"Om." Xavier mengelengkan kepalanya bertanda bahwa ia enggan mendengar penjelasan apapun dari Rendra. Rendra menghela nafas gusar, hati dan perasaannya tidak tenang saat ini. Semua hal yang terjadi di kehidupannya berputar secara bersamaan. Rendra bisa melawan semua orang, tetapi tidak dengan Xavier.
"Makin kesini kamu makin berani, semena-mena. Sebenarnya kamu menganggap anak Om itu seperti apa? Mainan kamu? Kamu juga menganggap bahwa sikap Om selama ini cuma becandaan?" Rendra terdiam.
Selama ini Xavier sadar dengan sikap tegasnya kepada Rendra, tapi itu Xavier lakukan bukan tanpa alasan. Velly adalah anak bungsunya, anak perempuan terakhir yang akan di berikan bagian akan hartanya. Keluarga Alexandra adalah bukan keluarga kecil yang mudah menerima siapapun untuk menjadi bagian dari keluarga besarnya. Dan ini, walaupun Rendra adalah anak dari sahabat yang ia anggap sebagai adiknya sendiri tetap saja Xavier kuat pada pendiriannya.
Menjadi kekasih dan suami anak bungsunya harus seorang pembisnis yang nantinya akan menjadi penerus salah satu usaha yang sudah di besarkan sejak beberapa tahun yang lalu.
Karena Xavier adalah anak dari seorang pembisnis. Anak tunggal yang harus merasakan bebannya sendiri, tidak rela jika usaha sebesar ini harus hancur jika ada ditangan yang tepat.
Rendra termasuk orang yang pertama Velly kenalkan. Anak dari sahabatnya. Dan Xavier bukan membenci Rendra, justru Xavier sangat mengenal anak itu.
Anak yang punya ambisi untuk kemauannya sendiri.
Itu lah yang Xavier rasakan dari tatapan pemuda berusia hampir dua puluh satu tahun tersebut. Itu lah kenapa sejak awal Rendra tidak mengambil jurusan bisnis, karena anak itu ambis pada kemauannya sendiri.
Mengetaui soal itu, Xavier kecewa. Hanya saja Xavier tidak bisa melakukan apa-apa karena ia bukan orang tua dari Rendra. Mendengar bahwa anak itu masuk kedalam kampus terbaik di Indonesia saja sudah membuatnya bangga.
Dan sekarang, anak itu membuatnya kecewa.
Xavier mendapat telpon dari anak bungsunya yang menangis tersedu-sedu. Saat di tanya kenapa, Xavier mendapatkan jawabannya.
Itu lah kenapa Xavier ada di sini.
Sebenarnya Xavier sudah sedikit merelakan Rendra untuk terus mempertahankan jurusannya, hanya saja setelah mendengar bahwa lelaki itu bermain di belakang anak perempuannya. Membuat Xavier murka dan langsung menghampiri Rendra.
"Aku gak bermaksud semena-mena, Om. Yang kemarin itu adalah kesalah pahaman yang belum sempat saya jelaskan," balas Rendra.
Xavier berdecak.
"Kesalah pahaman dalam memeluk wanita lain di depan anak, Om? Kamu sudah dewasa, kamu pasti tahu batasan wanita mana yang harus dan enggak yang bisa menerima pelukan dari kamu. Pelukan itu berarti bagi seseorang yang mendapatkan rasa tulusnya. Dan ya, kamu juga membalas pelukannya kan?"
"Om tanpa menghilangkan rasa hormat aku kepada, Om. Maaf, jika Om belum mengetahui apa-apa di balik kejadian kemarin lebih baik Om diam dulu ya. Seperti yang Om katakan tadi, 'kamu sudah dewasa.' Ya, Om bener. Jadi gak usah repot-repot menghampiri aku hanya untuk menyalahkan kejadian tersebut kepada saya. Karena setelah Velly dan aku tenang, kita punya jalan tengahnya, karena kita sudah sama-sama dewasa," tukas Rendra.
"Kamu pikir kamu berbicara dengan siapa? Ini yang Rezka dan Neira ajarkan kepada anak kesayangan mereka? Sudah mulai tidak tahu sopan santun?" cibir Xavier.
"Kenapa Om membawa nama orang tua?" tanya Rendra tidak terima dengan tundingan Xavier.
"Om juga tahu orang tua aku seperti apa, jangan menyalahkan mereka tentang apapun kesalahan aku," sambung Rendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth | Sequel Narendra vers II
Novela JuvenilSequel dari Narendra | Twins. 'Maaf dan terimakasih.' - Narendra Pradipta. Gak jago bikin deskripsi, caw langsung ke ceritanya. Dan jangan tertipu oleh cover yang cerah wkwk. Start - 17 oktober 2023