TTP || Meaning?

74 8 5
                                    

Sejujurnya aku ingin langsung pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejujurnya aku ingin langsung pulang. Tapi Jimin memintaku untuk menunggu barang sejenak, hanya tertinggal lima menit lagi kelas taekwondo-nya akan selesai. Sebenarnya Jimin menyuruhku untuk datang ke kelas taekwondo guna menunggu disana, tetapi aku memilih tempat lain.

Gerbang kampus.

Dulu—aku begini karena terlibat dalam pertengkaran kecil dengan Jimin;aku kesal padanya untuk suatu hal, tetapi Jimin terus membujukku dengan manis seperti baru saja dia menghubungiku untuk datang ke kelas taekwondo.

Tapi sekarang—aku dengan Jimin baik-baik saja. Kami tidak terlibat dalam pertengkaran apapun. Namun aku tetap memilih tempat ini guna menjemput takdir. Aku ingin tahu, apakah kejadian itu akan terulang di tempat dan waktu detik ini juga?

Seharusnya ini bukan urusanku, tapi.. aku hanya penasaran.

Maka, itu benar-benar terjadi.

Aku terhuyun ke depan setelah mendapatkan dorongan kuat di punggung. Dapat dipastikan wajahku akan kembali menjadi korban setelah tersungkur—jika saja dia tidak benar-benar datang.

Syukurlah, dia memenuhi takdir.

Tubuhku bertumbuk keras pada tubuh kekar itu, hingga aku berakhir dalam rengkuhan—atau barangkali pelukannya. Sepuluh jemari panjang itu menggenggam pinggangku dengan teramat pas. Maka kala aku menengadah guna membingkai rupanya—astaga, wajah itu sungguh seperti malaikat.

Definisi semakin tua semakin tampan dan berkharisma. Setelan jas hitam yang membaluti kemeja putih yang dikenakannya sungguh membuat visualnya semakin menggila.

Tolong ingatkan aku jika aku sudah ada Jimin. Uh, nyaris saja.

"Cih! Dasar jalang!"

Maka decihan disertai makian kasar yang terlontar lantas menarikku untuk segera tersadar. Tak elak aku lekas beranjak guna menciptakan sedikit jarak. "Maaf, sunbae-nim."

Seokjin tidak menjawab, hanya seulas alpaca smile teramat tipis yang diumbarnya sebagai balasan. Berikutnya dia beranjak melewati tubuhku, dan berhenti tepat di depan Jisoo. Cukup lama mereka stagnan berhadapan, aku melihat tatapan Seokjin terhadap Jisoo lekat sekali.

Baiklah, mari kita lihat apakah takdir akan seratus persen terulang di moment ini?

"Kenapa kau menatapku begitu, huh?!" Jisoo menantang dengan mengangkat wajahnya tinggi-tinggi. Jangan heran, dia memang penantang akut.

Seokjin sendiri memasang seraut wajah teramat serius, aku bisa melihatnya dari sini. "Berhentilah mengganggu Hyuna hanya karena Jimin." Itu sudah sangat tegas, tetapi —

"Bukan urusanmu! Menyingkir!" Bahkan Jisoo berani mendorong tubuh Seokjin guna disingkirkan.

Dia beratensi menghampiriku untuk melanjutkan serangannya yang terus tersumbat sejak pagi, tapi lagi-lagi gagal. Di langkah kedua, lengan Jisoo dicekal bahkan ditarik dengan sentakan kuat. Jelas Jisoo terhuyun jika saja Seokjin tidak menahan cekalannya, berakhir keduanya kembali saling berhadapan. Menebar tatapan tajam satu sama lain.

To The Past || HYUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang