13. Orang tua Adis

719 114 17
                                    

"Enak?"

Rendra menganggukan kepalanya, ia sendiri menikmati ayam geprek yang katanya kesukaan Velly dan kedua temannya, Byan dan Renata.

"Selera aku gak salah kan? Selalu enak?" Kedua kalinya Rendra menganggukan kepalanya, walaupun pedas tapi Rendra sangat menikmatinya.

Velly tersenyum, melihat keringat yang menetes dari dahi pacarnya membuat tangan Velly bergerak untuk menghapus keringat yang mungkin akan menganggu Rendra.

"Sampe keringetan gini, kata aku juga apa jangan pedes-pedes pesan levelnya," tukas Velly menghapus keringat Rendra dengan tisu yang memang tersedia di sana.

"Enak."

Keduanya menikmati kebersamaan mereka berdua, tentu saja ini adalah moment yang langka bagi mereka. Langka karena keduanya sudah mempunyai kesibukan masing-masing apalagi mereka berdua berada di dua kota yang berbeda.

Pacaran jarak jauh memang dengan ikhlas mereka tempuh disaat kedua nya sama-sama di terima di kampus impian keduanya. Walaupun banyak keluhan, dan sebagainya mereka tetap berusaha bertahan dengan hubungan yang akan tetap mereka jaga dengan baik.

"Minum dulu Adip nya," ujar Velly memberikan segelas air teh hangat yang sudah di siapkan oleh pegawai di sini.

Dengan senang hati Rendra menerimanya, ia pun sudah kepedasan karena geprek yang di pesannya.

"Makasih.."

"Sama-sama." Lagi-lagi Velly tersenyum hangat.

"Kamu praktik lapangan terus ya?" tanya Velly menyimak wajah Rendra dari samping.

Rendra mengangguk. "Kenapa? Aku item ya?"

Velly tertawa. Rendra memang lebih menghitam dari awal Rendra pindahan, mungkin memang lelaki itu keseringan berada di luar.

"Gak papa, gak seitem yang kamu pikirin kok. Item-item gini model kesayangan tante Neira ini," kata Velly becanda.

"Bilang aja aku emang item," celetuk Rendra yang memang mengakui perubahan kulitnya.

"Apa sih enggak Adip, Adip mau putih mau item pun tetap ganteng," kata Velly.

"Nyenyenye.."

"Ih jelek banget bibirnya," ucap Velly mencubit pinggang Rendra membuat Rendra kaget dan mengaduh kesakitan.

"Eh kenapa?"

Wajah iseng Velly pun berubah menjadi panik saat menyadari bahwa reaksi Rendra adalah reaksi kesakitan.

"Adip kenapa?" tanya Velly lagi di saat Rendra tidak kunjung membalas.

"Hehe ngga papa, geli aja," balas Rendra.

Velly menghela nafas dan menatap Rendra memelas, Velly tidak percaya tetapi wajah Rendra saat ini menunjukan wajah yang tengil.

"Bohong, tadi kamu---

"Suuttt udah diem, kalau gak diem bibir nya aku cium," ucap Rendra tanpa beban. Setelah itu ia berdiri dengan pelan-pelan tentu saja agar Velly tidak curiga.

Rendra pun berjalan untuk membayar geprek yang ia beli dengan Velly setelah itu Rendra kembali mendekat ke arah Velly.

"Udah beres, yuk pula--

"Eh bentar," kata Rendra saat hp nya berbunyi dan meronggoh cepat hp nya untuk melihat siapa yang menghubunginya.

Nama Renza lah yang terpampang disana.

"Renza."

"Angkat aja dulu, Dip." Rendra mengangguk dan menjauh.

***

My Youth | Sequel Narendra vers IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang