—tepat di posisi dekat kakiku—sedikit terguncang tanda seseorang mengambil posisi duduk disana, aku sungguh ingin berteriak sekencang mungkin. Tetapi aku tahan dengan menggigit bibir guna tidak mengeluarkan suara.

"Jangan berpura-pura. Aku tahu kau sudah bangun."

Demi Tuhan, aku tercekat. Aku lupa jika dia memang bukan spesies manusia yang bisa dibohongi.

Ku rasakan Yoongi beringsut maju, posisinya kini tepat sejajar dengan perutku. Dia menarik selimut untuk turun, lembut sebab aku pun tidak berupaya untuk menahan. Hanya sampai sebatas leher selimut diturunkan, selanjutnya jemari panjang itu menyentuh suraiku guna dirapikan ke belakang—sebab menghalangi wajahku.

Aku sendiri tidak lagi berpura-pura untuk terpejam, aku membuka mata sempurna. Tetapi tidak ada niat bagiku untuk bergerak, apalagi membalas tatapan sepasang mata kucing itu.

Sejujurnya, aku masih marah. Tentu saja.

Yoongi merunduk guna mendekatkan wajahnya, lalu tanpa ragu dia membubuhkan sebuah kecupan lembut di pipiku. "Bangunlah. Tubuhmu perlu mandi, agar segar lagi." Dari sudut mata, aku menyadari ada seulas gummy smile yang terpatri di belah bibir tipisnya.

Tangannya mengusak puncak kepalaku, "Maaf sudah merusak bajumu semalam. Sebagai gantinya, aku membawakan beberapa baju untukmu." Tanpa perlu ditunjukkan, aku sudah bisa melihat ada sebuah paper bag di atas nakas. Aku yakin itu berisi baju yang dimaksud Yoongi.

Tanpa diinginkan, rasanya hatiku teremat perih. Disaat aku tahu jika dia memiliki sisi lain yang teramat buruk, sikap lembut dan perhatiannya saat ini berbalik menyakitiku. Jika saja dia tidak dapat melihat reaksiku, aku sungguh ingin menangis lagi.

To The Past || HYUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang