Epilogue

92 8 32
                                    

"Kau yakin ingin mengunjunginya, Hyuna?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau yakin ingin mengunjunginya, Hyuna?"

Itu adalah pertanyaan Jungkook yang ke-sepuluh sejak aku mengatakan ingin bertemu dengan Taehyung.

Sungguh, aku hanya ingin melepas segala traumaku. Bukankah aku tidak bisa terus begini? Aku harus membebaskan rasa takutku, untuk mendapatkan perasaan yang jauh lebih baik.

Aku memang sudah baik. Tapi lihat bagaimana wajah Jungkook yang tampak begitu cemas. Apakah dia tidak yakin kalau aku sudah sembuh, huh?

Maka tanpa ingin menanggapi melalui suara—aku hanya mengangguk kilas, lantas menyahuti dua bucket bunga Lily putih—yang sudah ku siapkan—di kursi belakang. Lalu bergegas keluar, pun diikuti oleh Jungkook.

Ku bawa langkahku dengan mantap memasuki gerbang berbentuk pilar segi lima itu dengan teramat yakin. Aku membiarkan Jungkook berjalan di depan guna menuntun langkahku untuk sampai dimana Taehyung berada. Ini kali pertamanya aku berkunjung, jadi aku tidak tahu dimana letaknya.

Perlu berjalan sekitar lima belas meter untuk sampai di tengah-tengah pekarangan luas ini, dan pada akhirnya langkah Jungkook terhenti di depan sebuah 'rumah'—bersih, cantik, terawat, sungguh terjaga dengan baik.

Jungkook bergeser barang selangkah, mempersilahkanku untuk mendekat. Maka aku beranjak, atensiku segera terpaku—menatap rumah itu dengan lekat. Nama 'Kim Taehyung' yang tertulis disana secara ajaib memberi memori khayal teramat jelas di pelupukku, seulas box smile milik Taehyung.

Aku melihat Taehyung tersenyum, cerah sekali.

Maka, aku merunduk. Menyimpan salah satu bucket Lily yang kubawa di pangkuannya, berikut menyentuh kepalanya untuk memberikan elusan lembut disana.

"Taehyung-ie, apa sekarang kau melihatku disana? ..

.. Kau senang aku mengunjungimu? Aku datang untuk melihatmu. Bagaimana kabarmu? Ku harap kau baik. Jangan sakit, kau harus bahagia.

Eum.. Untuk diary-mu.. aku sudah membacanya. Terimakasih sudah mencurahkan perasaanmu disana, maaf aku tidak bisa mendengarkan keluh kesahmu secara langsung. Salahmu sendiri.. saat di depanku kau so' sekali menjadi laki-laki yang kuat, bahkan keras kepala. Jika perasaanmu sehancur itu, kenapa tidak mengatakannya padaku? Maaf ya, aku sering memarahimu bahkan untuk hal sepele. Itu karena kau sangat menyebalkan.

Jangan sedih lagi. Aku sudah tidak marah padamu, aku sudah memaafkanmu. Mungkin ini terlambat, tapi sekarang aku memahami perasaan dan cintamu. Maaf tidak bisa menyadari ketulusanmu saat itu, maaf telah mengabaikanmu dan menjadikanmu nomor terakhir. Karena.. kau harus tau Taehyung-ie, aku begitu karena kau memang bukan takdirku. Aku membebaskanmu saat itu, karena aku ingin kau menuju takdirmu sendiri. Selayak yang seharusnya, kau harus menemukan gadis yang sudah menjadi takdirmu. Aku tidak ingin membuatmu terjebak dalam perasaanmu terhadapku.

To The Past || HYUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang