"Jimin!"
Aku terlonjak setengah mati. Terduduk sampai tidak peduli dadaku terekspos sebab selimut yang secara otomatis turun.
Sial sekali. Aku ketiduran!
Semalam aku tidak bisa tidur—atau mungkin memang sengaja untuk terjaga. Memeluk Jimin sepanjang malam, dengan perasaan takut setengah mati. Detik demi detik terasa sesak untuk ku lalui. Sampai pukul tiga dini hari —
— tapi sial sepertinya aku kalah dari kantuk.
Dan astaga, aku membelak. "Jimin-ah?"
Dimana Jimin?! Tempat di sisiku kosong, Jimin tidak ada. Shit! Kemana perginya dia?
Tidak. Pembunuh itu tidak mungkin datang dan diam-diam membawa Jimin pergi dari sini, bukan? Tidak! Tidak boleh!
"Jim —"
Lagi, aku semakin membelak. Tersentak kala tanpa sengaja atensiku menangkap sesuatu tercecer di lantai. Merah pekat. Apa itu? Jangan katakan jika itu -
Panik, aku lekas beranjak turun—mencari pakaian guna bisa keluar, dan hanya kemeja putih serta celana dalam milikku yang ku temukan. Maka aku segera mengenakannya dengan tergesa.
Sungguh, aku ketakutan saat ini. Cairan kental yang berceceran itu membuatku de javu. Tempatnya pas sekali—di kehidupan yang lalu—disanalah titik Jimin ditemukan tewas dengan bersimbah darah. Genangannya serupa, tetapi tidak ada eksistensi Jimin disana sekarang.
"Arghk! Sialan kau, Min Yoongi!"
Demi Tuhan! Aku tidak akan ragu untuk membunuh lelaki bermarga Min itu jika benar dia yang membunuh Jimin. Tidak peduli dia kakak kandungku!
"PARK JIMIN!"
Brakh!*
Aku kalap. Pintu kamar terbanting keras untuk segera keluar dari kamar. Kalang kabut, berlari menuju tangga dan menuruninya secara cepat.
"Yaakk, Park Jimin! Kau dimana?!"
Akh! Aku histeris. Rasanya kian sesak. Pandanganku mulai buram, tanpa sadar air mata menggunung di pelupuk. Sungguh, aku benar-benar takut sekarang.
"Park Ji -"
"Hey? Ada apa, Hyuna?"
Deg!*
KAMU SEDANG MEMBACA
To The Past || HYUNA
FanfictionKembali ke masa lalu? Awalnya, kukira masa lalu kembali untuk diulang. Mengubah satu kejadian buruk untuk diselamatkan. Tapi faktanya, tidak sesederhana itu. Kali ini, aku menemukan pelakunya. Tapi, itu bukan sebuah pertanda baik. Itu adalah titik k...