2 tahun kemudian
"Mau kemana, Bang?" tanya Renza.
Rendra menoleh ke arah Renza sekilas setelah itu menyambar kunci mobilnya yang tergelatak di atas nakas ruang tengah. Bisa Rendra ketahui adiknya itu pasti pulang koas, karena di lihat dari penampilannya yang sudah tidak rapih.
"Gua ada pemotretan di Pangalengan," balas Rendra sambil melihat-lihat sepatu yang tersusun rapi di rak sepatunya.
"Katanya lo gak enak badan kok malah mau pemotretan?"
"Udah enakan, lagian lumayan duitnya." Renza hanya menghela nafas pelan mendengar perkataan Rendra.
"Sejak kapan sih Abang ngambis cari duit," gerutu Renza menyimpan tas nya ke sopa dengan asal.
Dua tahun ini memang banyak yang berubah. Keduanya sama-sama sibuk mengejar impian masing-masing. Rendra yang ingin lulus tepat waktu dan Renza yang ingin menjalankan koasnya dengan baik. Waktu keduanya juga sudah sangat berkurang.
Seperti hal nya ini contohnya, Renza pulang subuh bersamaan dengan Rendra yang akan pergi.
Pembicaraan keduanya juga sudah berkurang, bukan hal aneh lagi karena hal seperti ini membuat keduanya malah sering berantem saling kesal satu sama lain.
"Jadi sekarang Abang mau ke Pangalengan nyetir sendiri?" Rendra menganggukan kepalanya.
"Yakin bisa sendiri? Mata panda Abang parah banget itu, ngejar revisian tuh pelan-pelan aja, Bang."
"Lo bisa gak sih gak usah bahas revisian gua? Pening gua dengernya," sambar Rendra yang memang jujur sedang stres oleh revisiannya yang tidak kunjung selesai.
"Gak beres-beres karena Abang gak fokus satu-satu. Coba aja Abang fokus revisi dulu terus baru ngambil job, Mamah pasti ngerti kok, Bang," tutur Renza.
Walaupun agensi tersebut milik Neira dan Rendra sudah masuk dinaungan agensi itu, tentu saja Rendra tidak bisa seenaknya. Tanggung jawabnya sudah tidak lebih besar di bandingkan dulu, dan Rendra selalu ingin memberikan yang terbaik untuk semuanya.
"Lo gak suka gua ngambil job ini, De?"
"Bukannya gak suka, Ade cuma sayang aja karena Abang sibuk makanya revisian Abang gak Abang selesai-selesaian."
"Gua tahu lo perduli, tapi sorry. Ini udah jadi tanggung jawab gua, lagian gua bisa kok bagi waktu gua buat revisian." Renza berdecak kesal.
"Kata nya lo pengen lulus cepet sedangkan di sini lo cuma buang-buang waktu," celetuk Renza yang tanpa di sadarinya menyakiti hati Rendra.
Renza cukup kesal melihat Rendra yang terlalu keras dengan dirinya sendiri, selama dua tahun ini Renza sangat tahu mati-matiannya Rendra seperti apa. Tapi menurut Renza dengan tidak fokus pada satu hal sama saja dengan membuang-buang waktu yang berharga.
"Buang-buang waktu maksud lo gimana? Gua kerja pemotretan menurut lo itu buang-buang waktu?"
Mendengar suara Rendra yang meninggi membuat Renza terdiam. Dirinya keceplosan secara langsung, Rendra pasti tersinggung.
Rendra berdecak kesal, capek rasanya jika berhadapan dengan Renza selalu berakhir seperti ini.
"Makin sinu lo makin jago ngatur, kayak hidup lo udah teratur aja," ucap Rendra dan meninggalkan ruang tengah dengan langkah lebar.
Lebih baik dengan cepat menghindar sebelum keduanya benar-benar menjadi api.
Renza mendudukan tubuhnya di sopa dan memukul kepalanya kesal, seharusnya ia tidak mengucapkan kata-kata itu kepada Rendra. Seakan dirinya menekan Rendra untuk cepat wisuda, padahal bukan itu maksudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth | Sequel Narendra vers II
Fiksi RemajaSequel dari Narendra | Twins. 'Maaf dan terimakasih.' - Narendra Pradipta. Gak jago bikin deskripsi, caw langsung ke ceritanya. Dan jangan tertipu oleh cover yang cerah wkwk. Start - 17 oktober 2023