Xavellya
|Adip, pulang jam berapa?|
|Aku pengen nasgor, tapi pengen nasgor yang di depan kantor kamu.|Narendra
|di kantor lagi hectic, ada beberapa yang memutuskan kerja sama. Aku beresin ini dulu, ya?|Xavellya
|Heumm. Iya, Adip.|Narendra
|Kalau udah ngantuk tidur aja sayang, jangan nungguin aku. Btw, Ade ku udah pulang?Belum sempat Velly membaca pesan itu. Velly keburu menyimpan hp nya ke atas nakas dan pasrah jika malam ini suaminya akan pulang larut. Karena haus, Velly pun berencana untuk mengambil air minum di bawah biasanya memang selalu tersedia tumbler di saja tetapi Velly lupa mengisinya, ah biasanya Rendra yang mengisikan air minum untuknya bahkan suaminya itu sudah berencana akan menyimpan dispenser di dalam kamar.
"Huh ada-ada aja, tapi kayaknya ide suamiku gak buruk juga kalau ada dispenser gua gak bakal capek-capek turun ke bawah," ucap Velly berjalan menelusuri anak tangga dengan pelan-pelan.
Suasana rumahnya sepi, ah di sopa ruang tengah ada Renza yang mungkin saja baru pulang dan Rezka dan Neira yang memang sedang ada di sini pun kemungkinan sudah tidur dikamar yang memang Rendra bikin jika semata-mata orang tua nya ada di Bandung.
"Baru pulang, De?" Renza menganggukan kepalanya, kaget sedikit tiba-tiba ada yang menghampiri.
"Tadi sore Abang chat buat beli jco buat lo, Kak. Cuma ini jco kedepannya jangan terlalu sering."
Raut sedih Velly berubah menjadi senang, akhirnya makanan yang ia incar dari sore Rendra belikan walaupun Renza yang membawanya.
"Btw dia lembur ceunah." Renza menyimpan jas kebanggaannya di sopa.
"Makasih, De." Renza mengangguk.
"Lo jangan turun naik tangga terus deh, Kak. Takut jatoh gua mah. Nanti ponakan gua kenapa-kenapa gimana?" tanya Renza.
Ya, yang tadinya nangis-nangis takut kakak kembarnya tidak sayang lagi berujung Renza yang diam-diam menyayangi calon ponakannya itu walaupun awalnya gengsi setengah mati.
"Udah empat bulan, kan? Rawan jatoh loh, Kak. Besokan pindah dulu deh kamarnya di bawah, apalagi suami lo pulang nya malem terus gak selalu stay jagain lo, terus kata Laurin juga emang nyaranin jangan naik turun tangga terus," ujar Renza.
Entahlah Velly senang mendengar perkataan Renza yang mengkhawatirkannya, bukan apa-apa tidak bermaksud lain juga. Hanya saja, Velly senang yang kemungkinan Renza akan menyayangi dan menerima ponakannya dengan baik, itu artinya ketakutan Velly untuk hal lain tidak perlu Velly pikirkan lagi.
Sempat Velly berpikir Renza akan membenci anaknya, tetapi Velly sadar bahwa Renza adalah anak yang manis tidak mungkin berbuat jahat, apalagi untuk ponakannya yang tidak lain adalah buah hati kakak tercintanya.
"Iya, De. Gua besok pindah kamar dulu, Mamah juga udah rewelin gua dari kemarin."
"Nice.." balas Renza.
"Btw, De. Rendra ada cerita-cerita gak soal kerjaannya?" Renza sedikit berpikir, ada sih.
"Kemarin sih sempat ada korupsi ya, terus udah Om Sap tindak juga terus paling gara-gara kasus apa lah gua gak paham penghasilan hotel menurun, terus sempat sih dia bilang banyak perusahaan lain yang memutuskan kontrak kerja sama, emang lagi hectic-hectic nya." Velly menghela nafas gusar, suaminya pasti kesusahan di sana.
"Tapi tenang aja bukan satu dua kali kan kayak gini, dan Rendra udah pandai menyelesaikan masalahnya. Terus di sambung lagi hotel yang di Lombok kan mau grand opening, cuma gegara masalah yang apa dah gua aja gak paham GO nya di undur dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth | Sequel Narendra vers II
Teen FictionSequel dari Narendra | Twins. 'Maaf dan terimakasih.' - Narendra Pradipta. Gak jago bikin deskripsi, caw langsung ke ceritanya. Dan jangan tertipu oleh cover yang cerah wkwk. Start - 17 oktober 2023