44. Berakhir Rusuh

14.2K 386 2
                                    

Lia sangat awal bisa dibilang terlalu dini, karena bahkan belum subuh. Dia tiba-tiba merasa lapar, mengingatkan sesuatu yang pedas atau juga yang segar.

Wanita itu pun bangkit dari tempat tidur, setelah sebelumnya menguap dan mengusir kantuknya. "Ch, kenapa sih pakaian aku dibuang jauh ke sana?"

Tak mau berdiam saja, meskipun jengkel Lia memungut pakaiannya, lalu memakainya kembali. Dia ke dapur, setelah menyempatkan diri cuci muka. Membuatkan teh hangat yang dicampur dengan perasan jeruk nipis, lalu melanjutkan kegiatannya. Wanita itu mulai memasak dan menyiapkan sarapan.

"Hm, aku tahu ini tak cocok di makan pagi hari, makanan super pedas cukup menyiksa lambung, tapi aku sangat ingin bagaimana lagi ini toppoki terlalu menggugah selera!" Lia benar-benar bernafsu melihatnya.

Dia bahkan sangat bersemangat menghabiskannya, lalu merasa puas setelah kenyang. "Sudah aku duga, ini enak! Huhh, sayang saja aku sedang hamil, jadi nggak boleh makan banyak atau menambah level yang jauh lebih pedas."

"Sedang apa, hm?" Tiba-tiba Davin datang dengan hanya memakai celana pendek sebatas lutut, tanpa atasan sama sekali. Pria itu sudah diambang pintu dapur dan sedang menghampiri Lia dengan wajah kantuknya.

"Aroma menyengat apa ini?" ujar Davin lagi sambil memperhatikan sekitar, lalu menemukan rentetan makanan yang tersaji di atas meja dan juga piring kotor yang menyisakan noda minyak juga cabai merah yang lumayan kental.

"Kau habis makan apa?" tanya Davin penasaran.

Lia tersenyum jahil, dia ingat Davin kurang menyukai makanan pedas, lalu terbersit ide jahil dalam kepalanya. "Mau mencobanya?"

"Memangnya bisa, bukannya kau sudah menghabiskannya?"

Lia tak menjawab melainkan berdiri dan menghampiri suaminya. Merangkul lehernya lalu mendaratkan bagian tubuh pengecapnya untuk berbagi dengan Davin.

"Huh, kau gila!" kesal Davin yang terkejut dan mendorong Lia untuk menjauh dari istrinya itu. "Apa yang sudah kamu makan, mengapa membuat mulutku terbakar?"

Bukannya menjawab, untuk pertama kalinya, Lia malah terkekeh lucu mendengar ucapan kasar suaminya. Rupanya menyenangkan juga mengerjai suaminya yang kejam dan tidak mempunyai perasaan itu. Lia sangat terhibur karenanya.

"Toppoki, Mas-ku sayang. Maaf, aku lupa kamu tidak suka makan pedas. Huhh, tapi kau tidak bisa mengalahkan aku, kau yang duluan menggodaku!" jelas Lia berbalik menuding Davin.

"Apa maksudmu menggoda, kau duluan yang menyerangku dan bahkan tanpa aba-aba!" ujar Davin tak terima.

"Lihat saja cara berpakaianmu, apa kamu pikir itu biasa saja?" ungkap Lia membuat Davin menatap keadaannya lalu mendesah saat menyadari kebenarannya.

Davin tak menjawab setelahnya, dia malah mengambil tempat dan duduk dikursinya. "Kau sangat aneh beberapa terakhir ini, sudah seperti bunglon yang suka berubah-ubah. Marah tanpa sebab, berbuat sesuka hati, dan yang paling parah kau sudah tak takut padaku!"

"Apanya yang aneh dengan itu, lagian kenapa aku harus takut. Kau ingin membunuhku, hm? Kalau begitu lakukan saja, aku juga sudah bosan hidup dengan pria yang tidak pernah bisa mempercayai istrinya sendiri," cibir Lia dengan sengaja.

"Sial. Kau bahkan mulai mendebatku lagi!" geram Davin lumayan kesal.

❍ᴥ❍

Lia pergi ke kantor bersama Davin pagi itu, lalu mereka berpisah ketika memutuskan untuk mengerjakan pekerjaan masing-masing. Meski jarak mereka sangat dekat, tapi karena keadaan perusahaan sedang sibuk-sibuknya mengurus proyek baru, setengah hari mereka tak bertemu.

Siang itu, Davin pergi makan sekalian bertemu klien pentingnya. Sementara Lia yang agak malas memesan makanan pesan antar untuk dirinya. Tak berapa lama makanan itu tiba, hanya saja karena beberapa kendala, Lia terpaksa turun ke bawah untuk mengambilkan pesanannya.

Tepat setelah mendapatkan makanannya, Liona tiba di sana, lalu tanpa babibu menghampirinya. "Katakan, siapa perempuan yang sudah menikah dengan Davin?!"

"Ada apa sih, datang-datang langsung cari ribut. Jadi manusia kamu ini kok suka bikin rusuh?" balas Lia dengan ketus.

"Sialan!" umpat Liona kasar. "Jangan mempermainkan aku, katakan saja dengan yang sebenarnya?!" lanjutnya menuntut.

Namun bukannya buka suara, Lia malah berbalik dan berjalan cepat meninggalkan Liona. Dia masuk lift, tapi Liona yang kesal juga mengikutinya.

Brak!

"Mau kemana kamu jala*g!" teriak Liona setelah dengan tiba-tiba mendorong Lia dengan kuat sampai menghantam bagian lift yang keras. Tidak berdarah, tapi dahi Lia segera menonjol dan juga memar karenanya.

Segera setelah itu, Lia yang geram dan tak terima pun berbalik dan bruk ... dia baru saja menghantam Liona menggunakan bingkisan makanan pesanannya. Itu adalah sop, dan masih lumayan panas. Liona langsung menjerit karenanya.

"Arrrggghhh, sakit! Arrrggghhh, perih!" jerit Liona merintih.

Lia yang akhirnya tersadar dengan apa yang sudah dilakukannya terlihat panik, lalu mendekat untuk memastikan.

"Cih, kau bahkan tidak kenapa-napa. Dasar lebay!" cibir Lia setelah mengetahui tak ada hal yang mengkhawatirkan pada kondisi Liona.

"Aku akan menuntutmu atas ini, aku pastikan itu!" teriak Liona sambil mengusap wajahnya yang kini penuh kuah sup.

"Bermimpilah!" ejek Lia. "Kau pikir dengan kondisi yang baik begitu kau bisa menuntutku? Yang ada aku yang akan menuntutmu Liona!!" tegas Lia.

"Lihat, dahiku bahkan benjol gara-gara perbuatanmu!"

"Salah sendiri, kenapa tidak menjawab pertanyaanku!" balas Liona yang masih tak mau kalah.

"Heii, aku punya hak untuk tidak menjawab. Aku punya hak untuk diriku sendiri!" jelas Lia.

"Dasar jalang, jangan-jangan kaulah perempuan yang sudah menikah dengan Davin itu. Sekarang kau menjadi simpanannya, hah?!" tebak Liona dengan benar.

Lia tak mengelak, justru dengan hal itu dia bisa menggunakannya untuk lebih membalas perempuan dihadapannya.

"Iya. Aku balikan dengan Mas Davin, kenapa? Kau marah dan tidak terima Liona?" jawab Lia dengan nada yang mengejek. "Bahkan setelah aku tinggalkan lima tahun, yang berakhir jadi siapa-siapanya Mas Davin itu aku. Persetan dengan fitnahmu, selamanya suamiku hanya akan jadi milikku!"

"Tidak akan!" sangkal Liona dengan cepat. "Aku tidak akan membiarkanmu jalang!!"

Keduanya pun berakhir bertengkar dan karena mereka menaiki lift khusus petinggi di kantor, liftnya sepi dan hanya mereka hingga mencapai lantai atas. Sehingga keduanya pun terus saling menjambak tanpa ada yang mencegahnya. Lia yang kelewat emosi, dan Liona yang kelewat tidak terima.

❍ᴥ❍

Bersambung

MY BOSS IS MY EX-HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang