55. Maaf

20.1K 437 2
                                    

"Mas!!" teriak Lia dengan begitu keras dan juga cukup syok.

Tidak, bukan pipinya yang baru ditampar tapi Liona. Davin sudah terlihat seperti kesetanan dan membuat Lia sangat syok. Debar jantungnya bergemuruh hebat, apalagi karena tamparan itu sampai membuat Liona mundur beberapa langkah dan hampir jatuh. Bibirnya bahkan berdarah.

Namun, belum juga pulih dari keterjutannya, Davin tiba-tiba menyentak ponsel yang di pegang Lia. Ponselnya Liona. Lalu dengan tak terduga Davin membantingnya cukup keras. Ponsel itu akhirnya harus berakhir dengan miris dan juga hancur.

"Aku masih diam soal ini Liona, aku tidak menuntutmu bahkan setelah aku tahu segalanya dari ibuku. Kau tahu kenapa?" Davin menatap penuh amarah dan kebencian lewat sorot matanya yang tajam. "Itu karena sampai sekarang aku masih cukup sabar, dan juga sadar kau itu ibunya Ares. Akan tetapi keputusanku salah, kau ternyata berulah dan melakukan cara murah*nmu untuk menghancurkan rumah tanggaku lagi!"

"Kenapa Liona? Apa maksudmu melakukan itu? Kenapa kau seperti terobsesi menghancurkan hidupku, dan juga merendahkan istriku? Apa maksudmu wanita brengs*k?!" umpat Davin naik pitam.

Namun bukannya merasa bersalah, Liona malah geleng kepala, tak mau mengakui perbuatannya. Dia dengan sisa keberaniannya berpura-pura tidak tahu apapun, padahal dialah dalangnya.

"Apa maksudmu Mas? Apa semua ini, kenapa kamu malah menuduhku seperti itu dan bukannya wanita penghianat yang murah*n itu?!"

"Masih bertanya dan berani sekali jala*g rendahan sepertimu berkata seperti itu terhadap wanitaku?!" Davin tak habis pikir, tapi kemudian dia juga mendekati Lia dan mengapit pinggang istrinya dengan posesif untuk meredakan sedikit amarahnya. Baginya Lia adalah pusat ketenangannya.

"Sekali lagi aku peringatkan padamu, untuk jangan coba-coba berani menyebarkan foto sampah itu, karena saat itu juga bukan hanya perhitunganku yang kau dapatkan, tapi juga kematian. Aku akan membunuhmu Liona!" ancam Davin diselimuti emosi.

Lia jadi meneguk ludahnya kasar, ikut gemetar meski bukan dia yang diancam. Dapat dia rasakan dengan jelas bagaimana kemarahan suaminya itu, karena sekarang Davin masih saja tak melepasnya.

Tak berapa lama, Kevin tiba di sana beserta anak buahnya. "Maaf Pak! Saya kebobolan untuk yang satu ini. Kami tak tahu bagaimana dia tahu tempat ini dan juga bisa menyelinap kemari," ujar Kevin memberikan penjelasan.

Davin sebenarnya kesal dan ingin memberi perhitungan atas kelalaian Kevin, tapi kemudian tangannya malah seperti ditahan Lia dan wanitanya itu segera menggelengkan kepala sambil menatapnya dengan takut.

Davin mendesah kasar. "Bereskan wanita ini secepatnya! Seret dia dari sini, aku sudah muak melihatnya dan juga berikan perhitungan yang membuatnya tak bisa lupa!"

Kevin mengangguk dan segera memerintahkan anak buahnya untuk menyeret Liona dari sana.

"Lepaskan aku! Lepas, bajing*n!!" ujar Liona berteriak sambil memberontak. "Penghianat itu dia, perempuan mandul itu. Buka matamu Mas Davin!"

Davin tak memperdulikan Liona, dan dia malah menarik Lia ke arah meja makan yang sudah disiapkan khusus untuk mereka. Duduk di kursi yang sudah di sediakan, dan menatap istrinya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Mendadak Lia jadi gugup, meski harusnya dia lega karena sepertinya Davin memihak dan mempercayainya.

"Maaf," ujar Davin menyuarakan isi hatinya.

Lia meneguk ludahnya kasar, menatap suaminya dengan aneh. "Ak-aku serius tidak pernah seperti itu dengan pria lain, hanya kamu satu-satunya! Lagipula selama ini kita bahkan hampir dua puluh empat jam bersama, jadi mana mungkin aku punya waktu untuk berselingkuh. Ak--"

"Aku tahu," jawab Davin memotong kalimat istrinya kemudian tersenyum hangat. Entah sudah hilang kemana emosinya yang besar beberapa saat lalu itu. Davin kali ini justru terlihat hangat.

Meraih telapak tangannya Lia, Davin kali ini menatap istrinya dengan serius. "Aku yang salah karena selama ini tidak pernah mempercayaimu. Lia maafkan aku sudah menjadi suami yang brengs*k dan tidak bisa mempercayaimu. Maafkan aku, Sayang,  meski aku tahu kesalahanku mungkin sudah tak pantas mendapatkan maaf darimu."

"Kejadian beberapa tahun lalu, aku sudah tahu itu hanya editan. Mama sudah memberitahu semuanya, dia yang sudah mendukung Lia untuk menyingkirkanmu karena takut tidak mempunyai cucu dariku. Bahkan memfitnahmu dengan meletakkan pil pencegah kehamilan di meja riasmu. Itu membuatku sangat hilang akal sampai tidak bisa melihat kebenarannya," jelas Davin dengan penyesalan yang mendalam.

Lia kembali terkejut, tapi juga merasa lega meski tidak puas. Dia menyisahkan perasaan kecewa yang sangat mendalam, teringat bagaimana pria dihadapan pernah sangat merendahkannya dan juga menyakitinya.

"Lia maafkan aku sayang, aku sangat menyesal pernah memperlakukanmu sangat buruk," ujar Davin membuat kedua bola mata Lia segera berkaca-kaca.

Wanita itu bingung harus mengatakan apa dan juga melakukan apa. Meski sejujurnya dalam dirinya yang terdalam ada kemarahan karena merasa diperlakukan dengan tidak adil. Rasanya setelah semua yang terjadi haruskah hanya permintaan maaf yang bisa didapatkannya.

"Lia!" ujar Davin memanggil nama istrinya dengan begitu lembut, tapi kemudian pertahanan Lia pun runtuh. Air matanya tumpah dalam seketika.

"Ma-mas ka-kamu--"

Davin menggelengkan kepala menghampiri Lia, lalu menariknya masuk ke dalam pelukannya. "Aku mengerti kamu akan membenci aku setelah ini, tidak ada maaf yang terlalu mudah untuk perbuatan burukku, oleh sebab itu kamu boleh marah sayang. Hukumlah aku sepuas hatimu, lakukan yang pernah aku lakukan padamu, tapi aku mohon setelah ini jangan tinggalkan aku!!"

Lia tak sanggup menjawab dan terus saja menangis. Meski kemudian diapun akhirnya membalas pelukan Davin. Tidak semudah itu memaafkan memang, dan balasan pelukannya juga bukan berarti dia sudah mengikhlaskan semua kesalahan suaminya. Hanya saja seperti Davin yang merasa Lia adalah ketenangannya, maka Liapun sama. Davin adalah ketenangan untuknya. Sulit dijelaskan, tapi begitu perasaan yang sudah mempermainkan dirinya.

Untuk beberapa saat mereka terus begitu, sampai kemudian tiba-tiba saja beberapa pelayan datang dan membawa hidangan untuk mereka. Davin segera mengusap pipi istrinya, lalu menatapnya dengan serius dan juga intens.

"Maaf malam ini harusnya sempurna tanpa kekacauan seperti tadi, tapi selamat ulang tahun istriku!" ungkap Davin membuat Lia kaget dan tersadar sudah melupakan hari istimewanya.

"Hahh, jadi aku ulang tahun hari ini?"

"Iya, apakah kamu lupa?" tanya Davin dan Lia segera menganggukkan kepalanya dengan polos.

Untuk selanjutnya acara khusus yang Davin rancang hanya untuk mereka berdua pun terjadi. Davin memperlakukan Lia dengan gentle dan bahkan mengajaknya berdansa dengan romantis.

Dia tahu setelah kekacauan dan pengakuan, diantara mereka sama-sama tidak bisa menikmati dengan penuh. Hidangan yang enak pun tak terasa nikmat saat mereka mencicipinya.

Terakhir Davin mengajak Lia menginap di kamar hotel yang disulap seperti kamar pengantin baru. Semuanya serba romantis, lilin aroma terapi dan juga kelopak mawar yang bertebaran dengan indah.

"Andai kamu tidak hamil, mungkin aku akan mengajakmu minum agar merasa rileks sebentar," ujar Davin, menyusul Lia yang kini berada di balkon kamar dan sedang menatap langit malam.

Lia tak menjawab, tapi kemudian Davin malah memeluknya dari belakang. Tak membiarkan istrinya kedinginan oleh angin malam.

❍ᴥ❍

Bersambung

MY BOSS IS MY EX-HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang