45. Kejujuran Amel

18.3K 595 3
                                    

Lia dan Liona akhirnya dilerai setelah, Kevin asisten pribadi Davin melihat keduanya. Kini mereka sudah dipisahkan, dengan Liona yang ditahan Kevin sementara Lia dia sendirian. Wanita itu bisa dibiarkan karena keliatannya dialah yang lebih tenang.

Namun walau begitu, cakaran sudah menghiasi pipi keduanya juga rambut yang acak-acakan, mereka masih saja menatap dengan sama tajamnya memperlihatkan aura permusuhan yang tidak memudar.

"Sekalinya rendah*n tetap saja rendah*n, selamanya tidak akan berubah," cibir Liona masih saja memancing suasana menjadi keruh.

Lia tak menanggapinya, dia mencoba tenang sambil membiarkan seseorang datang untuk mengobati lukanya, dan itu adalah atas inisiatif Kevin karena dia asisten pribadi dari suaminya Lia. Pria itu pikir sudah menjadi kewajibannya memastikan kondisi istri dari bossnya.

Namun Liona malah iri dengan hal itu, ketimbang lukanya diobati, Kevin malah terus menahannya sudah seperti tahanan saja.

"Kenapa cuma diam, kau sudah sadar kalau ucapanku itu benar. Kau itu cuma wanita sampah, dan Davin sudah seharusnya membuangmu!" ujar Liona.

Lia sebenarnya sudah memanas, tapi malah menahan diri, dan hanya memutar bola matanya jengah.

"Dasar pelakor, wanita mandul dan cap mau! Harga dirimu ada di mana, sampai setelah dibuang masih punya muka untuk kembali!" lanjut Liona membuat Lia tak tahan lagi.

Diapun menepis seorang perempuan yang tengah membantunya mengobati diri, lalu dengan tanpa bisa di cegah dia menghampiri Liona.

Plak!

Lia langsung saja melayangkan tamparannya, dan berkat Kevin dia menjadi lebih leluasa. "Jaga baik-baik ucapanmu, Liona!"

Namun saat berbalik dan bermaksud pergi, tiba-tiba saja Davin sudah muncul dihadapannya. Wajah pria itu tak terlihat terkejut, karena mungkin Kevin sudah memberitahunya. Akan tetapi emosi yang terpancar sepanjang wajahnya, menjelaskan ketidaksukaannya.

"Ikut aku!" Davin segera membawa Lia dari sana dan membawanya ke ruang pribadinya.

Brak!

Pria itu dengan amarah begitu sampai langsung saja mendorong istrinya, sampai harus terjerembab jatuh ke sofa. "Apa yang sudah kau lakukan? Berani sekali menciptakan kerusuhan di perusahaan ini? Apa itu karena sudah menjadi istriku lalu kau berhak semena-mena?!" tanya Davin mengintimidasi, padahal Lia bahkan belum selesai dengan lukanya.

"Jadi kamu membela wanita itu?" ujar Lia yang tak terima.

"Jangan mengalihkan topik Lia!" tegur Davin serius.

"Jawab dulu, dari kemarin kamu selalu saja tidak memberikan kepastian soal wanita itu?" tuntut Lia tak peduli apapun lagi, selain persoalan suaminya dengan Liona yang mengganggunya.

"Lia!" tegur Davin memperingatkan. Pria itu berkata seperti membentak, tapi alih-alih takut Lia malah terlihat mendesah kecewa.

"Baiklah aku tidak akan menanyakan hal ini lagi kepadamu, tapi Mas Davin jika sampai kamu ada apa-apa dengan dia, maka jangan heran jika tak lama kemudian tubuh wanita itu membujur kaku dihadapanmu!" tegas Lia mengancam Davin terang-terangan.

"Sepertinya kau memang sudah gila Lia," ungkap Davin tak habis pikir.

"Gila karena kamu. Puas?!" sarkas Lia sama sekali tak kehabisan kata.

Pulang dari kantor, Lia yang badmood sama sekali belum melanjutkan mengobati lukanya. Bahkan perutnya yang terasa kram karena bertengkar juga tak diperdulikan olehnya. Wanita itu sungguh kecewa dengan suaminya, apalagi Davin yang sekarang tidak tegas soal Liona.

"Lia!" Amel yang melihatnya segera menghentikannya dan menatapnya dengan terkejut.

"Ada apa dengan pipimu sayang, dan kenapa ada benjolan di dahimu. Kamu habis melakukan apa Nak?" tanya Amel perhatian.

Namun karena emosi Lia belum reda, dia sedikit jengkel dengan perhatian itu, sehingga dia tanpa sadar berkata ketus. "Kenapa, bukankah ini yang Mama mau bukan? Orang-orang menghakimiku, mengatakan aku jauh lebih rendah daripada pelac*r, suami dan kedua orang tuaku bahkan membuangku. Apakah Mama belum puas dengan semua itu?"

"Lia maafkan Mama, Nak!" ungkap Amel menyesal, dan berhasil membuat dada Lia terasa sesak.

Air mata segera mengenang di kelopak matanya, tertahan di sana sebelum kemudian terjatuh dan membasahi pipinya.

"Aku bisa memaafkan Mama, tapi apakah setelah itu aku bisa mendapatkan keadilan, kepercayaan suamiku dan kasih sayang kedua orang tuaku? Apa bisa setelah itu orang-orang berhenti beranggapan buruk padaku. Katakan Ma, apakah semua itu bisa aku dapatkan?!" bentak Lia dengan nada kasar.

Davin ternyata juga sudah pulang, dan dia baru bisa menyusul Lia setelah menaruh mobilnya di garasi. Akan tetapi baru saja dia masuk dia sudah disuguhkan bentakan Lia pada Amel ibunya.

"Apa-apaan ini Lia, apakah belum cukup menciptakan kerusuhan di kantor?" tanya Davin dengan nada geram.

"Tanya saja ibumu, apa yang sudah dia lakukan pada diriku?" balas Lia dengan nada bergetar.

Davin sama sekali tak peduli itu, karena berpikir Lia hanya menyuarakan perasaan palsunya. "Ibuku selalu baik, termasuk kepadamu. Jadi aku tidak akan percaya, karena biang rusuh itu kamu bukan ibuku!"

"Cih, anak Mama!" dengus Lia kesal, sambil mencoba kabur dari sana.

Davin jadi marah lagu mendekat dan hendak menyentak Lia agar berhenti. Akan tetapi dia malah dihentikan oleh Amel.

"Jangan kasar padanya, Nak. Mama yang salah, Mama yang menciptakan kerusuhan kali ini, dan juga yang pernah terjadi dalam rumah tangga kalian!" ungkap Amel merasa waktunya sudah tepat untuk jujur.

Dia benar-benar khawatir saat melihat Lia dalam keadaan babak belur, dan mungkin karena hal itulah membuatnya berani. Mungkin jika dia bicara, Lia tak perlu mendapatkan hinaan lagi.

"Apa maksud Mama? Ada apa ini, Lia itu wanita tukang selingkuh Mama dan walaupun aku menikah dengannya itu semua hanya alibiku supaya bisa menyiksanya dan membuat hidupnya seperti di neraka!" tegas Davin membuat Amel lebih menyesal lagi.

Ternyata efek dari tutup mulut dan berbalik menyerang Lia dalam kebohongannya di masa lalu, sudah membuat wanita itu sangat menyedihkan. Pernikahan yang hanya menguntungkan sebelah pihak saja.

Maka dengan itu Amel pun meluruh, tiba-tiba dia lemas tak bisa menahan berat badannya. Wanita tua itu jatuh terduduk, dan terisak lumayan kencang. Davin mengikutinya, dan berjongkok dihadapan ibunya.

"Apa yang Mama lakukan, jangan begini Ma, jangan menangis, ayo berdiri!" ujar Davin sambil berusaha memapah ibunya untuk bangkit.

Namun Amel malah menggelengkan kepalanya dan lebih terisak lagi. "Ti-tidak! Mama ini pendosa, Nak. Mama sudah merusak pernikahanmu dan bahkan menghancurkan hidup Lia. Mama sudah menjadi mertua yang sangat kejam, Mama jahat!!"

"Tidak, Ma. Kamu akan selalu menjadi ibu yang terbaik untuk Davin!"

"Tapi Mama adalah mertua terburuk untuk Lia!"

"Apa maksud Mama?" tanya Davin bingung sekaligus penasaran.

"Lia tidak pernah selingkuh, Nak. Dia sangat mencintaimu, dia bukan jala*g, bukan juga wanita rendah*n jadi berhentilah memperlakukannya seperti itu! Dia tidak pantas mendapatkannya!"

❍ᴥ❍

Bersambung

MY BOSS IS MY EX-HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang