46. Perihal seorang anak (1)

734 111 11
                                    

Velly menatap Rendra yang masih tertidur pulas. Tidak lupa juga Velly melirik jam dinding yang ada di sudut kamar Rendra yang di sulap menjadi kamar berdua. Jam sudah menunjukan pukul lima pagi, sudah masuk jam sholat subuh tetapi untuk hari ini Velly sangat tidak tega membangunkan suaminya itu untuk bangun.

Teringat dengan semalam. Rendra pulang dalam keadaan yang kurang baik, dipapah oleh Renza dengan wajah yang sudah sangat pucat.

"Dip.. bangun," bisik Velly sambil mengusap-ngusap dahi Rendra dengan pelan. Rendra tidak terganggu sama sekali, menandakan bahwa putra pertama dari Nakaswara tersebut memang sedang tidak baik-baik saja.

Velly menghela nafas pelan. Berbulan-bulan satu atap dengan Rendra, cukup membuat jantungnya dagdigdug karena kesehatan suaminya itu yang ternyata naik turun dengan cepat.

"Papah mau kesini loh karena dengan kamu sakit," bisik Velly lagi.

Renza memang tidak bisa menutup mulut. Semalam Renza langsung menghubungi kedua orang tua nya memberitahukan kabar bahwa Rendra sakit, dan langsung mendapat balasan bahwa kedua orang tuanya akan ke Bandung.

"Adip sayang," panggil Velly satu kali lagi yang kali ini mengecup pipi Rendra berharap lelaki itu terganggu dan terbangun dari tidurnya.

Karena mau bagaimana juga lelaki itu harus sholat subuh walau dengan suhu tubuh yang masih sangat panas.

Mendengar cerita semalam dari Renza membuat Velly menyalahkan dirinya sendiri.

Kemarin, Velly berangkat pagi karena ada pasien yang membutuhkannya membuat Velly tidak sempat membuatkan sarapan padahal malamnya Rendra meminta di masakan sop untuk sarapan. Dari permintaan Rendra saja sudah terlihat bukaan jika lelaki itu memang sudah tidak enak badan dari pagi.

Dan Renza pun mendapatkan kabar dari kantor Rendra bahwa Rendra sakit dan pingsan setelah menyelesaikan meeting terakhir. Bertepatan dengan Renza yang memang sedang berada di perjalanan untuk pulang, dan memutuskan untuk menjemput kakak kembarnya itu untuk pulang.

Renza juga sempat di ceritakan oleh salah satu teman Rendra bahwa sejak pagi Rendra sudah terlihat tidak bertenaga, tetapi berhasil menyelesaikan beberapa jadwal meeting hari itu.

"Dip.." Rendra menggeliat dan membuka matanya perlahan, beberapa kali terpejam namun kali ini benar-benar sudah terbangun.

"Aku nungguin kamu untuk sholat subuh," kata Velly.

"Ayo," lirih Rendra.

Velly membantu Rendra untuk duduk tidak lupa memberikan segelas air hangat untuk suaminya itu minum, setelah di habiskan Velly pun membantu Rendra untuk berjalan ke arah kamar mandi mereka.

"Bisa, Dip?" Rendra mengangguk.

Setelah sudah mengambil air wudhu mereka pun mengerjakan sholat subuh, setelah itu menyarankan Rendra untuk tidur kembali dan ia yang akan memasak untuk sarapan.

"Lemes banget?" tanya Velly mengusap lembut lengan Rendra.

Sebenarnya sudah dari beberapa hari ini kondisi kesehatannya sedang menurun hanya saja tidak Rendra rasa, yang dia takutkan kondisi tubuhnya ini mempengaruhi kondisi Renza juga apalagi Renza sedang sibuk-sibuknya.

"Papah sama Mamah di jalan mau kesini, mereka gak pernah tenang ngedenger kamu sakit."

"Maaf aku ngerepotin kamu terus jadinya sampe kamu gak bisa ke rumah sakit hari ini," tutur Rendra.

"Aku gak ngerasa di repotin loh kamu kan suami aku masa suami sakit gak aku urusin. Lagian kamu bisa kayak gini juga gara-gara aku, aku lengah sama jam makan kamu, asupan makanan kamu padahal aku udah di wanti-wanti sama mamah Nei tapi aku selalu buat kamu kayak gini. Aku juga ingat kemarin kamu minta di masakin sop, eh aku nya malah pergi subuh dan gak nyempetin masakin kamu, harusnya aku peka kalau kamu udah sakit dari pagi. Adip, jangan kapok hidup sama aku, ya," jelas Velly dengan raut yang sangat merasa bersalah.

My Youth | Sequel Narendra vers IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang