Aku benci jika takdirnya memang begitu. Aku tak pernah menyangka. Bahkan di kehidupan yang lalu aku sama sekali tidak melihat adanya tanda-tanda Yoongi oppa—yang katanya—mencintaiku.
Benar. Benar kata Jungkook. Aku tidak menyangkal jika memang hubunganku—barangkali tepatnya interaksi antara aku dengan Yoongi oppa memang berlebihan. Tapi aku sama sekali tidak pernah berpikir begitu. Menurutku, itu menjadi hal biasa dimana kami selalu membagi perhatian sedekat itu sejak kecil.
Pun, separah-parahnya sikap perhatianku pada Yoongi oppa hingga pada akhirnya membuat lelaki kucing itu terbawa perasaan—apakah dia sama sekali tidak berpikir jika cintanya itu terlarang? Dia melenyapkan dua laki-laki yang ku cintai, seolah dia memang mempunyai kesempatan untuk memilikiku lebih dari seorang adik.
Bodoh! Aku tidak mungkin menerimanya!
Aku memang menyayanginya, tapi untuk cinta—ayolah, aku tidak bodoh. Kita satu rahim, satu darah, tidak mungkin kita berada dalam hubungan saling mencintai selayaknya laki-laki dengan perempuan asing.
Shit! Persetan soal kehidupan yang lalu. Aku sungguh berharap, jangan sampai perasaan konyol itu kembali hadir di hati Yoongi oppa di kehidupan yang ini. Sungguh, aku tidak akan bisa menghadapinya. Aku benar-benar tidak ingin membencinya karena cinta yang tumbuh secara tidak wajar itu.
OH? Tidak tidak. Aku yakin hal itu tidak akan terjadi di kehidupan yang ini. Ingat Yoongi oppa pernah mengatakan jika dia sudah menyukai seorang gadis? Katanya aku mengenal gadis itu, artinya gadis itu pasti temanku. Yeah.. aku benar-benar berharap Yoongi oppa berhasil mendapatkan gadis itu, siapapun dia. Aku akan mendukungnya.
Tok tok*
"Hyuna?"
Interupsi mendadak itu cukup mengejutkan, aku nyaris terlonjak di tempat. Tanpa diminta, degup jantungku berpacu lebih cepat kala deep voice itu menyapa pendengaranku. Itu Yoongi oppa.
"Hyuna? Kau ada di dalam?" Lagi, interupsi itu diiringi oleh ketukan pelan pada pintu kamar.
"Sebentar, Oppa." Maka aku lekas beranjak dari tempat tidur, guna membuka pintu untuk Yoongi oppa.
Pintu terbuka, dan sepasang mata kucing itu yang pertama kali menyambut atensiku. "Kenapa?"
"Seharusnya aku yang bertanya begitu padamu, Hyuna."
Huh? Kenapa begitu? Memangnya aku kenapa?
"Kau marah padaku?" Lembut, Yoongi oppa meraih tanganku tuk digenggam, ini semacam sebuah permohonan. "Sejak kau pulang dari menemani temanmu yang sakit itu.. kau sama sekali tidak berbicara padaku." Aku tertegun, tanpa sadar aku benar-benar melakukannya.
"Apa aku melakukan kesalahan, Hyuna? Katakan jika memang ada, akan ku perbaiki kesalahanku."
"Tidak ada." Aku menggeleng lekas. "Aku sama sekali tidak marah padamu, aku hanya —"
KAMU SEDANG MEMBACA
To The Past || HYUNA
FanfictionKembali ke masa lalu? Awalnya, kukira masa lalu kembali untuk diulang. Mengubah satu kejadian buruk untuk diselamatkan. Tapi faktanya, tidak sesederhana itu. Kali ini, aku menemukan pelakunya. Tapi, itu bukan sebuah pertanda baik. Itu adalah titik k...