Saat itu aku hanya diam, tapi bukan berarti aku tidak mempercayaimu, Hyuna. Apalagi percaya kalau kau adalah pelakunya. Ini bukan karena aku adalah suamimu, tapi aku tahu kau tidak mungkin melakukannya. Kau sama sekali tidak memiliki motif apapun untuk membunuh Jimin.
Logika saja. Kau masih mencintainya saat itu, dan jelas tidak ada seorangpun yang akan gila membunuh seseorang yang sangat dicintai.
Jangan pikir aku tidak peduli saat pada akhirnya kau benar-benar ditahan. Diamku itu sedang berfikir. Tentang siapa orang yang mendadak membuka kembali kasus kematian Jimin, padahal semua itu nyaris dilupakan.
Orangtua Jimin bahkan sudah tidak ada di Seoul saat itu. Singkatnya, hanya orang terdekat Jimin yang bisa membuka hukum kembali dengan mudah.
Malam itu aku bahkan tidak bisa tidur. Memikirkanmu, mengkhawatirkanmu. Sementara aku tidak bisa melakukan apapun disini. Aku sudah seperti suami yang tidak berguna untukmu. Aku tidur nyaman di kasur mewah, sementara kau harus merasakan dinginnya sel penjara. Sungguh, aku nyaris membenci diriku sendiri saat itu.
Sampai pada akhirnya, dia benar-benar datang, Hyuna. Pembunuh itu, dia mendatangiku.
Ku lihat jarum jam sudah melewati eksistensi angka dua—dini hari, saat sebuah kegaduhan terjadi di lantai dasar. Itu sangat mengejutkan. Seperti sesuatu berbahan kaca yang sengaja dibanting hingga dentingannya nyaris memekakan telinga.
Aku tidak sempat memikirkan praduga apapun. Yang ada dalam otakku saat itu hanyalah—lekas beranjak untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Maka aku keluar dari kamar, namun baru sampai di ujung anak tangga —
Aku sungguh terkejut, Hyuna.
Itu bukan kaca. Tetapi guci besar yang kita simpan di pojok ruangan, dia hancur berantakan dan serpihannya berserakan di seluruh penjuru ruang tamu. Bukan hanya itu, aku menemukan sesuatu yang lebih mengejutkan daripada itu.
Di meja ruang tamu. Aku tidak tahu itu sungguh darah atau hanya cat, yang jelas warnanya merah pekat. Dan disana tertulis sesuatu yang benar-benar tidak dapat ku percaya.
Jimin sudah mati.
Maka sekarang giliranmu, Jeandra Jynkoo.Bisa kau menebaknya? Tidak banyak orang yang dengan sengaja memanggil atau bahkan tahu nama intern-ku. Disini, aku bisa menghitung dengan jari siapa saja yang mengenalku dengan nama itu. Kau, Jimin, Taehyung, Yoongi hyung. Ku rasa hanya kalian.
Biar ku tebak, saat ini otakmu sudah menyimpan curiga pada seseorang. Benar, Hyuna?
Tapi saat itu aku tidak memiliki waktu untuk berpikir, sebab mendadak seisi rumah menjadi gelap. Seluruh lampu padam, entah listrik yang konslet atau memang ada seseorang yang sengaja mematikan sambungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
To The Past || HYUNA
FanfictionKembali ke masa lalu? Awalnya, kukira masa lalu kembali untuk diulang. Mengubah satu kejadian buruk untuk diselamatkan. Tapi faktanya, tidak sesederhana itu. Kali ini, aku menemukan pelakunya. Tapi, itu bukan sebuah pertanda baik. Itu adalah titik k...