Setelah menyelesaikan rapat dimalam harinya, Rendra pun memutuskan untuk langsung pulang ke apartemen tanpa ada rencana untuk nongkrong terlebih dahulu. Lagi pula jam sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam, sudah lumayan larut malam dan sudah waktunya untuk beristirahat walaupun nyatanya setelah sampai di apartemen Rendra tidak akan langsung beristirahat.
"Naren.." panggil Adis mendekat ke arah Rendra yang sedang memasang helm di kepalanya, Adis menghampiri dengan membawa map berisi tentang segela keperluan program kerja mereka setiap tahunnya nanti.
Rendra menoleh. "Boleh nebeng gak?"
Sebelum menjawab Rendra melirik jam tangannya yang bertengger di tangan kanannya, sudah cukup malam jika Adis memutuskan untuk pulang memggunakan gojek jika sekiranya ia tidak mengizinkan Adis untuk menumpang.
Rendra tidak setega itu kepada perempuan. Untuk itu Rendra hanya menjawab perkataan Adis dengan anggukan kecil.
"Beneran?!" Raut wajah Adis berubah menjadi senang dan lega, awalnya wajah itu sangat memelas karena bingung harus pulang bagaimana.
"Heem." Adis menerima helm dari Rendra yang sempat tadi pagi juga Adis memakainya.
"Udah." Rendra menghidupkan motornya dan mempersilahkan Adis untuk naik, setelah memastikan Adis duduk dengan nyaman Rendra pun langsung menarik gas nya dengan kecepatan yang sedang.
Udara malam ini terasa sangat dingin apalagi tadi sore sempat di guyur hujan, membuat sensasi dingin dan sejuk mendominasi. Bahkan Rendra sendiri yang lengkap memakai jaket, sarung tangan dan helm tetap saja kedinginan. Ntahlah dengan teman yang duduk di belakangnya.
Rendra baru ingat bahwa seharian ini tidak mendapatkan kabar apa-apa dari Velly, tidak hanya dari Velly melainkan dari Renza juga. Tetapi Rendra tetap memesankan gofood untuk adik kembarnya itu makan jika memang Renza pulang di sore hari.
"Dingin banget ya, Ren," ucap Adis sedikit mengigil terkena angin malam. Rendra tidak terlalu mendengarnya dengan jelas tetapi Rendra membalas dengan anggukan pelan.
"Tadi kamu keren," kata Adis dengan sedikit berteriak karena di takutkan Rendra tidak mendengar perkataanya.
"Hah? Apa?"
"Kamu keren mimpin rapatnya, aku gak pernah menduga kamu bakalan sekeren itu," teriak Adis dan ya teriakan Adis terdengar oleh Rendra.
Ya, secara mendadak Rendra memang memimpin rapat tadi sore tentu saja karena permintaan dari Marven agar Rendra terbiasa berbicara di depan banyak orang dan skill nya bisa bergembang dengan baik.
Di balik helm tersebut, Rendra tersenyum tipis. Rendra selalu senang mendapatkan apresiasi yang selama ini sangat minim ia dapatkan, rupanya menjadi orang yang terlihat dan dikenali oleh banyaknya orang itu menyenangkan.
"Thanks!" Adis mengangguk.
Siapapun yang mengenal Rendra akan takjub dengan apa yang di perlihatkan oleh Rendra sejak menginjak bangku kuliah, perubahan yang sangat ketara.
***
Entah jam sudah menunjukan pukul berapa, yang pasti Renza kebingungan dengan dirinya sendiri. Renza kaget melihat jam sudah menunjukan pukul sebelas malam, barulah ia ingat bahwa sebelumnya Renza sedang telponan bersama kedua orang tua nya terkhusus dengan papahnya, tidak menyangka bahwa ia bisa ketiduran seperti sekarang.
Untuk menghilangkan kantuknya Renza berjalan ke arah kamar mandinya dan mencuci muka, setelah itu keluar dari kamar untuk melihat apakah kakak kembarnya itu sudah pulang?
Helaan nafas terdengar, rupanya tidak ada tanda-tanda Rendra sudah pulang.
Tempat makan juga masih berantakan di atas meja, bekasnya makan sore tadi tentu saja karena kiriman gofood yang Renza yakini dari Kakak kembarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth | Sequel Narendra vers II
Teen FictionSequel dari Narendra | Twins. 'Maaf dan terimakasih.' - Narendra Pradipta. Gak jago bikin deskripsi, caw langsung ke ceritanya. Dan jangan tertipu oleh cover yang cerah wkwk. Start - 17 oktober 2023