65. Kebersamaan yang Dirindukan

14.2K 263 12
                                    

Davin terbangun lebih dahulu dan menemukan Lia pulas dalam pelukannya. Pria itu lantas tersenyum lalu mendaratkan kecupannya. Sayangnya hal itu malah membuat Lia istrinya terganggu dan bahkan terbangun.

"Mas ...."

"Iya, Sayang," jawab Davin dengan lembut sambil mengusap pipinya Lia, kemudian beralih pada perut istrinya yang lumayan buncit karena hamil itu.

"Kamu kok masih disini, nanti mama dan Kiandra tahu bagaimana?" tanya Lia sedikit khawatir sambil dirinya berupaya bangkit dibantu Davin yang sigap untuk duduk. Wanita itu memang agak kesulitan melakukan hal semacam itu sekarang, tapi bukan hal yang aneh, itu hal yang biasa yang dialami ibu hamil.

"Tidak akan kenapa-napa Sayang. Tidak akan ada yang tahu aku di sini dan lagipula semalam kamu juga tidak lupa mengunci pintunya bukan?" jawab Davin menenangkan Lia supaya tak panik.

"Aku tahu, tapi ... hm, Mas maafkan aku, maafkan keluargaku. Seharusnya hal ini tidak perlu terjadi, kita suami-istri sudah seharusnya selalu bersama terus," jelas Lia merasa tak enak dengan Davin, padahal yang mengakibatkan apa yang terjadi adalah karena Davin sendiri dan keluarganya yang tak memberi maaf untuk Davin.

"Jangan berkata seperti itu Sayang. Aku yang salah, sudah tak mempercayaimu di masa lalu. Seandainya saja dulu aku meyakini kamu, semua ini takkan terjadi. Maaf istriku, aku yang sudah tak becus menjadi suami dan kekasihmu," jelas Davin menyesal sekaligus sangat tulus.

"Baiklah, kalau begitu jangan membahas hal ini lagi. Semua yang sudah berlalu sebaiknya kita lupakan saja. Kita jalani apa yang akan terjadi kedepannya dan aku harap untuk selanjutnya kamu tidak akan pernah meragukan aku lagi, Mas. Aku cinta kamu," balas Lia sambil tersenyum diakhir kalimatnya.

Perasaan Davin menghangat, sungguh dia merasa sudah menjadi suami yang paling beruntung di muka bumi. "Aku juga mencintaimu Sayang. Aku mempercayai kamu dan sampai kapanpun aku akan selalu percaya padamu, karena mana mungkin istriku yang bucin ini bisa mengkhianati aku."

Sangking cintanya, Lia bahkan begitu mudah memaafkannya. Ada yang selalu diungkit perempuan itu memang, beberapa ketika moodnya sedang buruk, akan tetapi Davin tak perduli itu. Ini salahnya dan selama Lia bersamanya, apapun yang perempuan itu katakan dia tidak akan mempermasalahkannya.

❍ᴥ❍

Davin tidak pulang, tapi memilih melanjutkan tidurnya. Selagi Lia ke ruang makan untuk menyapa ibu dan adiknya. Lia membiarkan suaminya terus tidur karena memang hari sedang weekend.

"Kenapa kamu terlambat bangun Lia, apa semalam tidurmu tidak nyenyak Nak?" tanya Linda ibunya.

Justru tidurnya sangat nyenyak semalam, karena dipeluk oleh suaminya yang tercinta. Namun, Lia juga tidak akan jujur, sebab dia ingin tegas pada ibunya. Lia ingin kembali pada pelukan suami dan anak-anaknya.

"Begitulah, Ma. Wanita hamil tanpa dukungan suami di sisiku sangat membuat aku kesulitan. Biasanya kalo ada Mas Davin dia pasti akan mengupayakan segala hal supaya tidurku nyenyak," jawab Lia membuat ibunya menghela nafas.

"Dari awal bukannya Mama menawarkan padamu supaya tidur dengan Mama atau Kiandra. Agar saat kamu kesulitan kami bisa membantumu, Sayang," jelas ibunya mengingatkan.

"Tidak semua hal bisa Mama dan Kia bisa lakukan. Ada beberapa hal yang hanya bisa Mas Davin lakukan," jelas Lia dengan sengaja mengatakan demikian, supaya Linda Ibunya dan Kiandra mau mengerti kalau dia membutuhkan suaminya.

"Kalau begitu kamu terimalah Nak Alsen, bukankah dia mencintaimu?!" jawab Linda ibunya lumayan sarkas.

"Mama, Lia masih punya suami, punya anak dan bahkan sedang hamil anak suaminya Lia juga sekarang. Lia harap Mama mengerti kalau tak pantas ada pria lain di hidup Lia sekarang," jelas Lia dengan lembut, bicara baik-baik juga hati-hati supaya tidak menyinggung perasaan ibunya.

Sementara itu, Kiandra hanya bisa diam dan menikmati sarapannya. Tak seperti biasanya, gadis itu tak mau ikut campur kali ini. Dia cukup tertohok dengan ucapan kakaknya Lia soal Alsen beberapa waktu lalu.

"Apa maksudmu Sayang, kenapa kamu seolah-olah ingin sekali kembali ke neraka itu. Kepelukan orang-orang yang menyakitimu dan menghinamu habis-habisan?!" ujar Linda sambil memegang pelipisnya sendiri karena tak habis pikir.

"Mereka hanya salah paham, Mama. Mas Davin dan mama Amel tak bermaksud melakukan itu," jelas Lia berusaha untuk sabar.

"Terserah kamu saja, tapi jangan harap Mama akan merestuimu kembali menderita dengan suamimu yang brengs*k dan ibu mertuamu yang keji itu!" tegas Linda sedikit menaikkan nada suaranya. Mengangguk-anggukan kepalanya lalu menatap Lia dengan serius. "Dan oh, iya. Hampir saja Mama melupakan ini. Mama mohon sama kamu pergilah jalan-jalan hari ini kemana saja yang membuat kamu senang dengan Nak Alsen!"

"Tapi bagaimana dengan papa, Ma?" tolak Lia dengan cepat membuat alasan.

Namun Linda juga tak mau kalah. Dia terlalu bersikeras dan sepertinya terobsesi untuk menyatukan Lia dengan pria yang bernama Alsen. "Kiandra bisa menjaga papamu seharian ini, karena hari ini weekend dan dia tidak akan pergi kerja. Bukankah begitu Kiandra?"

"Iya, Ma. Kiandra akan ke rumah sakit hari ini," jawab Kiandra pasrah. Sebenarnya dia meringis tak rela kakaknya pergi berdua dengan pria yang diam-diam sejak lama dia sukai. Namun, mau bagaimana lagi untuk sekarang dia hanya bisa patuh pada ibunya.

"Alsen itu yang terbaik. Dia bahkan mau gantian jagain papa kalian di rumah sakit, seandainya Mama tak segera menolaknya. Lihat saja bagaimana dengan Davin, menantu jahat itu bahkan sampai sekarang tak pernah menampakkan wajahnya!" cibir Linda masih terbawa emosi. Dia dengan sengaja berkata buruk tentang Davin supaya anak Lia paham kalau pria itu tak baik.

Namun tentu saja, Lia yang tahu luar dalam suaminya tak mau termakan omongan ibunya. "Bukankah Mama sendiri yang melarang Mas Davin?"

"Oh, jadi kalau dilarang dia tak mau datang untuk menjenguk papamu, dia jadi lupa kalau dia itu masih suamimu dan kami mertuanya?!" balas Linda semakin naik emosi.

"Jangan berkata seperti itu, Ma. Mas Davin baik kok," jelas Lia semakin berusaha untuk sabar juga meyakinkan ibunya.

"Baik? Huhh, lihat saja anakmu, cucu Mama Lia. Dia dan ibunya bahkan menghasut anak itu supaya tak mau ikut dengan kamu atau bahkan mendekati Mama. Dia tak menerima kami Lia?!" tegur ibunya dengan nada tinggi.

Lia menghela nafas, seketika tersadar untuk tak mendebat ibunya. "Maafkan Lia, Ma. Lia yang salah sudah terlalu memanjakan Raka sejak kecil."

"Sudahlah. Ini juga bukan sepenuhnya salahmu. Dasar anak kamu saja yang nakal sama seperti ayah dan neneknya yang jahat itu," jelas Linda akhirnya mendesah kasar lalu sedikit tenang.

Setelah sarapan yang dimulai dengan perdebatan tersebut. Linda ke kamarnya dan beristirahat di sana. Dia mungkin cukup lelah karena sudah menemani suaminya semalaman di rumah sakit.

Sementara itu Kiandra buru-buru ke rumah sakit, karena tak mau ayahnya terlalu lama sendirian di rumah sakit, meski ada suster dan juga dokter yang menjaganya di sana.

Lia tak langsung ke kamarnya, tapi menyiapkan sesuatu untuk Davin suaminya. Bagaimanapun juga sebagai seorang istri dia tak mau suaminya kelaparan pagi itu.

❍ᴥ❍

Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY BOSS IS MY EX-HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang