Rendra terdiam beberapa saat mendengar jeritan Velly yang menusuk hatinya. Perempuannya merasa capek, apakah sikap nya sudah sangat keterlaluan? Lalu apa yang di lakukan oleh Velly apakah tidak keterluan? Bahkan Rendra sampai berpikiran bahwa Velly tidak menganggapnya sebagai suami.
Mereka terdiam dengan pikirannya masing-masing. Isakan pelan yang keluar dari mulut Velly mulai mendominasi ruang kamar yang menjadi tempat mereka berpijak.
"Dip, aku cape kamu diemin.." lirih Velly memalingkan wajahnya ke arah yang lain pada saat Velly merasa bahwa suaminya itu menatapnya dengan sangat intens.
"Kamu marah perihal anak lagi, Dip? Masih berlanjut, mau sampai kapan, sih?" sambung Velly.
Rendra terkekeh mendengar perkataan Velly.
"Mau sampai kapan? Kamu nanya?" tanya Rendra menautkan kedua alisnya.
Velly terdiam, kaget dengan balasan Rendra yang terkesan sangat dingin. Velly merasa sesak di dadanya mendengar balasan dari perkataanya, menjelaskan bahwa memang ada apa-apa dibalik sikap suaminya itu.
"Aku nunggu kamu sadar, Ly."
"Sadar? Sadar apa, Dip? Aku ada salah apa lagi sama kamu? Kenapa setiap aku ada salah yang kamu lakukan selalu diam? Membuat aku benar-benar tidak mengerti dengan letak kesalahan yang aku perbuat sama kamu," rintih Velly memberanikan diri menatap kedua manik tajam Rendra.
Rendra memalingkan wajahnya ke arah jendela, kedua tangannya mulai mengepal berusaha menenangkan dirinya yang mulai mengebu-ngebu. Kesalahan?
Bingung harus menjelaskan kesalahan itu dari mana. Rendra bingung, sebenarnya yang salah ini siapa. Apa dirinya yang memang terlalu memikirkan apa kemauannya sendiri tanpa memikirkan perasaan istrinya, atau memang Velly yang tidak menghargai keinginan suaminya yang ini.
Mereka itu sama-sama labil, belum terbiasa dengan situasi seperti ini.
"Kesalahan yang bahkan gak kamu sadari, Ly," lirih Rendra.
Akhirnya, Rendra menganggap hal ini adalah satu kesalahan.
Ya, kesalahan. Bukan soal Velly yang belum siap mempunyai anak, bukan. Hal itu Rendra akan memaklumi setelah ini. Tetapi yang menjadi kesalahan, perihal Velly yang tidak terbuka dengan dirinya. Perihal obat yang Velly konsumsi, benar-benar melukai harga dirinya.
"Iya apa, Dip. Apa..." rintih Velly.
"Apa yang kamu sembunyiin dari aku, Ly?"
Kedua mata Velly menatap Rendra kebingungan, Velly tidak mengerti dengan pertanyaan suaminya. Velly merasa memang tidak ada yang di sembunyikan dari suaminya.
"Apa, Dip? Aku gak pernah menyembunyikan apa-apa dari kamu," balas Velly tenang.
Rendra terkekeh.
Kaki jenjangnya berjalan beberapa langkah, langkah menuju lemari tempat sesuatu itu di simpan. Menyadari bahwa Rendra mendekati lemari tersebut, dada Velly berdetak sangat cepat.
Enteng sekali, Rendra membuka lemari tersebut dan mengambil botol kaca berisi pil-pil tersebut yang memang keberadaannya di sembunyikan di sela-sela barang yang ada.
Tatapan Velly berubah, ia kaget. Dari mana suaminya itu tahu bahwa ada obat penunda kehamilan disana?
Rendra kembali mendekat ke arah Velly, berhadapan langsung dengan istri yang mematung. Syok dengan apa yang baru saja ia lihat, Rendra mengetahuinya? Ternyata benar, sepintar-pintarnya menyimpan bangkai akan tercium juga.
"Dip.." Rendra tersenyum sangat tulus, tetapi itu lah yang membuat Velly sangat takut.
Memang benar senyuman itu sangat tulus, lain hal dengan tatapan matanya. Mata Rendra penuh dengan kekecewaan dan kekosongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth | Sequel Narendra vers II
Teen FictionSequel dari Narendra | Twins. 'Maaf dan terimakasih.' - Narendra Pradipta. Gak jago bikin deskripsi, caw langsung ke ceritanya. Dan jangan tertipu oleh cover yang cerah wkwk. Start - 17 oktober 2023