36. Sama aku aja ya, Ly.

945 125 16
                                    


"Mah itu buat siapa?" tanya Velly melihat bahwa makanan yang sudah disiapkan, seakan siap untuk di berikan kepada seseorang.

Yala menoleh dan tersenyum tipis.

"Buat Rendra. Semalam katanya pengen masakan Mamah. Ya seperti kamu tahu, Rendra susah banget makan apalagi lagi pemulihan gini," tukas Yala yang mendapatkan pesan dari Neira yang memberitahukannya bahwa anak bujangnya tersebut pengen sesuatu yang di buatkan olehnya.

Tidak pernah merasa merepotkan, Yala pun mengiyakan hal tersebut.

"Ouh.." lirih Velly.

"Mau bantuin Mamah buat nganter ini ke rumah Mamah Nei? Mamah masih harus bikin salad," kata Yala.

Velly terdiam beberapa saat, hal yang tidak bisa Velly tentang adalah jika Yala menyuruhnya sesuatu dan meminta tolong seperti ini.

"Kalau gak mau gak papa, nanti Mamah suruh Bang Mar--

"Boleh, Mah. Biar Velly aja," ucap Velly bulat tanpa memikirkan hal apapun.

Yala tersenyum di buatnya. Sebenarnya Yala sengaja menyuruh anaknya mengantarkan makanan itu, karena menurut Yala hubungan mereka jangan sampai renggang. Walaupun hubungan anak-anak mereka sudah selesai, tapi bagi Yala sendiri ia merindukan kebersamaan Yala dan Rendra jika keduanya bersama.

Masih ada harapan untuk keduanya kembali bersama.

Dengan helaan nafas panjang, Velly mengambil apa yang sudah mamahnya itu siapkan, setelah itu Velly izin untuk mengantarkannya sekarang walau dengan perasaan yang tidak tenang dan sedikit gundah.

Langkahnya pelan, hari juga masih pagi sekitaran jam 9 pagi. Velly bisa melihat Renza yang sedang memandikan mobil mililnya tumben sekali memang.

"Renza," panggil Velly membuat anak itu menoleh.

"Eh, Vell." Renza menjawab sambil memamerkan gigi rapihnya, tangan kanannya masih memegang spons.

"Mamah Nei ada?" Renza mengglengkan kepalanya.

"Barusan sama Naina keluar, belanja."

"Ouh gitu. Ini ada makanan dari Mamah katanya buat Ren--

"Buat si Abang ya? Yaudah lo bawa masuk aja ke dalam gih jangan nyuruh gua baju gua pan pada basah, tenang aja kalau lo takut ada Rendra dia gak ada di bawah kok, masih stay di atas," cerocos Renza membuat Velly menghela nafas.

"Lagian tumben bener nyuci mobil," protes Velly dengan ketus.

Renza terkekeh.

"Gabut."

"Gabut anak orang kaya emang beda," celetuk Velly yang langsung melenggang pergi dari hadapan Renza, Renza menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Padahal kan kayaan dia ya," lirih Renza dan kembali fokus memandikan mobil kesayangannya.

Velly terus melanjutkan langkahnya masuk ke dalam rumah besar ini, perasaannya tidak tenang memang. Velly sangat ingin tahu tentang kondisi laki-laki itu, tapi Velly selalu takut jika harus bertatapan wajah dengan laki-laki tersebut.

"Huh tenang Vell, tenang." Berusaha menenangkan dirinya.

Sedangkan di atas, Rendra terbangun dari tidurnya masih dengan tubuh yang lemah. Tenggorokannya kering, di liriklah nakas yang ada di samping tempat tidurnya, kosong. Gelas itu kosong, padahal biasanya selalu ada.

Rendra memejamkan kedua matanya singkat. Dengan gerakan pelan Rendra memutuskan ke bawah untuk mengambil air putih, dari pada kehausan disini.

Meringis pelan saat kepalanya masih sangat terasa berat dan sakit, pandangannya pun masih kabur. Yang memang seharusnya Rendra masih harus berada di rumah sakit dalam pengobatan, keadaannya kemarin itu sangat menurut hingga munculah vonis Ketoasidosis diabetik

My Youth | Sequel Narendra vers IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang