2. Long distance

1K 116 18
                                    

***

"Nanti juga di rapatin lagi, semalam cuma basa-basi sedikit belum ada penentuan juga," balas Rendra setelah menghabiskan nasi goreng yang dibuatkan oleh Adis siang ini.

Adis mengangguk paham. "Nanti ada rapat lagi gak?"

"Nggak tau, nanti gua tanyain Marven." Rendra bangkit dari posisi duduknya berniat untuk mencuci piring yang bekas ia gunakan, dengan cepat Adis mendekat dan berdiri di samping Rendra.

"Kenapa?" heran Rendra melirik Adis.

Adis tersenyum. "Biar aku aja, mendingan kamu mandi gih kan kita ada kelas nanti bareng ya? Soalnya tadi aku sama gojek gak bawa kendaraan," tukas Adis mengambil alih spons cuci piring yang awalnya sudah ada di tangan kanan Rendra. Rendra yang mendapat bantuan seperti ini tentu saja tidak menolak, lagian mencuci piring adalah hal yang paling memalaskan untuk Rendra.

"Oke, Dis. Thanks."

"Sama-sama." Rendra bergeser dan kembali duduk di kursi meja makan, tangannya yang sudah bersih mengambil buah mangga dan mengupasnya dengan pisau yang sudah tersedia di keranjang buah.

"Belum kenyang juga, Ren?" kekeh Adis sebentar melirik ke arah Rendra yang posisinya membelakanginya.

"Lo mau?" Rendra menawarkan.

"Dikupasin, kan?"

"Iya." Mereka kembali pada aktivitas mereka masing-masing, Rendra yang mengupas buah Adia yang mencuci piring. Bukan hal yang aneh bagi mereka berduaan seperti ini, setidaknya selama di sini mereka berteman baik.

"Ren, Tante Nei udah ngabarin belum? Katanya ada pemotretan buat kita berdua di daerah Lembang, udah tahu?" tanya Adis setelah menyelesaikan cuci piringnya kembali duduk di samping Rendra, menyicipi buah mangga yang sudah Rendra kupas dan sudah di potong.

"Manis.." gumam Adis menyukai rasanya.

"Belum."

"Eumm.. mungkin Tante Nei susah ya ngabarin kamunya? Soalnya beberapa kali ini Tante Nei suka nanyain kamu ke aku, kamu jarang buka hp?"

"Seingetnya aja," balas Rendra singkat.

Adis sudah memaklumi sifat Rendra yang seperti ini. Toh dari dulu Rendra memang irit ngobrol, berbeda jika dengan orang-orang tentu. Rupanya Adis belum benar-benar di anggap orang terdekatnya Rendra, hampir setahun lebih mereka berada di lingkungan sama tetapi Rendra tidak menunjukan perubahan secara intens.

Tidak masalah bagi Adis, Adis tahu dulu saat mereka sedang berpacaran Rendra menunjukan sifatnya yang Rendra tunjukan pada saat ia sedang bersama Renza maupun bersama Velly.

Ada rasa iri memang, tetapi Adis selalu sadar siapa ia di hidup Rendra. Hanya seorang teman yang merangkap sebagai mantan pacar dari Rendra di masa lalu.

"Gua mandi dulu." Adis mengangguk.

"Thanks buahnya, Ren."

"Iya."

Rendra pun masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan tubuhnya yang mulai tidak nyaman, sekaliam untuk bersiap-siap karena ada kelas siang ini.

Tinggal Adis sendiri di ruang ini, Adis berjalan ke area meja yang dekat dengan televisi dengan helaan nafas Adis melihat foto Velly terpajang apik di sana, ada rasa iri yang Adis rasakan. Tetapi apa boleh buat?

Adis dan Rendra hanyalah kenangan di masa lalu, masa-masa dimana mereka belum sepenuhnya mengerti dengan ego masing-masing.

Lamunan Adis buyar saat hp Rendra berbunyi dengan sangat nyaring, karena takut itu merupakan telpon penting Adis berniat untuk mengangkat telpon dari Velly.

My Youth | Sequel Narendra vers IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang