51. Sick !!

841 100 12
                                    

Membaca rentetan pesan yang di kirimkan Renza tentu saja membuat Rendra panik akan kondisi istrinya, tetapi di balik itu juga Rendra merasa bangga dengan Renza yang sudah nampak lebih dewasa dari sebelumnya. Rupanya diam-diam Renza tumbuh dengan pendewasaan yang baik, hanya saja apa yang di perlihatkan kepada keluarga adalah Renza yang masih berusia belasan tahun.

Di waktu-waktu yang seperti ini Renza selalu bisa di andalkan. Mempunyai kembaran yang selalu memberikan support terbaik seperti Renza tentu saja satu kebahagiaan juga bagi Rendra.

Rendra
|Iya, gua pulang.|

Rendra mengambil jaketnya dan memakainya dengan gerakan cepat, tidak lupa juga mengambil kunci mobilnya yang sempat Rendra simpan di dalam laci tempat kerjanya, setelah itu langsung bergegas untuk pulang.

Lagi pula jam sudah menunjukan pukul delapan malam, padahal seharusnya di jam sore saja Rendra sudah bisa pulang hanya saja waktu untuk menenangkan dirinya belum cukup.

"Maafin aku, Ly," lirih Rendra.

Raut wajahnya nampak tidak tenang, tentu saja karena Rendra sangat menyayangi istrinya tersebut. Mau sebesar apapun rasa kecewanya terhadap perempuan itu Rendra tetap menyayanginya. Karena raut wajah Rendra yang terkesan dingin membuat orang-orang yang berpapasan dengannyan tidak berani menyapanya seperti biasa, hanya memberikan senyuman tipis kepada menantu keluarga Alexandra tersebut.

Selama kerja di sini semua orang-orang yang bekerja di kantor ini memang sudah mengetahui bahwa Rendra adalah menantu dari Xavier Alexandra, orang yang sangat di sengani dan di hormati oleh mereka, tentu karena Xavier adalah penerus perusahaan Alexandra saat itu dan sekarang hampir berapa persen tanggung jawab perusahaan sudah ada di salah satu tangan penerus keluarg Alexandra, yaitu Rion sebagai putra sulung dari Xavier. Dan menjadi menantu Xavier tentu saja menjadikan Rendra orang yang di segani juga, walau pada awalnya pada saat orang-orang tahu Rendra hanyalah anak magang banyak sekali orang yang menjahilinya, mengerjai bahkan memfitnahnya tetapi hal-hal seperti itu Rendra jadikan awal perjalanannyaa di dunia bisnis.

Rendra selalu ingat apa pesan Xavier kepadanya, selalu.

'Ndra, jika kamu sudah tidak sanggup akan anak Papah, pulangkanlah dia kembali, kerumah Papah. Dengan sebaik-baiknya kata, sama pada saat kamu meminta izin untuk menikahi anak Papah. Tetapi, yang namanya orang tua selalu ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Maka dengan itu, Papah sangat berharap dengan besar pada pundak kamu, semua tanggung jawab anak Papah bisa kamu jalani dengan baik, nafkah lahir batinnya, dunia dan juga akhiratnya,' tutur Xavier pada saat itu.

Perkataan itu tidak akan Rendra jadikan kenyataan, karena sampai kapanpun memulangkan Velly kepada orang tuanya tidak ada di kamus kehidupan Rendra. Rendra yakin, apapun permasalahan di rumah tangganya, ia dan Velly akan bisa melewatinya.

Helaan nafas kasar suda Rendra hembuskan di saat ia kesal dengan jalanan macet di malam ini, Rendra memaki orang-orang yang keluar malam hanya untuk memenuhi jalanan seperti ini saking kesalnya.

Dering telpon membuat Rendra menoleh kepada hp nya, tertera nama 'Mamah' di sana, dengan cepat Rendra mengangkatnya.

'Hallo, Abang.'

'Iya, Mah.'

'Abang masih di jalan, sayang?'  Neira berbasa-basi.

'Iya, hari liburku kerja, Mah. Ada apa? Di sana aman? Papah sehat? Mamah, Nai, sehat?'

'Alhamdulillah Mamah sangat sehat, Papah sehat dan Nai juga alhamdulillah sehat. Abang sendiri bagaimana? Gak tahu kenapa akhir-akhir ini Mamah kepikiran sama Abang terus.'

My Youth | Sequel Narendra vers IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang