⚠️🩸⚠️
Adegan kekerasan dan darah!
"Kalau begitu, kita harus pergi dari sini secepatnya."
Menyadari jika diam hanya akan membuang waktu sia-sia dan terancam gagal dalam pelarian ini, lantas aku lekas bangkit berikut meraih tangan Jimin guna digenggam. Jimin menurut, pun Jungkook ikut bangkit dari tempatnya.
"Ayo." Sungguh, niatku hanya ingin bertindak adil—tidak ingin mengabaikan Jungkook seperti sebelumnya. Tetapi baru saja aku meraih tangan Jungkook, aku tersentak kala lelaki kelinci itu menarik tangannya begitu saja.
Seperti menolak genggamanku.
Jelas aku menatapnya penuh tanda tanya. "Kita tidak akan bisa bergerak cepat jika saling berpegangan begitu." Aku mengerti, itu hanya alasan. Lirikan kilas yang dilakukan Jungkook pada Jimin—membuatku segera memahami maksudnya.
Yeah.. tadi itu, aku melakukannya terlalu terang-terangan. Jimin menyadarinya, bahkan kini dia tengah memperhatikan bagaimana aku dengan Jungkook sedang terlibat kontak mata.
Jadi, baiklah. Aku mengalah.
Begitulah kami melanjutkan perjalanan dalam posisi yang sama. Tetapi itu tidak berjalan mulus. Baru beberapa meter menjauh dari area tepi sungai, mendadak aku oleng dan sungguh akan ambruk jika saja Jungkook tidak menyadari—dia lekas menangkap tubuhku dari belakang.
"Hyuna? Kau kenapa?" Jika Jungkook panik, maka Jimin lebih panik lagi.
Tapi aku tidak memiliki daya untuk lekas menanggapi. Kepalaku pusing disertai mual yang segera memuncak di dada. Lalu aku sungguh muntah—rasanya menyiksa, semakin lama mualnya semakin menggila. Tetapi tidak ada apapun yang keluar selain air.
Aku berakhir terduduk setelah tenaga serasa dikuras habis akibat muntah. Benar-benar lemas, pening yang berkurang tidak serta-merta membuatku lega. Aku menyadarinya—bagaimana Jimin dan Jungkook menatapku dengan sorot..
.. curiga.
Aku tahu, mereka tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari kondisiku.
"Hyuna, kau --"
"Yeah.. aku hamil."
Ini seperti kau terjatuh dari ketinggian beribu-ribu kilometer dan mendarat di atas ratusan anak panah yang tajam. Rasanya sakit sekali kala harus melontarkan pengakuan itu di hadapan Jimin, apalagi Jungkook. Bahkan aku tidak sanggup hanya untuk sekedar menatap wajah mereka, aku tidak bisa menyaksikan reaksi mereka.
Aku yakin, mereka terkejut—tidak, mereka syok setengah mati, mereka terpukul, mereka benar-benar tertikam. Aku mengerti rasa sakitnya.
"S-siapa yang melakukannya?"
Bukan lagi tercekat, suara Jimin sungguh bergetar saat bertanya demikian. Bahkan tangannya—yang masih menggenggamku—gemetar diantara menahan rasa sakit dan emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
To The Past || HYUNA
FanfictionKembali ke masa lalu? Awalnya, kukira masa lalu kembali untuk diulang. Mengubah satu kejadian buruk untuk diselamatkan. Tapi faktanya, tidak sesederhana itu. Kali ini, aku menemukan pelakunya. Tapi, itu bukan sebuah pertanda baik. Itu adalah titik k...