12. Tekanan

24K 632 4
                                    

Lia terbuai melihat keakraban Davin dengan Raka. Dia terharu dan bahkan berpikir akan melakukan apapun demi bisa melihatnya terus. Asal Raka bahagia, maka Lia berani mengorbankan segalanya dan mempertaruhkan hidupnya.

"Papa jangan pelgi lagi, ya! Raka janji nggak akan minta dibelikan mainan baru lagi," ujar Raka dengan penuh harap.

"Kenapa Nak, memangnya mainan tadi sudah cukup?" pancing Davin sambil menatap Lia yang sekarang masih memperhatikan keduanya.

"Tidak, dan Raka sebenarnya masih banyak mainan baru yang Raka mau, tapi Raka tak mau Papa pergi lagi!" ujar Raka serius.

Anak itu memang belum mengerti siapa dan apa sosok ayah itu, tapi dia sungguh dalam ketidak mengertiannya dia tak mau kehilangan. Dia menginginkan Davin, dan rasa menginginkan itu begitu besar sampai tak mau kehilangan.

Lia sebagai perempuan yang sudah melahirkannya tentu saja tahu dengan apa yang putranya rasakan. Ikatan batin antara anak dan ayahnya.

Namun, Davin yang tak tahu apa-apa hanya merasa aneh, tapi tak curiga sama sekali. Dia senang dengan Raka, tapi sampai sekarang dia tahunya Raka anak angkatnya Lia dan artinya anak angkatnya juga.

"Kamu ingin di sini selamanya?" tanya Davin sepertinya merencanakan sesuatu.

Raka mengangguk polos. "Iya, Raka mau Papa. Sama-sama Papa untuk selamanya!"

Tiba-tiba Davin menunjukkan wajah murungnya kemudian berkata dengan nada sedihnya, "tapi Papa harus pergi bekerja Raka."

"Tapi Raka sudah tak butuh mainan baru, Raka janji bisa menahannya untuk tidak minta belikan mainan baru. Jangan tinggalkan Raka lagi, Pa!" bujuk Raka dengan serius, tapi kali ini dengan nada sedihnya.

"Papa tahu itu, tapi bagaimana dengan Mamamu. Dia itu serakah dan rakus selalu saja meminta Papa membelinya mainan baru," ujar Davin sengaja untuk menjelekkan Lia.

"Enak saja, aku bisa membelinya sendiri jika mau. Pergi dari sini, aku muak denganmu!!" omel Lia langsung marah dengan tanpa sadar.

"Kau dengar itu, Mamamu mengusir Papa!" ujar Davin membuat Raka segera bangkit dan mendekati Lia.

Anak itu langsung merengek dan geleng-geleng kepala memohon pada ibunya. "Jangan usir Papa, Raka mau Papa, pokoknya Raka mau sama Papa!!"

Davin menyeringai dan menatap Lia dengan penuh ejekan. Dia puas membuat Lia tak berdaya dihadapannya. "Kau boleh di sini!"

"Tentu saja, tapi harusnya aku yang mengatakan itu karena rumah ini sekarang milikku!" Davin mendekat kemudian berbisik di telinga Lia. "Namun Lia, kau sudah lihat bukan bagaimana anak angkat kita mengingatkanku. Aku bisa saja pergi jika kau tak memohon padaku untuk tinggal!"

"Jangan bermimpi!" tegas Lia menolak.

Davin tak marah ataupun tersinggung, tapi kemudian diapun kembali berakting dan membuat Raka lebih histeris.

"Mamamu sungguh tak menginginkan Papa di sini, Nak. Maaf, Papa sepertinya harus pergi!"

"Nggak, nggak boyeh. Pokoknya Papa harus di sini. Raka mau Papa! Raka mau sama Papa! Hiks-hikks! Papa jangan pergi!" Bahkan anak itu sampai melengkungkan garis bibirnya ke bawah dan menangis.

Membuat Lia tertekan dan tak tahan. "Aku tidak mengusirmu, dan kau boleh di sini bersama Raka."

Masih tak puas Davin berbisik. "Aku akan tetap di sini asal mendengarmu memohon Lia!"

Tak punya pilihan Lia pun dengan perasaan yang terpaksa melakukan maunya mantan suaminya. "Aku mohon tinggallah di sini bersama kami, Raka membutuhkanmu."

Davin masih tak puas dan seolah serakah dia menuntut lagi. "Apa yang akan aku dapatkan jika menetap di sini?"

"Ini rumahmu bukan dan kamu bahkan sudah memiliki hal atas kepemilikannya. Kumohon!" ujar Lia mengenyampingkan egonya.

Davin bahkan sempat heran dengan itu. Bagaimana bisa cuma ibu angkat, tapi sesayang itu pada anaknya. Namun dia tak terlalu memikirkannya dan malah memanfaatkannya supaya bisa lebih menekan Lia dan menghancurkan harga diri perempuan yang baginya sudah menghancurkan hidupnya.

"Di dunia ini tak ada yang gratis Lia!"

Lia berpikir keras ditengah rengekan Raka yang membuat hatinya semakin sakit. Sebegitu inginnya anaknya punya ayah, lalu sebagai ibu mana mungkin dia tega.

"Aku akan melakukan apapun untukmu," jawab Lia sedikit ragu.

"Termasuk menjadi budakku?!" sarkas Davin kejam.

Lia berkaca-kaca, segitu bencinyakah mantan suaminya kepadanya, sampai begitu tak punya hati terus merendahkannya di setiap kesempatan.

"Apapun yang membuatmu senang," jawab Lia pasrah.

Davin tersenyum puas dan seolah tak terjadi apapun, dia membungkuk dan meraih Raka ke dalam gendongannya. "Papa tidak jadi pergi," ujar Davin yang dalam sekejap membuat Raka tenang.

"Benarkah?"

"Ya, Raka. Papa akan selalu bersamamu!"

Mendengar itu Raka pun mengangkat angkat tangannya karena kegirangan. "Hore, Papa Raka pulang dan tidak pergi-pelgi lagi. Selamanya sama Raka. Hore!!"

Melihat itu, Lia mengusap sudut matanya. Antara senang dan sedih di saat yang bersamaan. 'Andai saja kamu tahu Raka anakmu, apakah kau juga akan menekanku seperti tadi, ataukah malah merebutnya dariku. Tidak. Aku takkan membiarkan hal itu terjadi!' batin Lia serius.

❍ᴥ❍

Pagi tiba dan mereka seperti keluarga yang bahagia. Ada ayah, ibu dan anak di meja makan sedang menyantap sarapan mereka.

"Puyang nanti jangan lupa ayam goreng lagi ya, Mama!" celetuk Raka bersuara.

"Ayam terus, ayam terus. Semalam sudah ayam, sore nanti harus bayam!" jawab Lia menolak.

"Nggak mau, kalau Mama nggak masak ayam, Raka mogok makan!" ancam anaknya Raka dengan raut wajah yang menggemaskan.

Davin menyaksikan itu dan ikut gemas karenanya. "Papa juga nggak mau makan kalau nggak ada ayam!"

Lia segera memelototi boss sekaligus mantan suaminya itu. 'Sial, kenapa boss jahat ini malah ikut-ikutan?' batin Lia jengkel.

"Terserah kalian saja. Pokoknya aku akan tetap masak bayam untuk makan malam. Mau tidak mau, Mama akan memaksamu Raka!" tegas Lia sambil menatap putranya galak. Raka ketakutan, lalu melirik Davin dan meminta bantuan Papanya.

Begitulah paginya saat tiga orang bersama, tapi semuanya berubah saat Davin dan Lia selesai mengantarkan Raka ke penitipan anak. Ditengah jalan saat mereka akan ke kantor, Davin tiba-tiba menghentikan kendaraannya.

"Turun!"

"Apa?!"

Lia terlihat bingung dan keheranan. Davin menatap tajam dan sedikit memberi dorongan agar Lia keluar dari mobilnya.

"Kau pikir pantas seorang majikan satu mobil dengan budaknya?" ujar Davin dengan tanpa perasaan.

Namun apapun itu. Lia tak membantah dan menurutinya. Dia keluar begitu saja. Sementara Davin segera melajukan mobilnya dengan cepat meninggalkan area tersebut. Sialnya itu bukan jalanan yang dilalui bus, ojek dan kendaraan yang dinaiki umum lainnya. Sehingga mau tak mau, Lia harus jalan kaki karenanya, dan kemudian dia sadar kalau Davin memang sengaja dan mengerjainya.

❍ᴥ❍

Bersambung

MY BOSS IS MY EX-HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang