"Apaan?" lirih Rendra saat melihat makanan tersimpan di atas nakas samping tempat tidurnya. Rendra memposisikan badannya menjadi duduk dan meminum air putih yang berada di dalam gelas hingga tersisa setengah gelas. Matanya terpaku pada kertas yang tersimpan apik di samping nasi putih.
Abang.. ini ade siapin makanan buat abang. Ade cuma bisa siapain seadanya buat abang, ade gak bisa kayak abang yang selalu bisa menuhi kebutuhan ade. Maaf ya bang, ade cuma bisa ngerepotin abang tanpa bisa di andeli sama abang. Di makan nasi sup sama telur dadarnya, jangan lupa suntik dulu, banyakin air putih ya, bang. Dan jangan kecapean terus, nanti abang sakit dan ade gak mau abang sakit. Sekali lagi maafin ade..
#ade
Rendra menyimpan kembali kertas itu dan melirik makanan yang menurut kertas itu adiknya lah yang menyiapkan ini semua. Melihat itu membuat Rendra berpikir apakah Renza merasa bersalah?
"Perasaan gua gak marah sama dia.." gumam Rendra yang kini memijit keningnya yang terasa pening.
Karena mau sekesal apapun Rendra kepada Renza, tetap saja Rendra hanya bisa diam. Tidak mau memperkeruh keadaan dengan cara marah-marah kepada Renza sendiri. Cukup pertenggkaran dua tahun yang lalu saja yang menjadi bayang-bayang Rendra sampai sekarang, Rendra tidak mau lagi ada pertenggkatan lain apalagi hanya karena persoalan yang kecil.
Ya Rendra menganggapnya itu hal kecil.
Ting
Adis
|Ndra, ada yang harus kamu ttd nih. Nanti bisa kan? Biar cepet bisa aku kasihin.|Narendra
|Okei, nanti.|Rendra melirik jam dindingnya, ada waktu setengah jam lagi untuk Rendra bersiap-siap sebelum ke kampus. Tetapi ia sendiri tidak boleh skip makan apalagi makanannya pagi ini adalah makanan yang disiapkan adiknya, tentu saja untuk menghargai adiknya yang sudah capek-capek membuatnya.
Tidak lupa juga Rendra mengechek gula darahnya dan menyuntik lengannya sebelum sarapan, urusan mandi nanti saja.
Acara makan paginya buyar saat mendengar bell apartemennya berbunyi, dengan langkah gontai karena malas Rendra pun membuka pintu apartemennya.
"Hai, Ren," sapa Adis yang berdiri di depannya dengan senyum yang cerah. Rupanya Adislah yang memencet bell apartemennya.
"Iya, Dis. Ada keperluan apa?" tanya Rendra.
Adis menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, mau ngajak berangkat bareng aja. Boleh gak? Sekalian kamu juga harus cek ini dan kamu tanda tangan lagi deh," jelas Adis seadanya.
Rendra mengangguk paham dan mengajak Adis masuk ke dalam apartemennya.
"Gua ke kamar dulu," pamit Rendra tidak terlalu memperdulikan kedatangan Adis, dan Rendra memutuskan untuk menghabiskan sarapannya agar cepat-cepat bisa bersih-bersih dan berangkat ke kampus.
Rendra baru ingat satu hal, beberapa hari lalu Rendra membeli satu dress saat ia dan Ardan mengunjungi salah satu mall terdekat yang bertujuannya Rendra ingin mengajak Velly ngedate di saat nanti Rendra sedang mempunyai hari yang free. Dan minggu ini tepatnya di hari minggu, Rendra tidak mempunyai jadwal apapun dan rencana awalnya Rendra ingin mengunjungi Velly di Depok.
"Kayaknya gua ngobrol dulu sama Marven," gumam Rendra karena mau bagaimanapun saat ini ia di tunjuk menjadi ketua pelaksana salah satu acara di kampus tentu saja dengan bimbingan Marven.
Narendra
|Ly, aku mau kirim paket nanti terima ya.|***
Narendra
|Ly, aku mau kirim paket nanti terima ya.|
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth | Sequel Narendra vers II
Teen FictionSequel dari Narendra | Twins. 'Maaf dan terimakasih.' - Narendra Pradipta. Gak jago bikin deskripsi, caw langsung ke ceritanya. Dan jangan tertipu oleh cover yang cerah wkwk. Start - 17 oktober 2023