Prolog

3.9K 179 40
                                    

Hari ini adalah hari pertemuan terakhir Renza dan Byan yang nantinya akan berpisah. Harusnya ada Velly dan Niva, tetapi kedua gadis itu sudah berangkat lebih awal membuat mereka hanya bertemu berdua.

Sebenarnya Renza masih satu kawasan dengan Niva, hanya saja berbeda kampus. Sedangkan Byan sama-sama berada di apartemen yang sama dengan Velly hanya saja berbeda jurusan. Itu lah kenapa mereka tidak mempermasalahkan pertemuan mereka yang tidak diikuti oleh Velly dan Niva.

Setidaknya mereka tidak benar-benar berpencar.

"Jadi lo berangkat kapan, Ren?" tanya Byan setelah menyeruput segelas kopi yang di pesannya.

"Si Abang maunya besok, mau nemuin temennya gak tau dah temen dari mana," balas Renza.

Byan mangguk-mangguk. "Udah ada aja masa nya kita pisah kayak gini, Ren. Padahal dulu harapannya sama-sama masuk kampus impian kita eh lo malah ke lempar, Niva juga sih," kekeh Byan.

"Iya anjir awalnya gua kesal kenapa bisa gua yang kagak keterima ya."

Awalnya Renza memang kesal dan kecewa kepada dirinya sendiri karena tidak diterima di kampus impiannya sejak dulu. Tetapi apa boleh buat jika memang jalannya bukan ke sana, toh karena itu ia bisa terus sama-sama dengan Rendra.

Kalau Renza keterima di kampus yang sama dengan Velly dan Byan, Renza tidak mungkin tinggal bersama dengan Rendra lagi.

"Tapi gak papa yang penting gua satu atap sama Abang gua, dari pada gua jauhan sama dia," sambung Renza.

Karena mau bagaimana pun juga, Rendra tetap segalanya bagi Renza. Walau banyak pertanyaan kenapa Rendra bisa masuk ke kampus yang lebih unggul dari pada nya, tetapi Renza bangga dengan apa yang Rendra peroleh saat ini.

"Emang gila si Rendra, diem-diem kayak orang bego eh masuk kampus ternama. Yang ambis aja kalah."

"Lo diem deh gua masih sedih nih.." kesal Renza membuat Byan tertawa terbahak-bahak.

"Ada hal baiknya juga lo gak keterima, kan orang kembar gak bisa dipisahkan apalagi lo yang apa-apa Rendra apa-apa Rendra. Kasian aja gua sama dia harus lo lagi lo lagi---

"Nanti lo kangen gua awas aja," gerutu Renza.

"Ngapain dah gua kangen ama lu."

Renza berdengus kesal. Walaupun begitu Renza sedih harus berjauhan dengan Byan, padahal Byan adalah teman yang sangat dekat dengannya. Gak menyangka bahwa masa-masa SMA harus benar-benar selesai saat ini.

Hari esok adalah hari dimana mereka mengalami hari yang lebih menantang lagi.

"Nanti gua sering-sering kesono lah main, nyaru cilok."

"EH IYA DI SANA PASTI BANYAK CILOK GUA PASTI BETAH DAH DISANA!" pekik Renza membuat atensi orang-orang melirik ke arahnya.

"Gua nongkrong kayak bawa anak kecil tau gak. Gua pasti kangen sih sama lo, Ren.."

"Gua juga.. jadi sedih.. untung gua gak LDR-an ama Niva.."

"Tapi Rendra sama Velly LDR-an anjir, lo mending awasin kakak kembar lo dah tampang buayanya pekat banget cuma ketutup sama muka datar nya doang," jelas Byan.

"Mana ada Abang gua buaya, Abang gua tuh setia banget sama Velly."

"Yee.. awasin aja dulu."

***

Dengan senyum yang merekah Neira membuka pintu kamar Rendra dengan membawa segelas air putih dingin yang di pesankan Rendra kepadanya.

Terlihat punggung tegap Rendra membelakanginya dengan duduk di lantai bersama beberapa tumpuk baju yang akan Rendra bawa nantinya.

My Youth | Sequel Narendra vers IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang