***
Malam membawa Rendra berdiam diri dengan angin yang menusuk kulit, rasa dingin itu tidak membuat Rendra bangkit dari posisi duduknya.
Petengkarannya bersama Velly tiga jam yang lalu membuat keduanya saling diam, tidak ada kata yang keluar dari masing-masing mulut keduanya.
Bersila di balkon apartemen Velly untuk menenangkan akal pikirannya yang saat ini sedang berkecamuk mememuhi isi kepalanya.
Di satu lain, Velly pun demikian. Hanya duduk di sopa ruang tamunya dengan menatap kosong televisi yang menyala untuk menemani malam sepi nya.
Malam yang seharusnya special harus ditiadakan karena pertengkarannya tadi, Velly sendiri yang membatalkan dan Rendra menyetujuinya. Keduanya tidak akan bisa memaksakan keadaan di saat situasinya memang sedang kurang membaik.
Bahkan kedua mata Velly sudah sembab karena menangis. Mendengar bahwa sesering itu kah lelakinya bersama wanita lain yang mempunyai rangkaian masa lalu dengan lelaki yang kini telah menjadi kekasihnya.
Selama ini yang Velly lakukan adalah diam di saat Velly mengetahui satu dan dua hal tentang Rendra dan Adis.
Mungkin Rendra sendiri bisa membela diri bahwa bukan dirinya yang mendekat, melainkan Adis. Tetapi, apa lelaki itu ada sanggahan dan bisa berusaha menjaga jarak? Bahkan Rendra sendiri pun menyadari bahwa dirinya tidak pernah membatasi dirinya dengan Adis karena yang Rendra sadari keduanya hanya berteman baik.
Tetapi perasaan perempuan tidak bisa di salahkan jika yang di sangkut pautkan adalah pihak ketiga, apalagi pihak ketiga adalah orang masa lalu.
Velly pun tidak mengerti mengapa perasaanya saat ini sangatlah sensitif, disaat dulu ia bisa menahannya sendiri. Apa karena Velly merasa situasinya sedang tidak pas? Karena yang Velly bayangkan adalah hari yang membahagiakan karena bisa menghabiskan waktu bersama Rendra. Velly tidak menyangka bahwa nama perempuan lain membuatnya berantem dengan Rendra.
Renata
|Vell, nangisnya jangan lama-lama Anak cantik jangan lama-lama kalau nangis.|Ya, Velly memang bercerita dengan Renata tentang pertengkarannya dengan Rendra. Dan Renata dengan baik mau mendengarkan ceritanya dan memberikan beberapa masukan yang sebenarnya saat ini belum bisa Velly pahami.
Velly menghapus air matanya saat disadari air matanya kembali mengalir walau tidak sederas tadi. Lamunannya buyar saat Velly mendengar bell apartemennya berbunyi.
Dengan cepat Velly berdiri dan berjalan menuju pintu apartemennya untuk membukakan pintu bagi siapa yang datang.
Velly menghela nafas dan sesekali membenarkan kerapihan rambutnya dan segera membuka pintu itu.
Ceklek
"Om.." sapa Velly.
Rezka tersenyum tipis masih dengan memakai baju dokternya, keberangkatannya ke Depok memang mendadak.
"Ayo masuk, Om," ajak Velly setelah menyalimi dan memeluk Rezka dengan singkat, tentu saja karena sejak Velly kecil mereka sudah sangat dekat.
"Kamu bagaimana kabarnya?" tanya Rezka sambil membuka sepatunya.
"Baik, Om. Om mendadak ya ke sini? Soalnya masih pakai baju dokter." Rezka mengangguk ia berjalan bersamaan dengan Velly untuk masuk ke dalam apartemen Velly, kepalanya celengak-celenguk mencari keberadaan anaknya.
"Om duduk dulu biar Velly ambilkan--
"Gak usah nanti Om bisa ngambil sendiri, kamu habis nangis? Kenapa?" tanya Rezka menyernyitkan dahinya.
Velly terdiam beberapa saat, gagal sudah usahanya untuk tidak saling kontak mata dengan Rezka, karena Rezka sudah menyadari mata sembabnya. Dengan cepat Velly duduk di samping Rezka, dan tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth | Sequel Narendra vers II
Teen FictionSequel dari Narendra | Twins. 'Maaf dan terimakasih.' - Narendra Pradipta. Gak jago bikin deskripsi, caw langsung ke ceritanya. Dan jangan tertipu oleh cover yang cerah wkwk. Start - 17 oktober 2023