Benar kata Jungkook.
Faktanya—mungkin—memang waktu yang berjalan mundur, nasib dapat dirubah dengan mudah oleh siapapun. Entah itu untuk suatu hal yang lebih baik, ataupun menjadi lebih buruk dan rusak.
Tapi, takdir masih memiliki garis tetapnya.
Takdir kematian Jimin rupanya hanya sedikit meleset, tidak benar-benar menghilang. Takdir buruk yang paling dihindari itu sungguh telah terjadi kini. Dan Jungkook sendiri—bahkan kematiannya datang jauh lebih cepat dari waktu yang seharusnya.
Pun, sialnya kematian mereka terjadi dengan cerita yang lebih mengerikan. Aku sama sekali tidak menyangka, Jimin dan Jungkook akan berakhir lebih tragis dari takdir yang lalu. Otakku sungguh tidak bisa menggapai memori khayal—bagaimana cara Yoongi bisa memisahkan kepala kedua lelaki itu dari tubuhnya.
Demi Tuhan, dia benar-benar psycho. Bukan, bukan Skyller namanya—dia lebih pas dengan nama Killer. Dia seorang pembunuh!
Lalu, apa yang bisa ku lakukan jika semuanya sudah hancur begini? Aku tidak memiliki harapan apapun hanya untuk sekedar bertahan hidup. Tujuanku sudah pergi—lagi. Dan rumahku, dia sudah direnggut secara paksa.
Kemana aku harus pergi setelah ini? Siapa yang akan menolongku dari lelaki iblis ini?
Bahkan aku hilang harapan pada mommy dan daddy. Ku rasa, sampai saat ini mereka masih belum menyadari kerusakan besar yang sudah dilakukan Yoongi. Topeng lelaki kucing itu terlalu tebal, sepertinya mereka berhasil dimanipulasi oleh Yoongi. Melihat semua baik dan berjalan sebagaimana mestinya, mereka tidak tahu jika aku sedang sangat menderita dibawah tekanan anak angkat mereka itu.
Apakah takdirku di kehidupan yang ini sungguh harus berakhir begini? Terkekang selamanya di bawah kekuasaan Yoongi, menjadi budak bahkan boneka yang bisa diperlakukan sesuai keinginannya?
Tidak! Aku tidak mau! Aku ingin pergi dari sini!
Tapi, bagaimana caranya? Tidak ada celah, seperti semua jalan sudah ditutup dengan begitu rapat. Tidak ada kesempatan untuk melarikan diri lagi.
Kau akan mati, Hyuna. Demi Tuhan, hidupmu saat ini sudah tidak berguna.
"Berhentilah menangis, Hyuna." Lembut, sebuah tangan terulur untuk bertahta di pinggangku melalui dekapan ringan. "Sejak kemarin, kau tidak lelah, hm?"
Wajah Yoongi mengusak tengkukku, pelan ku rasa sesapan nafasnya menghirup aroma tubuhku. Tapi aku enggan memberi reaksi, terlalu lelah menghadapi lelaki kucing ini.
Bahkan ingin melepaskan diripun—aku tidak memiliki hak.
Maka Yoongi beranjak, memberikan tarikan pelan di bahu guna membuatku terlentang sempurna—setidaknya agar aku tidak membelakanginya lagi. Aku enggan, tetapi sepasang mata kucing itu terlalu tepat menatapku di netra. Berujung beradu tatap..
KAMU SEDANG MEMBACA
To The Past || HYUNA
FanfictionKembali ke masa lalu? Awalnya, kukira masa lalu kembali untuk diulang. Mengubah satu kejadian buruk untuk diselamatkan. Tapi faktanya, tidak sesederhana itu. Kali ini, aku menemukan pelakunya. Tapi, itu bukan sebuah pertanda baik. Itu adalah titik k...