Aku mengerjap beberapa kali guna menstabilkan intensitas cahaya yang terasa menusuk retinaku. Dan plafon putih yang menyapa pandanganku untuk yang pertama kali, pun aroma obat-obatan yang begitu menyengat lekas menyergap penciumanku.
Ah, ini rumah sakit.
Takdir semakin jauh dari garisnya. Seharusnya aksi pembullyan Sweety Girl tidak membuatku harus berakhir di tempat ini. Perihal aku kehilangan kesadaran, itu memang sesuai. Tetapi seharusnya aku bangun di kamar—rumahku. Bukan di rumah sakit begini.
Tapi ya sudahlah.. toh semuanya sudah terjadi.
Ku hempaskan napas panjang guna melerai sesak yang mendadak menekan dada. Selanjutnya atensiku bergulir, hingga ku dapati satu presensi yang tengah duduk di kursi—tepat di sisi brankar yang ku tempati.
Yoongi oppa.
Pikirku dia akan lekas bereaksi kala melihatku tersadar, tetapi dia hanya stagnan lama sekali. Tanpa ekspresi, sepasang mata kucingnya mengamatiku lekat sekali, bersandar pada punggung kursi dengan kedua tangan terlipat di depan tubuh.
Aku tidak tahu. Apakah Yoongi oppa sedang melamun, atau memang sengaja memberi reaksi begitu.
Ketahuilah, ini lembaran asing untukku. Aku tidak bisa memprediksi apapun disini.
"Kenapa menatapku begitu?"
Yoongi oppa tetap bungkam, interupsi ku diabaikan. Bahkan disaat aku mencoba beranjak duduk—aku meringis sebab sakit di sekujur tubuh, tapi pemuda kucing itu masih belum ingin bergerak dari posisinya guna membantuku. Hanya atensinya saja yang mengikatku.
Aku balas menatapnya dikala berhasil menegakkan tubuh dengan baik. "Oppa?"
Ku lihat rahangnya mengeras dalam hitungan detik, lalu setelahnya dia menggeram disertai usakan kasar pada wajahnya. Dia bukan terkejut, tetapi seperti.. frustasi.
Tentu aku bingung. Aku tidak tahu apa yang membuatnya begitu.
Tetapi kemudian sepasang mata kucing itu kembali menatapku, lalu dia beranjak untuk berpindah posisi di tepi brankar—menghadapku. Tanpa kata dia mendekat lalu merengkuh tubuhku hati-hati sekali, bahkan kurasa dekapannya sedikit samar. Mungkin dia takut membuatku menjadi lebih sakit.
Dan pada dasarnya seluruh tubuhku memang terasa sakit tak terkira saat ini.
Maka ku balas dekapannya, "Oppa, kenapa?" aku mengusap punggungnya lembut guna menenangkan. Entah, nafas Yoongi oppa memburu sekali di perpotongan leherku.
"Tolong katakan padaku, Hyuna. Siapa yang telah menyakitimu?"
Aku tertegun. Getaran dalam suara Yoongi oppa terdengar kentara sekali, dia seperti siap untuk menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
To The Past || HYUNA
FanfictionKembali ke masa lalu? Awalnya, kukira masa lalu kembali untuk diulang. Mengubah satu kejadian buruk untuk diselamatkan. Tapi faktanya, tidak sesederhana itu. Kali ini, aku menemukan pelakunya. Tapi, itu bukan sebuah pertanda baik. Itu adalah titik k...