12. Situasi yang?

828 100 5
                                    

"Orang tua aku mau kesini," ucap Adis setelah beberapa saat mereka saling diam.

"Oh ya?" Adis menganggukan kepalanya.

"Yaudah bagus lah kalau gitu, jadi gua bisa balik ke kos-an lagian gua banyak tugas."

Arzan tidak bohong akan hal itu, dirinya memang banyak tugas yang harus segera Arzan selesaikan, berbeda hal nya dengan Rendra yang sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik itu lah kenapa Rendra saat santai berangkat ke Depok.

"Lagian siapa yang nyuruh kamu stay di sini? Kecelakaan nya kan bukan gara-gara kamu, kenapa kamu mau repot-repot jagain aku," tukas Adis karena yang ia harapkan orang yang menemaninya adalah Rendra, orang yang mengalami kecelakaan bersamanya.

"Gua ngegantiin Rendra, karena selaku teman yang baik gua ngebantuin dia buat tanggung jawab seengaknya cuma nemenin lo bukan hal yang melelahkan bagi gua," balas Arzan dengan santai.

"Kenapa kamu gak negur Naren, atau ngelarang Naren? Dia baru aja bikin anak orang celaka, sampe kaki aku sakit segininya kenapa rasa tanggung jawab nya minim banget."

Arzan berdecak kesal, lama-kelamaan Arzan merasa kesal berada di situasi seperti ini. Memang benar, Arzan juga kesal dengan Rendra yang memaksakan berangkat ke Depok hanya karena untuk menghampiri kekasihnya apalagi di situasi Rendra baru saja kecelakaan dan membuat orang lain luka juga karenanya. Tetapi Arzan tidak bisa menahan keinginan Rendra untuk tetap berangkat ke Depok, karena mau bagaimana pun janji tetap lah janji yang harus di tepati dan Arzan paham temannya itu tidak mau menyakiti hati kecil perempuannya yang sudah berharap kedatangannya ke Depok.

"Yaudah lah, Dis. Kan si Rendra juga udah bayarin duit perawatan lo, dia udah transfer ke gua itu salah satu bentuk tanggung jawab dia ke lo lagian cuma tulang retak bukan patah tulang," ujar Arzan.

"Ya tapi kan setidaknya nunggu aku sadar buat memastikan aku gak---

"Kata dokter nya lo gak kenapa-kenapa, itu alasan kenapa Rendra tetap berangkat ke Depok. Lagian ya niat awal Rendra memang ke Depok, bukan buat nganterin lo pulang," kata Arzan lagi.

"Rendra yang ngajak---

"Lo yang sengaja mendekat ke apartemen Rendra, buat caper ke dia biar lo di anterin pulang. Jangan nyangka gua gak tahu niat lo, Dis. Dari dulu lo gak pernah berubah, selalu egois. Apa yang bukan milik lo, yaudah ikhlasin jangan maksain kehendak akan keegoisan lo, gak baik."

Ya, nyatanya Arzan sudah mengenal Adis sejak dulu. Tepatnya pada masa SMP, keduanya berada di satu sekolah yang sama, hubungan keduanya dekat seperti khayalaknya teman sekelas. Pernah satu masa, Adis menyukai teman sekelasnya yang sudah mempunyai kekasih segala cara Adis lakukan untuk membuat lelaki itu menjadi miliknya, padahal saat itu mereka hanyalah anak kelas 2 SMP yang belum tahu apa-apa.  Naasnya hal itu membuat masalah besar dan kesalahan pahaman yang tiada habisnya, karena mengetahui kondisi yang sudah berantakan Adis pun pindah ke Jakarta dan  bertemu dengan Rendra, keduanya berteman dekat dan memutuskan untuk pacaran. Tidak lama berada di Jakarta, Adis kembali ke tempat asalnya dan tidak lama juga Adis kembali ke Jakarta dan tenyata bertemu kembali dengan Rendra.

Arzan yang saat itu paling tahu dengan apa yang pernah terjadi di masa putih-biru mereka, lantas sudah memahami apapun gerak-gerik Adis yang ternyata tidak juga berubah padahal mereka sudah menginjak usia mahasiswa yang seharusnya sudah mempunyai pemikiran yang lebih dewasa.

"Kamu gak tahu apa-apa, Zan."

"Iya karena sejak dulu pun siapapun bahkan lo sendiripun selalu menganggap gua gak tahu apa-apa," ucap Arzan dengan suara yang dingin.

Ruangan rawat Adis kembali hening.

***

Arzan
|Ndra mamih si Adis ada ke Nangor, dia marah-marah anjir tahu anaknya celaka gua yang jadi sasarannya, pas gua cerita kalau Adis celaka sama lo dia langsung nanyain lo, lo balik kapan? Panjang ini masalahnya.|

My Youth | Sequel Narendra vers IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang