63. Orang Ketiga

10.3K 256 10
                                    

Pagi hari, Lia bangun dengan terlambat lalu berberes sebentar, sebelum kemudian ke dapur untuk sarapan. Di rumah ibunya memang dia diperhatikan, akan tetapi karena mungkin sang ayah yang masih di rumah sakit, perhatian yang harusnya penuh itu terbagi.

"Mama kenapa masih di sini?" tanya Lia heran saat melewati ruang tengah, lalu terdiam di sana sambil menatap heran.

Biasanya pagi sekali ibunya pasti akan ke rumah sakit, atau bahkan sudah di sana sejak semalam, bergantian dengan Kiandra menjaga ayahnya. Namun ternyata ibunya masih di rumah, berbaur dengan beberapa tamu yang tak kalah mengejutkan bagi Lia. Dia sosok pria yang tak asing dan pernah hadir di masa lalu Lia.

"Seperti yang kamu lihat, kita kedatangan tamu sayang. Apa kamu masih mengingat Nak Alsen, Lia?" ujar Linda balas bertanya pada Lia.

Menganggukkan kepalanya, Lia setelahnya memperlihatkan wajah tak sukanya. "Dia laki-laki jahat yang sudah menghancurkan rumah tanggaku!" jawab Lia dengan ketus.

Wanita itu sama sekali tak sungkan dan langsung memperlihatkan ketidaksukaannya. "Kenapa dia di sini, Ma?"

Linda yang sadar dengan perasaan putrinya, langsung melirik Alsen dengan perasaan tak enak hati. Wanita paruh baya itu kemudian melanjutkan dengan menghampiri putrinya, lalu mengusap bahunya sambil menenangkannya.

"Sayang, Nak Alsen datang kemari untuk meminta maaf dengan tulus kepadamu. Dia menyesali perbuatannya, dan terlepas dari alasannya melakukan hal itu. Berbohong dan mengakui hubungan kalian yang belum ada di masa lalu, semua itu karena Nak Alsen sangat mencintaimu. Benar bukan begitu, Nak Alsen?" Linda beralih pada pria yang kini bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri pasangan ibu dan anak tersebut.

"Benar Tante!" jawabnya tanpa keraguan. Kedua bola matanya langsung memandang Lia dengan intens dan sorot yang sulit dijelaskan. "Aku bahkan masih mencintai Lia sampai sekarang," beritahunya dengan yakin.

Namun, bukannya membuat Lia merasa tersanjung. Lia malah makin tidak suka dengannya. Jangan salahkan Lia, sebab pria yang barusan berkata mencintainya adalah salah satu yang tanpa perasaan menghancurkan hidupnya.

"Tidak usah banyak membual dan--" Lia menjeda kalimatnya, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. "Aku memaafkanmu, tapi setelah itu anggaplah kita tidak pernah mengenal dan saat bertemu di luar sana atau dimanapun bersikaplah seolah seperti kita layaknya orang asing!"

Linda mendesah kasar. Lumayan terkejut dengan ucapan putrinya. Lia sebelumnya mudah memaafkan semua orang bahkan suami yang sudah memperlakukannya kejam, tapi pada Alsen, Lia malah bersikap berbeda. Dia memaafkan, tapi sekaligus membangun tembok yang tinggi antara mereka.

Linda tak suka itu, karena sebenarnya dia sudah ada niat mendekatkan Alsen pada Lia. Supaya anaknya melupakan Davin menantunya yang menurutnya adalah orang terburuk, komplit dengan Amel ibu mertua yang tukang fitnah. Sebisa mungkin Linda akan melakukan segalanya untuk memisahkan mereka.

Namun sebenarnya dia sebelumnya membenci Alsen juga, apalagi saat mengingat bagaimana pria itu beberapa tahun lalu dengan lantang mengakui perselingkuhannya dengan Lia, nyata adanya. Sampai-sampai membuat Linda dan keluarganya, membenci Lia dan bahkan tanpa perasaan memutus hubungan dengan anak kandung mereka sendiri.

"Lia sayang, Nak Alsen sudah meminta maaf. Jangan ketus begitu sayang, Nak Alsen itu tulus dan sangat mencintaimu," jelas Linda memberi pengertian.

Wanita paruh baya itu memang mendadak mengubah sudut pandangnya terhadap Alsen. Saat pria itu terlihat tulus mengungkapkan cinta dan mengatakan alasannya pada Linda. Perasaan Linda pun berubah seratus delapan puluh derajat karena hal itu.

Linda berpikir kalau tindakan Alsen memang salah, tapi karena dia yakin pria itu pasti tak bermaksud. Cinta membutakannya dan Linda memaklumi. Baginya Lia bersama Alsen bahkan jauh lebih baik daripada Lia dengan Davin.

"Tidak apa, Tan. Alsen mengerti kenapa Lia seperti ini. Dia pasti sangat membenciku sekarang, tapi walaupun begitu percayalah aku sangat menyesal. Andai saja aku lebih cepat mengenalmu atau setidaknya kamu tahu saja bagaimana buruknya Davin, waktu itu aku pasti tidak akan melakukan hal buruk itu. Lia, aku mencintaimu, dari dahulu dan sampai sekarang!!" tegas Alsen dengan yakin.

Lia mengepalkan tangannya, dia makin muak dengan Alsen dan semakin membencinya. "Bagaimana bisa semudah itu mengungkapkannya? Maaf, tapi kamu bahkan terdengar seperti menggampangkan segalanya. Bahkan permintaan maafmu terdengar tidak tulus, apa kamu bermaksud menghancurkan rumah tangga untuk keduanya kalinya?"

"Lia, Nak Alsen tidak seperti itu, Nak. Ada apa denganmu sayang, kenapa berubah menjadi perempuan kasar seperti ini?"

Beralih pada Alsen, Linda segera menghela nafas lalu melanjutkan ucapannya. "Maafkan Lia, Nak Alsen. Ayahnya sedang dirawat di rumah sakit, perasaannya pasti masih terguncang, apalagi setelah hampir enam tahun berlalu," jelas Linda membuat Lia mendesah kasar.

Apa yang ibunya lakukan, mengapa malah meminta maaf pada pria yang menjadi penghancur hidup putrinya sendiri.

"Alsen mengerti, Tan. Hidup Lia pasti sangat buruk enam tahun belakangan ini. Seandainya saja Lia menerimaku enam tahun lalu atau setidaknya tidak tiba-tiba menghilang, mungkin aku sudah membahagiakannya," jelas Alsen percaya diri.

"Ch, omong kosong!" dengus Lia kesal. "Sudah cukup membualnya dan pergi dari sini atau aku tidak akan pernah memaafkanmu?!"

Linda tak berdaya mendengar itu, sehingga hanya memasang wajah tak enak hatinya. "Jangan diambil hati, Nak Alsen dan Tante harap kamu tidak tersinggung. Tante harap kamu paham dan mengerti," jelas Linda sebelum kemudian Alsen pergi karena tak mau membuat Lia semakin marah.

Namun masalah tak sampai di sana saja. Lia tak bisa diam saja, apalagi itu menyangkut lukanya di masa lalu. Mungkin terdengar kejam karena Lia seperti tak adil pada Alsen, tapi bukankah dia bukan siapa-siapa, dan Lia memang sudah seharusnya tak memperlakukannya istimewa dengan memaafkannya begitu saja.

"Apa-apaan ini, Ma. Lia benci pria itu, Mama ingat sendiri bukan. Dia yang sudah memfitnah Lia. Alsen mengaku sudah berbuat senonoh dengan Lia di masa lalu, padahal aku tidak sehina itu. Dia membuatku dicapku murahan dan penghianat, Ma. Dia bajing*n?!" ujar Lia tak habis pikir.

"Sayang Mama bukannya ingin membelanya, tapi kalau dipikir lagi, bukan perasaannya yang salah, tapi caranya. Lagipula dia melakukan itu dengan alasan yang jelas. Nak Alsen sendiri sudah memberitahu Mama, soal Davin. Anaknya Amel itu memang tidak benar, suka bermain wanita, dan minum alkohol. Hal itu bahkan terjadi sudah sejak lama!"

Meneguk ludahnya dengan kasar, Linda ingin Lia mengerti maksudnya. "Lagian jika seandainya kamu juga tahu hal itu sejak hampir enam tahun lalu mungkin nak Alsen takkan melakukan kenekatan itu. Dia terpaksa Lia, dia melakukannya untuk membebaskanmu dari Davin pria brengs*k dan ibunya yang tidak punya hati itu!"

Lia mendesah kasar, keningnya mengerut menahan emosi. Dia sebenarnya sudah sangat geram dengan keyakinan ibunya itu, tapi di saat yang sama dia tahu perempuan dihadapannya harus dihormati. Sehingga setelahnya Lia hanya mengelus perut buncitnya dan membiarkan ibunya dengan pemikirannya sendiri

❍ᴥ❍

Bersambung

MY BOSS IS MY EX-HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang