TTP || Liar

70 10 10
                                    

Aku tidak tahu, apakah semua yang dikatakan Jimin kemarin sore itu sungguh terjadi? Sejujurnya aku percaya, Jimin bukanlah tipe manusia yang suka berbohong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak tahu, apakah semua yang dikatakan Jimin kemarin sore itu sungguh terjadi? Sejujurnya aku percaya, Jimin bukanlah tipe manusia yang suka berbohong. Melihat dari betapa serius dia kala membahas, itu sudah cukup untuk menjelaskan jika itulah yang sebenarnya.

Tapi sampai saat ini aku masih belum memahami.. cemburu yang bagaimana maksudnya?

Aku terlalu bodoh jika berpikir ada opsi lain dari alasan cemburu selain perasaan suka ataupun cinta. Tapi yang menjadi masalahnya disini adalah —

— ini terlalu jauh untuk Jungkook menaruh atensinya padaku;dari waktu yang seharusnya.

Masa kuliah—bahkan sampai lulus—adalah masa-masanya aku dan Jungkook bermusuhan. Ah, tidak sampai begitu sebenarnya. Tapi yang pasti, dimanapun dan kapanpun, jika bertemu kami pasti akan selalu bertengkar. Entah itu untuk hal besar, sepele, bahkan hal random sekalipun. Kami jauh sekali dari kata akur.

Intinya, seharusnya Jungkook tidak pernah menyukaiku selama masa kuliah.

Tapi ini bahkan belum genap berjalan tiga pekan, tidak mungkin Jungkook bisa sebegitunya menganggapku penting hingga menangisiku begitu, bukan?

Moment apa yang membuatnya sampai bisa menaruh hatinya padaku? Tidak ada hal yang berkesan sama sekali. Terakhir kali kejadian dia menciumku di lorong kala itu, setelahnya aku tidak pernah terlibat dalam konversasi lagi dengannya hingga sekarang. Hanya sempat beberapa kali tanpa sengaja berpapasan lalu saling beradu tatap, namun setelahnya sudah. Aku maupun Jungkook berjalan dalam kegiatan masing-masing, sama sekali tidak peduli satu sama lain.

Toh, aku juga yakin—kala itu Jungkook menciumku tanpa hati. Dia hanya kesal aku membentaknya, lalu berniat ingin membungkamku. Meski yeah.. caranya memang tidak masuk akal untuk seukuran dua manusia yang selalu bersitegang.

Aku bahkan sempat berpikir jika otaknya sedang sedikit konslet saat itu.

Maka sekarang ku bawa langkahku menuju fakultas seni guna memastikan terkaan-terkaan yang membuat kepalaku menjadi pening. Tatkala sampai, bertepatan sekali dengan Jungkook yang keluar dari kelasnya—dia bersama seorang temannya, entah akan kemana.

Barang sejenak aku memperhatikan punggung lebar itu dari kejauhan, "Jungkook-ah!" dan pada akhirnya ku suarakan panggilan itu meski sedikit ragu—ragu sebab Jungkook tidak sedang sendiri.

Maka kedua pemuda itu terhenti dalam langkahnya, berikut berbalik guna menampilkan rupanya. Aku sendiri sudah stagnan di tempat, sekitar berjarak lima meter dari posisi mereka.

Berbeda sekali cara mereka menatapku. Jika pemuda itu terlihat penasaran, maka Jungkook memberikan atensi teramat sinis terhadapku.

"Kau mengenalnya?" Pemuda itu berbisik, tapi masih dapat ku tangkap dengan baik.

"Tidak. Dia hanya gadis gila yang terus menggangguku."

Sialan sekali mulutmu itu, Jeon Jungkook.

Kesan wajahnya memang sedatar papan tulis, tapi ucapannya itu benar-benar menjengkelkan. Jika saja tidak ada eksistensi pemuda itu, sudah ku balas makiannya lebih kejam lagi. Aku bersumpah.

To The Past || HYUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang