TTP || Half-Died

75 9 7
                                    

Sejujurnya, sekarang pun aku tidak tahu seberapa banyak mata-mata milik seorang Kim Jisoo itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejujurnya, sekarang pun aku tidak tahu seberapa banyak mata-mata milik seorang Kim Jisoo itu. Pun entah bagaimana caranya, dia akan selalu tahu setiap kali aku bertemu atau dekat dengan Jimin.

Tiga hari lalu, tepat dikarenakan moment Jimin mengantarku pulang. Sweety Girl kembali mengganggu—ah tidak, itu bisa dikategorikan pembullyan. Pasalnya aku kembali menerima luka, kali itu di telapak tangan. Ditambah lagi, Jisoo seperti ingin melengkapi hasratnya tuk menggangguku yang terpotong sebab ulah Jungkook.

Pertemuan serta moment ku dengan Jimin memang semakin intens, maka seintens itu jugalah Jisoo mengusikku. Dimana aku bertemu dengan Jimin—meski hanya sekedar berpapasan lalu secara tidak sengaja saling beradu tatap, maka disanalah aku harus bersiap Jisoo datang untuk mengganggu. Alasannya selalu klise, jangan aneh.

Lalu ada satu kejadian—tepat kemarin lusa—dimana Jisoo nyaris menamparku, jika saja Lee Ssaem tidak memasuki kelas;yang mana saat itu memang waktunya istirahat telah habis. Kala itu bahkan bukan hanya teman sekelas ku yang menyaksikan, mahasiswa dari kelas lain pun menonton di luar kelas. Maka karena itulah..

.. beritanya sampai ke telinga Jimin.

Dan karena itu pulalah, untuk pertama kalinya Jimin turun tangan untuk memperingati Jisoo. Jimin terlalu peka jika dirinyalah yang menjadi dasar atas segala tingkah buruk Jisoo terhadapku.

Aku sedikit tahu, Jimin berpengalaman perihal itu di tahun pertama masa kuliahnya. Yang aku tidak tahu.. gadis mana yang terlibat dengan Jimin kala itu, pun entah bagaimana kisah kedekatannya. Yang pasti, gadis itu menyerah sebab ulah Jisoo yang kian mengerikan dari hari ke hari—hingga pada akhirnya gadis itu memutuskan untuk pindah dari Seoul University.

Tapi jangan berharap, hanya dengan satu peringatan kecil dari Jimin bisa menghentikan Jisoo. Justru sebaliknya, gadis itu semakin kalap untuk menghajarku. Ah tidak, tidak sampai begitu, ko'.

Maka kejadian teramat memalukan itu sungguh kembali terulang, tepat kemarin sore—dimana jam kuliah telah habis. Jisoo mendadak mendatangi kelasku, tanpa kata menarikku dengan jambakan kuat di rambut. Menyeretku menuju lapangan dimana disana sudah ada Irene dan Tzuyu dengan segala kelengkapan mereka untuk menghukumku—kata Jisoo, sih, begitu.

Aku berakhir kacau setelah menjadi bulan-bulanan Jisoo, Irene bahkan Tzuyu pun ikut turun tangan. Sudah seperti adonan yang siap masuk ke dalam pemanggang—tubuhku penuh dilumuri oleh tepung, telur dilengkapi air. Dan jangan lupakan makian kasar teramat kotor dari bibir merah itu.

Harga diriku dipertaruhkan setengah mati disana, urat malu ku seperti diputus dengan paksa. Jelas, aku menjadi tontonan seantero kampus diberbagai tingkatan. Bahkan dapat kusadari disana ada eksistensi Seokjin, Namjoon, Hoseok bahkan Jungkook.

Tapi sialnya pemuda Jeon itu hanya stagnan menonton, tanpa berniat menolongku lagi seperti terakhir kali. Untuk hal itu tak apa salahkan aku sebab telah membentaknya, hingga dia enggan ikut campur lagi.

To The Past || HYUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang