"Udah berapa lama lo gak ketemu Rendra?" tanya Byan begitu saja. Velly terdiam mengingat-ngingat, Rendra itu jarang pulang ke Jakarta jika bukan karena libur kuliah.
Berbeda dengannya yang sering pulang untuk mengunjungi orang tuanya di Jakarta, dan sekarang Velly menyadari bahwa sudah lama ia tidak bertemu dengan Rendra.
"Udah lama nggak ketemu, Byan."
Helaan nafas dari Byan terdengar. "Gak coba ngajak Rendra ketemu? Setidaknya buat memperbaiki hubungan," kata Byan.
Velly menggelengkan kepalanya.
"Rendra sibuk banget organisasi, tugasnya juga banyak buat tidur aja susah cari waktunya begitu juga dengan gua," tukas Velly.
"Awal kehancuran gua sama Aila juga gini, Vell. Susahnya bertemu dan jarangnya komunikasi, juga laporan-laporan dari orang sekitar yang malah ngebuat kita overtinking dan memandang bahwa pasangan kita itu tidak memprioritaskan kita." Velly terdiam beberapa detik untuk memahami apa yang di katakan oleh Byan.
Dalam hatinya Velly berharap bahwa hubungannya akan selalu baik-baik saja untuk ke depannya. "Jangan nakutin gua.." gumam Velly.
Byan mengusap bahu Velly untuk menenangkan. "Saat itu gua yang egois kurang mementingkan perasaan Aila. Mendengar dari semua cerita lo, gua rasa kalian masih sama-sama bisa memahami dan mementingkan perasaan satu sama lain, hanya saja dari pihak Rendra nya yang gak suka membahas orang lain di antara obrolan kalian berdua." Byan menghela nafasnya.
"Gua tahu, Byan. Cuma memendam sesuatu untuk tidak di tanyakan juga kan gak bagus, lagi pula yang gua tanyakan juga bukan hal yang aneh-aneh?" Byan tersenyum.
"Gua rasa lo itu udah kangem deh Vell sama Rendra," kekeh Byan dan memakan kembali menu sarapannya pagi ini. Velly berdengus dan menatap Byan dengan kesal.
"Makan lagi buburnya, atau mau gua suapin?" Velly menggelengkan kepalanya.
"Gua bisa sendiri." Velly menatap bubur yang tinggal setengah itu dan memakannya dengan gerakan pelan, di dalam hatinya masih saja ada yang mengganjal.
"Vell, Rendra udah habis-habisan banget berjuang buat mendapatkan restu dari bokap lo. Masa setelah mendapatkan restu Rendra mau mempermainkan lo? Lo tau sendiri kan perjuangan Rendra buat terus sama lo gimana?"
Apa yang di katakan Byan benar. Rendra sangat habis-habisan belajar demi mengstarakan kepintarannya dengannya dan juga Renza, Rendra juga selalu memantaskan diri bahwa ia juga seorang laki-laki yang bisa di andalkan. Itu semua Rendra lakukan deminya bukan?
Velly menghela nafasnya, sebenarnya Xavier belum benar-benar memberikan restu kepada hubungan mereka berdua. "Byan.. sebenarnya bokap gua hanya memberi restu seperkian persen, Rendra masih terus berjuang buat gua. Untuk itu, gua takut Rendra capek dan memutuskan pergi ninggalin gua.."
Byan menatap Velly dengan tatapan sendu, dan mengganti posisinya menjadi duduk di samping Velly, dirangkulnya Velly dan memeluk Velly untuk menenangkan hati dan persaaan sahabatnya yang selalu rumit akan hubungannya dengan Rendra.
"Makanya, gua lebih memilih diam."
Sudah LDR, restu orang tua masih di pertanyakan. Sungguh rumit.
***
Renza memasuki kelas dengan langkah gontai, mengingat wajah kecewa dan kesal Rendra membuat Renza kepikiran dan tidak bergairah melakukan apapun, bahkan Januar yang ada di sampingnya pun kebingungan melihat tingkah Renza yang tidak biasanya.
Bahkan Renza sendiri tidak berani mengirimkan pesan teks kepada Rendra, saat ini Renza hanya bisa diam berharap emosi Rendra akan mereda nantinya.
"Lo kenapa sih?" tanya Januar menyenggol Renza oleh bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth | Sequel Narendra vers II
Teen FictionSequel dari Narendra | Twins. 'Maaf dan terimakasih.' - Narendra Pradipta. Gak jago bikin deskripsi, caw langsung ke ceritanya. Dan jangan tertipu oleh cover yang cerah wkwk. Start - 17 oktober 2023