TTP || We Did It [Again]

84 9 20
                                    

⚠️🔞⚠️
Mature area!

⚠️🔞⚠️Mature area!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oct01, 2022.

Bisakah hari ini dihapus dari garis takdir yang sudah ditentukan?

Benar sekali, ini adalah hari kematian Jimin. Hari yang akan sangat berpengaruh untuk masa depan. Bukan hanya tentang Jimin, tapi aku, pernikahanku dengan Jungkook, dia, bahkan kebebasan Jisoo, Irene dan Tzuyu.

Aku sungguh berharap, waktu enam tahun yang sudah terulang dengan segala keporak-porandaannya ini tidak akan berujung sia-sia. Bagaimanapun endingnya.. aku tetap ingin Jimin selamat. Aku memaksa!

Maka ini akan menjadi hari yang sangat berat untukku.

Jika benar pelakunya adalah Yoongi oppa.. itu artinya aku harus menyiapkan hati dan mental sekuat mungkin untuk menghadapi Yoongi oppa. Hari ini, aku akan berperang dengan kakakku sendiri hanya demi Jimin.

Sejujurnya, jika boleh dikata—aku masih belum percaya seratus persen atas kesaksian Jungkook. Yoongi oppa terlalu mustahil untuk disebut sebagai pelaku pembunuhan. Persetan di kehidupan yang lalu, bahkan di kehidupan yang sekarang—sejauh ini aku tidak melihat adanya gestur mencurigakan dari Yoongi oppa. Entah itu tentang rasa cintanya padaku, ataupun niatnya untuk menyingkirkan Jimin.

Tapi baiklah, mari kita lihat siapa yang akan ku hadapi sebagai pelakunya malam ini.

Maka disinilah aku berdiri, tepat di depan pintu rumah pribadi Jimin—bukan rumah kedua orangtuanya. Ku edarkan atensi, mencari sesuatu yang akan menjerumuskanku di satu tahun yang akan datang nanti. Dan yeah.. aku mendapatkannya.

Disana—dipilar gerbang, terdapat dua CCTV yang mana satunya menyorot ke arah luar, sementara yang lainnya menangkap gambar arah dalam—tepat menyorot posisiku saat ini.

Aku kembali tertangkap kamera pengawas. Dan jika hari ini aku gagal, maka dapat dipastikan endingnya akan serupa seperti yang lalu. Takdir yang terulang akan berujung sia-sia.

Semoga itu tidak terjadi.

Aku menghela dalam dan teramat panjang, mencoba menguatkan diri sendiri. Berikutnya aku menekan bel, dan memerlukan beberapa waktu sampai kemudian pintu terbuka oleh seseorang dari dalam.

Sebuah perasaan dilema—antara lega sekaligus cemas mendadak menyergap dada kala melihat wajah kecil nan cantik itu;terlalu tampan sampai menyerupai cantiknya seorang gadis.

Jimin, semoga takdirmu bagus kali ini.

"Hyuna?" Sepasang mata sipit itu sedikit melebar, jelas dia terkejut. "Kenapa tidak mengabariku jika akan kesini?"

Tidak ada atensi untuk menjawab, pun aku tidak memiliki alasan yang baik. Maka aku lebih memilih menyambar tubuh tegap itu tanpa kata, memeluknya erat seperti.. aku tidak ingin kehilangan Jimin. Dan pada dasarnya memang begitu.

To The Past || HYUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang