4. Berantem

996 108 23
                                    

Byan putus dengan Aila? Ya itu lah kebenaran yang sudah sebulan yang lalu Rendra ketahui yang sekarang menjadi boomerang untuknya.
Rupanya menjalani hubungan jarak jauh tidak mudah bagi Aila dan Byan setelah mereka berpacaran hampir dua tahun dan harus kandas karena buruknya komunikasi.

Rendra berantisipasi hal itu.

"Kan pagi-pagi udah ngelamun aja," ucap Renza yang masuk kedalam kamarnya dengan byebye fever menempel di keningnya. Semalam saat Renza sudah terjaga dari tidurnya, Rendra memasang benda itu pada kening Renza karena takut demam Renza meninggi setelah asmanya kambuh.

Rupanya Renza datang dengan air hangat yang sengaja Renza bawakan untuk Rendra.

"Minum dulu, Bang," pinta Renza dengan senang hari Rendra menuruti dan meminum setelah air hangat yang dibawakan Renza.

"Thanks." Renza tersenyum tipis.

"Niva semalam nginep sama Aila di apart Niva terus mereka masak katanya makanannya mau di bawa kesini kita sarapan pagi ya, Bang," ujar Renza.

Terbesit rasa khawatir Rendra sebelumnya, tetapi setelah mendengar suara Renza yang sepertinya baik-baik saja langsung membuat Rendra bernafas lega, efek kambuhnya semalam tidak membuat Renza sakit, untungnya.

"Iya. Lo mandi duluan gih gua beresin ini dulu." Renza menganggukan kepalanya membiarkan Rendra kembali mengerjakan tugasnya yang semalam belum selesai.

Setelah selesai mandi dan bersiap-siap Renza langsung bergegas untuk membukakan pintu apartemennya karena Niva dan Aila sudah menunggu pintu untuk di buka.

"Hai.." sapa Renza.

"Pagi, Ren," balas Niva dan Aila di masing-masing tangan mereka sudah menentang menu sarapan yang akan mereka makan pagi ini.

"Ayo masuk," ajak Renza kepada kedua perempuan itu yang salah satunya adalah kekasihnya.

"Biar gua sajiin dulu kepiring deh. Rendra nya mana, Ren? Biar sarapan bareng," ujar Aila mencari beberapa piring.

"Masih di kamar, gua panggilin dulu deh," balas Renza dan kembali bergegas untuk memanggilkan Rendra yang masih berada di kamarnya.

"Loh Abang mana?" tanya Rendra dengan suara lirih. Langkahnya terus ia bawa kedalam, terdengar suara mengalir dari bilik kamar mandi, ia pastikan Rendra sedang mandi kali ini. Renza mendekat ke arah meja belajarnya, meja yang selalu berantakan.

"Dulu lo anti banget nugas-nugas gini, Bang. Dunia emang ngerubah banyak hal tentang lo, Bang," ucap Renza berdialog sendiri dan sedikit membereskan kertas-kertas milik Renza.

Tanpa sadar Renza menyenggol gelas yang berisikan air hangat yang ia bawakan tadi untuk Renza. Terlambat menyadari dan bergerak cepat, akhirnya gelas itu tumpah dengan beserta sisa isinya.

Renza melongo. Beberapa kertas yang belum sempat Renza ambil sudah basah oleh tumpahan air itu, Renza tidak bisa melakukan apa-apa lagi setelah ini apalagi langkah Rendra mulai mendekat.

"B-bang.." lirih Renza dengan suara gemetar.

Masih memasang wajah datarnya, Rendra mengambil kertas yang sudah basah itu bahkan robek saat ia mengambilnya. Wajah merah padam langsung tersirat di raut wajah Rendra, tangan kirinya mengepal menahan emosi.

Semalam ia mengerjakan tugas itu. Dan kini hancur dengan seperkian detik saja.

"Kenapa gak coba hati-hati, De?" tanya Rendra masih berusaha menenangkan hatinya.

Renza menunduk. Renza tahu Rendra pasti marah dan kecewa kepadanya sekarang.

"Lo tahu kan gua ngerjain ini semalaman? Gua kagak tidur demi ini bro," sambung Rendra menatap Renza dengan tatapan kesal dan penuh amarah, tetapi Rendra selalu menahan diri untuk tidak menyakiti adiknya ini walau nyatanya kebablasan itu selalu ada.

My Youth | Sequel Narendra vers IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang