"Kim Taehyung-ssi, bisa tolong singkirkan tanganmu dari pahaku?"
Aku benar-benar mengutuk seorang Kim Taehyung di kehidupan yang ini. Oke, salahkan aku sebab secara tidak langsung menerima segala tindakannya selama ini. Tapi sungguh, semakin lama lelaki harimau itu kian berani.
Ini restoran besar, jelas tempat umum. Tapi di bawah sana, tangan sialannya itu berani mengambil kesempatan—bahkan menelusup masuk ke dalam rok-ku guna memberikan sentuhan sensual di sepanjang pahaku.
Mesum!
Persetan. Aku tidak peduli perihal orang lain, tapi — "Jika Jimin melihat ini, ku pastikan kau akan habis di tangannya." Ku tekankan hal itu sebagai ancaman.
Tetapi Taehyung sama sekali tidak menggubris. Gerakan jemari panjangnya itu terus berlanjut hingga beberapa kali kurasakan berhasil menyentuh pangkal pahaku. Luar biasanya, lelaki harimau itu mampu menampilkan seraut datar seolah dia tidak melakukan apapun.
"Aku tidak akan kalah dari Jimin." Bahkan dia menantang—tanpa menatapku. "Aku bisa membalasnya jika dia berani memukulku."
Ingatkan aku jika di kehidupan yang lalu mereka adalah sepasang sahabat karib—yang bahkan jarang sekali aku mendapati mereka bertengkar. Bahkan Taehyung yang paling terpukul atas kematian Jimin kala itu. Dia yang berusaha mati-matian untuk mencari pelakunya, hanya agar kematian Jimin bisa dibalaskan dengan setimpal.
Tapi kali ini, Taehyung sudah seperti musuh dalam selimut untuk Jimin. Takdir sungguh sudah rusak, dan aku tidak bisa mencegahnya.
"Lepas!" Maka tidak ada pilihan lain bagiku selain menepis tangannya guna menjauh. Dan kontan, ku terima tatapan teramat tajam dari sepasang mata harimau itu. Mengerikan, sorot tidak terima kentara sekali terlihat.
Tapi aku tidak peduli. Memilih mengabaikan dan mengalihkan atensiku darinya. Tetapi detik selanjutnya, aku tersentak kala melihat presensi Jimin bergerak mendekat—dia kembali setelah beberapa saat lalu berpamit menuju toilet guna memenuhi panggilan alamnya.
Beruntung sekali, aku sudah menepis tindakan tak senonoh Taehyung baru saja.
Disaat ku pikir Jimin akan kembali duduk di kursinya, yang mana seharusnya dia melewati posisiku. Tetapi tanpa ku sangka dia berhenti diantara aku dengan Taehyung, lalu —
"Yaak!" Refleks aku memekik kala Jimin tiba-tiba merengkuh pinggang lalu mengangkat tubuhku dengan sebelah tangannya—aku sudah seperti secarik kapas di tangan Jimin. Berikutnya Jimin mengambil alih posisiku, berakhir aku mendarat tepat di pangkuannya.
Oh, Tuhan. Selamatkan jantungku. Ini keras sekali degupnya. Aku sungguh terkejut.
"Jimin-ah? Apa yang kau lakukan?" Protes, namun ku tahan suaraku melalui tekanan jelas.
Tetapi Jimin sama sekali tidak peduli. Sebaliknya, dia justru mematri seulas senyum tipis teramat manis di belah bibir tebalnya. Atensinya lekat membingkaiku, seperti tangan lebarnya yang membingkai pinggangku dengan teramat pas. Jimin memberi rematan-rematan kecil yang membuatku cukup tersentak beberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
To The Past || HYUNA
FanfictionKembali ke masa lalu? Awalnya, kukira masa lalu kembali untuk diulang. Mengubah satu kejadian buruk untuk diselamatkan. Tapi faktanya, tidak sesederhana itu. Kali ini, aku menemukan pelakunya. Tapi, itu bukan sebuah pertanda baik. Itu adalah titik k...