37. Memisahkan Raka Dari Lia

17.3K 474 3
                                    

Amel menemui Lia di kamarnya dan membawakan sesuatu untuk dimakan sebelum minum obat. Meletakkannya di nakas, lalu saat menyadari waktunya sudah tepat untuk makan Amel dengan ragu membangunkan Lia.

"Bangunlah sayang, Mama bawakan makanan dan juga obatmu," ujar Amel sambil mengusap ringan bahu menantunya.

Tak butuh lama, Lia pun bangun dan menemukan ibu mertuanya di sana. "Aku bisa sendiri," ujar Lia saat Amel hendak membantunya duduk.

Wanita itu memang sedikit meringis kesakitan, wajar saja karena mana mungkin baru saja kecelakaan, meskipun sudah berobat, tapi langsung sembuh. Dia masih saja merasa tubuhnya remuk dan persendiannya ngilu. Sekarang Lia bahkan merasa dirinya akan demam.

"Kamu baik-baik saja, Nak. Atau mau Mama panggilkan dokter?" tanya Amel perhatian.

"Tidak perlu dan tolonglah Mama jangan memanjakan aku seperti dulu, aku sudah biasa sendiri dan ah ya yang harus Mama tahu juga, aku juga tidak akan bertahan lama menjadi menantu Mama!" tegas Lia membuat Amel bingung.

"Apa maksudmu Lia?" tanya Amel serius.

"Bukan apa-apa, tapi itulah kenyataannya," jelas Lia ambigu sambil kemudian meraih makanannya, tapi karena gemetar makanan itu malah tumpah.

Brak!!

"Aaarrggh! Ssstt," ringis Lia kesakitan.

Amel hendak memperhatikannya, tapi kemudian Davin tiba-tiba datang dan melihat semua itu. Dia jadi salah paham, berpikir Lia sudah kejam pada ibunya dan sudah tanpa hati membuang makanannya.

"Sialan! Apa kau tidak bisa menghargai usaha orang lain, hah?!" bentak Davin marah dan langsung menghampiri Lia ditempat tidur lalu mendorongnya keras.

Amel terkejut dan berusaha menolongnya, tapi Davin justru menepis ibunya. Dia tak membiarkan siapapun mencegah dirinya memberikan perhitungan pada Lia.

"Kau mau terus sakit, hah?! Baiklah, itu mungkin akan lebih baik daripada kau baik-baik saja. Keterlaluan!! Mama bahkan sepenuhnya hati membuatnya, tapi kau malah membuangnya!"

"Arrrggghhh! Lepaskan ...." Lia berusaha untuk lepas, tapi yang didapatkan olehnya malah cengkraman keras di rahangnya.

"Davin!!" teriak Amel tak tahan. "Apa yang kau lakukan? Berhenti! Jangan menyakiti Lia. Dia tak salah Nak dan--"

"Ma, dia sudah membuang masakanmu?" ujar Davin dengan nada tak percaya.

"Tidak. Dia tidak membuangnya, Lia hanya tak sengaja melakukannya!" tegas Amel memberitahu.

Davin bangkit dan berdiri dari tempat tidur, kemudian menatap ibunya dengan kecewa. "Mama selalu saja membela wanita tidak tahu diri itu!" Tak berhenti sampai di sana, dia kembali melirik Lia. "Tapi kau lihat saja nanti Lia, aku pasti membalas sikap keterlaluanmu pada ibuku!"

Amel geleng-geleng kepala kemudian berteriak dengan keras memperingatkan putranya. "CUKUP DAN KELUAR DARI SINI!"

Mendengar itu, Davin mendesah kasar, walau selanjutnya dia memang menurut dan meninggalkan keduanya. Setelahnya Amel mendekat, dan bermaksud memeriksa kondisi Lia, namun dia malah ditepis menantunya itu.

"Tolong tinggalkan Lia sendiri, Ma!"

"Tapi Nak?"

"Apa Mama belum puas membuat Davin seperti itu padaku?!" sarkas Lia terdengar kejam.

Amel menghela nafas, lalu dengan perasaan yang bercampur aduk wanita paruh baya itu mengalah dan keluar.

Lia segera memijat kepalanya yang pusing, tapi wanita itu juga tak diam saja. Dengan tubuh yang sakit dan luar biasa ngilu dia mencoba bangkit, lalu membersihkan kekacauan yang ada. Bukan apa-apa sebagai seorang ibu dia pasti tidak membiarkan pecahan piring jatuh itu terlalu lama di lantai, sebab ada Raka yang bisa datang ke kamarnya. Anaknya bisa celaka jika sampai menginjaknya.

Namun saat melakukannya, pecahan kaca itu tanpa sengaja mengoyak jarinya. Lia meringis meski tidak menjerit karena rasa sakit. Setelah beres wanita itu turun ke lantai bawah untuk membuang sampahnya.

Semuanya masih berjalan santai, sampai kemudian saat dirinya hendak kembali. Lia sedikit terhuyung, lalu ketika tak hati-hati dia menginjak anak tangga yang salah.

"Sial!!" Davin tiba-tiba sudah di sana dan menangkap tubuhnya yang hampir jatuh. "Apakah kau tidak bisa tidak menciptakan masalah, hah?!"

Lia tak menjawab, hanya menatap Davin dengan tatapan yang sulit. "Kau diam? Ch! Dasar Wanita bodoh. Kau hampir saja terjatuh, kau mau memecahkan kepalamu lagi?!" geram Davin.

"Dengarkan ini Lia, sebenarnya aku sudah sangat kesal padamu. Entah apa yang kau pikirkan keluar dari mobil, lalu kecelakaan, sekarang setelah menyakiti perasaan ibuku, kau juga mau mencelakai dirimu sendiri? Katakan Lia apa yang kau pikirkan, kenapa kau jadi begitu? Katakan!!" bentak Davin.

Namun tak sekalipun pria itu membiarkan Lia bicara, dia setelah menangkap Lia, kini menggendongnya dan membawanya naik ke kamar mereka.

Brakk!

Davin melempar tubuh sakit itu ke tempat tidur dengan kasarnya. "APA MAUMU WANITA SIALAN? APA?!"

"AKU MAU MATI, PUAS!!" balas Lia berteriak sama kerasnya. Rupanya wanita itu juga sudah habis kesabaran karena ditekan terus.

Sementara itu setelah Lia menjawab kalimat demikian, Davin yang kaget tiba-tiba saja terdiam kaku, sebelum kemudian mengusap rambutnya ke belakang dengan kasar.

"Kau gila?" ujar Davin dengan tak percaya.

"YA, AKU GILA!!" balas Lia dengan wajah yang memerah penuh emosi. "SEKARANG PERGI DARI SINI, BIARKAN AKU SENDIRI. PERGI BAJING*N, PERGI!!"

"Baiklah, aku pergi!" geram Davin yang anehnya malah menurut.

Blam!!

Pintu dihempaskan setelahnya, dan selanjutnya Lia menangis dalam kesendiriannya.

Satu hari berlalu, tapi ada yang aneh, Lia sama sekali belum melihat Raka putranya, lalu saat mencari ke seluruh ruangan anak itu juga tak ada. Namun dia tak segera khawatir karena, Davin bilang Raka dengan ibunya. Dua hari berlanjut, tapi saat itu juga Raka maupun ibu mertuanya belum kembali. Lia tak tenang dan menanyakan hal itu pada Davin.

"Kau pikir ibuku iblish sampai akan mencelakai Raka. Mereka bersama, apa kau tak bisa mengerti kata-kataku, hah?!" bentak Davin kesal.

"Tapi ke mana, aku mohon Mas, aku sangat mengkhawatirkan Raka," jelas Lia.

"Cih, kalau kau tahu kau pasti tidak akan membiarkan mereka bahagia dan menghancurkan perasaan ibuku!!" cibir Davin kejam. "Kau akan menyusul mereka, lalu menciptakan kekacauan."

"Aku bahkan masih sakit," ujar Lia dengan nada tak percaya.

Davin tak menjawab, tapi malah memanggil perawat yang Davin bayar untuk merawat Lia di rumah. Dia masih di sana selama dua hari ini, dan sekarang Davin meminta orang itu supaya membawa Lia pergi dari hadapannya.

Begitu terus, Davin tak pernah memberikan jawaban yang pasti. Lia bahkan sudah sangat pulih, tapi sampai saat itu ibu mertua dan Raka putranya masih belum kembali. Sampai kemudian Lia tak tahan lagi, dan bersimpuh di kaki Davin.

"Tolonglah, katakan di mana putraku. Aku merindukannya, aku ingin bertemu dengannya, aku ingin memeluk Raka!" ujar Lia dengan serius. "Aku mohon!!"

❍ᴥ❍

Bersambung

MY BOSS IS MY EX-HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang