"Adip udahan renangnya atuh, Mamah kamu udah ngomel," tutur Velly yang baru saja datang dengan air dingin yang ada di tangannya.Lelaki berpostur tinggi itu naik ke permukaan kolam renang yang ada di rumahnya, seluruh tubuhnya benar-benar basah kuyup.
"Ini udah," balas Rendra menerima air minum dingin tersebut dan menegaknya hingga tandas.
Tidak lupa Velly pun memberikan handuk kepada Rendra agar bisa mengeringkan tubuhnya.
"Sini aku bantu," kata Velly menarik handuknya dan membantu Rendra untuk mengeringkan rambutnya yang basah.
Rendra menundukan sedikit kepalanya, di sadari memang tinggi badan Velly di bawahnya.
"Hobi baru apa gimana, Dip? Tiap hari renang terus ya aku perhatiin," ucap Velly, di balas kekehan singkat oleh Rendra.
"Ngademin pikiran." Velly menarik lengan Rendra untuk duduk di tempat duduk yang tersedia di sana.
Keduanya duduk santai sambil menikmati suasana di sore hari. Tangan keduanya bergandenga, saling memberikan kehangatan.
"Tangan kamu keriput, kelamaan berenangnya Adip," protes Velly.
"Mumpung di sini, Lyla. Kalau udah di Bandung boro-boro aku berenang kayak gini," balas Rendra dan menjatuhkan kepalanya pada bahu Velly, tidak perduli perempuan itu akan terkena rambutnya yang memang masih sedikit basah.
"Mau kapan berangkatnya?"
"Paling besok sore." Velly mengangguk paham.
"Hm, Dip? Renza gimana? Masih ngambek?"
"Gak usah di pikirin yang ada kamu malah pusing. Itu kan udah keputusan kita, ya walaupun kita kembar pada kenyataanya kan di masa depan kita punya jalan hidup masing-masing," tutur Rendra tersenyum tipis.
Siapa sangka bahwa orang yang Velly kenalkan beberapa saat lalu adalah Narendra Pradipta. Diperkenalkan sebagai orang yang Velly cintai, di hadapan keluarga intinya.
Rendra yang pada saat itu tidak mengerti, tidak bisa berkata apa-apa untung saja dengan sangat pasih tanpa ada gugup sama sekali Velly langsung menjelaskan maksudnya.
Nyatanya, respon kedua belah pihak keluarga tersebut sangat bagus yang malah membuat Rendra semakin tidak paham.
Mengapa perempuan itu melakukan hal yang tidak terduga?
"Aku gak enak, Dip. Renza nyangkanya aku bakalan rebut kamu seutuhnya," kata Velly masih menggenggam jemari lelaki tersebut.
"Ly kok aku mau ketawa, ya?"
"Ish." Velly mencubit lengan lelaki itu, membuat Rendra sedikit terpekik kaget karena sakitnya memang tidak seberapa.
"Rebut apa sih, Lyla? Ikatan darah itu tidak akan ada ujung ceritanya. Walaupun nanti aku punya kehidupan yang baru, Renza pun begitu. Nanti juga Renza paham, dia udah gede masa perihal ini dia gak paham."
Velly menghela nafas gusar.
"Udah tenang aja, Lyla. Hal yang buat aku bahagia itu Renza paling paham, untuk sekarang mungkin hati dia menolak menerima karena memang terkesan sangat terburu-buru. Padahal memang sebelumnya aku gak pernah mikir sejauh ini. Boro-boro mikir kesana, mikirin kamu balik ke aku lagi aja berat banget di kepala," tutur Rendra berharap perempuan yang sudah resmi menjadi wanitanya kembali itu lebih tenang.
"Adip jika kamu bertanya-tanya kenapa aku dengan nekad memperenalkan kamu kembali di hadapan kedua orang tua aku, orang tua kamu dan di depan saudara-saudara kita itu bukan tanpa alasan. Aku ingin memberikan timbal balik yang terbaik buat kamu, dengan cara memberikan ketenangan. Aku tahu kamu kesulitan untuk memulai, padahal kamu tahu bahwa perasaan aku masih lah sana. So, tidak salahnya kan aku yang pertama memulai membuka pintu dan mengizinkan kamu masuk kembali," ujar Velly.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth | Sequel Narendra vers II
Teen FictionSequel dari Narendra | Twins. 'Maaf dan terimakasih.' - Narendra Pradipta. Gak jago bikin deskripsi, caw langsung ke ceritanya. Dan jangan tertipu oleh cover yang cerah wkwk. Start - 17 oktober 2023