Pagi mulai menyapa, membangunkan salah satu insan yang ternyenyak dari tidurnya. Bukan hanya karena silau dari matahari yang berhasil membangunkan melainkan sesuatu yang menindih salah satu lengannya, mata cantik itu terbangun dan langsung melihat suaminya yang tertidur dengan sangat nyenyak masih lengkap menggunakan pakaian kantor.Velly menggeliat pelan, menarik lengannya dan mengusap-ngusap puncak kepala suaminya. Sepertinya Velly tidak ingat kapan suaminya ini pulang dari kantor tapi di lihat dari penampilannya yang tidak berubah Velly yakin suaminya itu tidak membersihkan diri dulu sebelum tidur.
Tidak pernah bosan untuk Velly menatap wajah sendu suaminya yang sedang tertidur, pahatan wajah yang sangat sempurna, dengan halis yang tebal, bulu mata yang lentik, dan bibir yang pas dengan perpaduan rahang dan wajahnya membuat Velly tidak ada alasan untuk tidak jatuh cinta kepada sosok ini.
"Eungggh." Velly tersenyum melihat Rendra menggeliat, mungkin merasa terganggu pada saat ada seseorang yang mengusapi pipi nya.
"Hei, bangun," lirih Velly. Kedua mata itu tidak kunjung membuka matanya, tapi Velly merasa ada pergerakan dari Rendra yang menyondongkan dirinya dan beralih memeluk tubuh yang lebih kecil dari tubuh Rendra.
Rupanya suaminya ini sudah terbangun.
"Udah siang, Dip." Bukannya membuka mata, Rendra malah semakin erat memeluk Velly membuat Velly was-was dengan punggung tangannya yang masih terdapat jarum infusan.
"Adip...."
"Sebentar," lirih Rendra dengan suara yang serak. Oke, Velly mengiyakan memberikan kenyamanan dengan cara mengusap-ngusap rambut suaminya tersebut.
Sejak dulu Rendra memang lelaki paling sabar untuk dirinya, tidak pernah macem-macem, tidak bisa menyentak apalagi menyakiti fisiknya, jika marah pun hanya bisa diam tanpa berbicara. Velly menjadi merasa bersalah dengan keinginan suaminya yang belum bisa ia berikan.
"Kamu gak bersih-bersih ya semalam?" Rendra membuka kedua matanya dengan cepat dan menggelengkan kepalanya.
"Ih, jelek pisan kebiasaannya." Rendra memejamkan kedua matanya kembali, merasa tidak perduli.
Semalam Rendra benar-benar kalut saat memegang kening Velly yang terasa panas, menemani Velly semalaman dan berakhir membuatnya ketiduran tanpa ingat untuk membersihkan badan terlebih dahulu.
"Bangun dulu kamu harus sarapan, pergi ngantor, kan?" Rendra mengangguk, dalam hatinya ia sangat malas masuk kantor.
"Gak mau ngantor.." Velly tersenyum tipis.
"Ngantor, Dip. Katanya ada proyek besar, kamu ikut andil di proyek itu masa mau malas-malasan?" tanya Velly.
Bukannya menjawab Rendra malah beralih kelekukan leher Velly dan mencari kenyamanan di sana. Lelaki itu masih sangat mengantuk, jam tidurnya kurang membuat Rendra malas untuk membuka mata.
"Kamu sendirian," lirihnya.
"Gak papa, aku gak papa sendirian dan kayaknya aku juga udah mulai sehatan." Rendra membuka kedua matanya. Mengganti posisinya supaya lebih leluasa untuk melihat istrinya. Tangannya terarah untuk memegang kening itu, oke aman demam Velly sudah turun.
"Bangun dulu sebentar," pinta Velly karena posisi sekarang adalah Rendra yang mengukungnya. Lagi dan lagi Rendra mengganti posisinya sesuai dengan keinginan Velly tentunya.
"Matanya merah banget, Dip. Pusing gak?" tanya Velly membelai wajah Rendra dengan lembut.
Rendra menggelengkan kepalanya, Rendra tidak pusing hanya saja Rendra mengantuk.
"Aku gak papa kalau kamu gak ngantor, hanya saja untuk sekarang kamu kan harus ngurus proyek besar itu." Rendra mengangguk paham, lagian Rendra sendiri sudah berpikir tidak mungkin meninggalkan urusan kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth | Sequel Narendra vers II
Teen FictionSequel dari Narendra | Twins. 'Maaf dan terimakasih.' - Narendra Pradipta. Gak jago bikin deskripsi, caw langsung ke ceritanya. Dan jangan tertipu oleh cover yang cerah wkwk. Start - 17 oktober 2023