Renza sudah tidak bisa menahan diri lagi. Perasaannya campur aduk, rasa takutnya campur aduk begitu saja. Selama Renza hidup di dunia, entah sudah berapa kali ia menangisi kakak kembarnya. Karena dunia harus tahu, bahwa Narendra Pradipta sangat berarti di muka bumi nya seorang Narenza Sadipta, tidak perduli seseorang menolaknya yang pasti kenyataannya memanglah seperti itu.
Dan kini, Renza tidak menyangka bahwa kedua laki-laki yang sangat berarti di hidupnya sedang sama-sama dalam keadaan yang sama mengkhawatirkan.
Papahnya, orang yang sangat mengenalkannya tentang kerasnya dunia kini hanya berbaring lemah di ruang rawat dengan wajah yang cukup tenang. Jauh dari itu Renza sangat bersyukur operasinya berhasil dan hanya tinggal menunggu Papahnya itu bangun. Tetapi tetap saja, Renza masih berada di perasaan yang sangat khawatir dan takut.
Bayangan bahwa malam tadi adalah malam terakhir pahlawannya berada di dunia. Ya, Renza sudah berpikir jauh, saking takutnya. Tetapi Tuhan masih baik hati kepadanya, masih memberikan manusia paling mengerti diantara miliaran manusia yang ada di bumi.
"Mau lihat Papah nya?" Seseorang membuyarkan lamunannya Renza yang sedang berdiri merenung di depan ruang rawat Rezka.
Dia Velly. Renza cukup kaget, perempuan ini ada di sini. Sejak kapan? Apa kakak kembarnya itu tahu? Atau mungkin Velly kesini untuk menenangkan kakak kembarnya. Jika iya, Renza cukup muak.
Karena perempuan ini, luka terberatnya Rendra. Dan Renza sendiri, tidak menyukai orang-orang yang telah menyakiti abangnya, bahkan melukai tanpa disengaja sekalipun.
Dan ya, sialnya Rendra tidak menyadari hal itu. Rendra menyadari bahwa dengan perempuan ini, dia tidak akan bahagia. Dalam artian, tidak akan bahagia karena di atas tekanan Xavier Alexandra.
"Lo ngapain di sini?" tanya Renza dengan suara pelan, serak dan tidak bertenaga.
"Melihat situasi yang ada disini, bagaimana juga gua dekat sama Om Rezka gak mungkin saat gua tahu beliau kecelakaan gua hanya diam," tutur Velly.
Renza tersenyum miris.
"Gak adil, Vell. Saat Papah gua bisa memperlakukan lo dengan baik, sedangkan balasannya sebaliknya. Papah lo gak memperlakukan Rendra dengan baik," ujar Renza tanpa menoleh ke arah Velly bahkan untuk menoleh saja rasanya enggan.
Velly mengerti. Cuma tidak ada yang bisa ia pikirkan lagi setelah ini. Hubungannya dengan Rendra sangat menguras tenaga dan perasaan. Mulai dari Xavier, jarak dan rasa kepercayaan tiba-tiba membeludak begitu saja di saat masalah kecil maupun besar mulai berdatangan.
"Apa lo gak capek?" tanya Renza.
"Jujurly gua capek, Vell. Gua capek lihat Abang gua sendiri meringis sendirian saat ia mendapatkan hal-hal yang menyakiti hati dan perasaannya. Terhitung hampir empat tahun, Vell. Kalian berjalan di tempat. Entah karena Rendra yang gak bisa berjalan, entah karena ekspetasi Papah lo yang ketinggian?"
"Cinta kalian seakan cinta haram, Vell," sambung Renza.
Kata-kata terakhir Renza berhasil membuat air mata Velly menetes dengan derasnya. Tidak ada yang bisa Velly katakan, karena apa yang di katakan Renza seakan menamparnya dengan keras.
"Dan sialnya, lo diem aja, Vell. Ah bahkan lo sendiri yang buat nama Abang gua semakin jelek di mata Om Sap. Andai lo denger dulu penjelasan Abang gua dan lo gak buru-buru ngadu sama bokap lo kejadiannya gak akan kayak gini."
Benar, andai saja.
"Bayangin, Vell. Lo lagi fokus sama acara gede kampus, lo orang pertama yang bertanggung jawab di sana. Lo baru saja mengalami kejadian sampe tangan lo gak berguna, dan tiba-tiba aja lo di samperin orang tua dari pacar lo dan di tegur dengan kata-kata yang kurang baik. Bagaimana perasaan lo, Vell?" tegas Renza yang tiba-tiba saja tidak bisa menahan emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth | Sequel Narendra vers II
Teen FictionSequel dari Narendra | Twins. 'Maaf dan terimakasih.' - Narendra Pradipta. Gak jago bikin deskripsi, caw langsung ke ceritanya. Dan jangan tertipu oleh cover yang cerah wkwk. Start - 17 oktober 2023