TTP || We're The Same

89 9 17
                                    

Seharusnya aku langsung mengerti jika kucing yang dimaksud Jungkook bukanlah secara harfiah, tetapi bodohnya aku bahkan menurutinya perihal Yoongi oppa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seharusnya aku langsung mengerti jika kucing yang dimaksud Jungkook bukanlah secara harfiah, tetapi bodohnya aku bahkan menurutinya perihal Yoongi oppa. Sial sekali, aku baru menyadari jika—saat seseorang mengajakmu untuk melihat kucing di rumahnya, itu artinya sama saja dengan..

Ramyeon meokgo gallae?

.. yeah, mengajak makan ramyeon.

Itu istilah lainnya, setahuku. Dan lihat apa yang Jungkook lakukan sekarang. Dia menjebakku.

Mulanya dia menyuruhku untuk masuk lebih dulu, sampai aku tersentak tatkala dia menutup pintu rumahnya begitu saja—bahkan dia menguncinya. Detik selanjutnya dia menyerangku tanpa kata—merengkuh pinggangku dan mencuri ciuman di bibir.

Yeah. Bukan hanya kecupan dalam apalagi kilas, Jungkook sungguh melibatkanku dalam permainan lidah dan pertukaran saliva. Pun tangannya tidak tinggal diam—memberikan sentuhan sensual di sepanjang punggung hingga turun menuju bokong.

Mesum sekali. Sungguh!

Aku merutuk, tapi gerak tubuhku menerima. Hingga tanpa sadar aku melingkarkan kedua tangan di lehernya, pun memberi sentuhan serupa di tengkuknya. Jangan tanyakan perihal ciumannya, jelas aku membalas.

"Ah!" Jungkook menggeram frustasi setelah tautannya terlepas. Dia terengah, padahal dia sendiri yang menyerang lebih dulu. Aku tahu, sepertinya itu karena nafsu.

"Astaga. Aku sangat merindukanmu, Hyuna."

"Akh!" Aku tersentak setengah mati. Jungkook bukan hanya membenamkan atau mengecup leherku, tapi dia menggigitnya. "Tidak, Jungkook-ah! Apa yang kau lakukan?"

Ku dorong kedua bahunya guna menjauh, tetapi dia sama sekali tidak bergeming. Dia justru menyesap kulit leherku keras sekali sampai rasanya sangat perih. Oh! Ini pasti akan meninggalkan kissmark.

"Jungkook-ah, ku mohon lepaskan." Sekali lagi, ku dorong tubuhnya. Tetapi hanya sampai dia menyelesaikan kegiatannya di leherku, sementara dekapannya masih begitu erat.

Sepasang mata bulat itu menatapku—ah tidak, tapi leherku. "Lehermu selalu membuatku candu." Lihatlah, ada seulas seringai kotor yang muncul di belah bibirnya.

Entah, aku tidak mengerti lagi dengan tingkah lelaki kelinci ini.

Untuk sejenak kami beradu pandang, sampai kemudian Jungkook kembali maju untuk melakukan pertukaran saliva ronde kedua. Yang mana kali ini dia tidak diam di tempat—dia mendorong pelan tubuhku. Perlahan tapi pasti, menaiki tangga menuju lantai atas rumahnya. Mulanya aku tidak sadar akan kemana dia membawaku, aku terlalu terhanyut dengan permainan lidahnya. Sampai —

Ceklek*

Suara pintu yang terbuka lantas menarik seluruh kesadaranku. Maka ku dorong dada Jungkook keras hingga ciumannya terlepas, pun ku tahan tangannya yang akan mendorong pintu untuk terbuka lebar.

To The Past || HYUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang