29. Salah Paham

14.9K 472 5
                                    

Davin mengeram kesal menatap kurir pengantar makanan mengirimkan makan siang untuk Lia. Pasalnya kurir itu memberitahu kalau makanannya berasal dari orang spesial tanpa menyebutkan nama. Davil kesal dengan hal itu, tak terima dan merasa sudah dikhianati lagi.

Bugh!

Davin meninju tembok sangking kesalnya. Dia memang tak langsung menunjukkan amarahnya saat itu, dan masih menahannya sampai Lia sampai di mejanya. Wanita itu langsung menaruh makanannya di atas meja dengan wajah biasa, lalu saat melihat isinya adalah semua makanan favoritnya, Lia tersenyum senang.

Davin yang diam-diam memperhatikan itu semakin murka, dan marah saat berpikir siapa laki-laki yang tahu makanan favorit Lia sekarang. Apakah wanita itu sudah menemukan pria lain? Tidak, Davin tidak akan membiarkan itu. Lia miliknya hanya miliknya.

Brukk!!

Tanpa diduga, Davin meraih dan menghempaskan makanan Lia tanpa perasaan, tapi itu belum berhenti sampai di sana. "Kau tidak pantas memakan makanan itu. Jala*g sepertimu hanya pantas makan sampah!!"

Lia masih terlihat syok dan menatap Davin penuh luka. Sepertinya wanita itu sangat kecewa dan sakit hati pada Davin. "Tidak bisakah sehari saja, kamu tidak merendahkan aku?"

"Cih, bahkan sedetik pun aku tak bisa. Kenapa Lia, kau tidak terima, mau marah hah?!" geram Davin dengan tanpa hatinya. Tak perduli jika wanita di hadapannya menahan air mata karenanya.

"Kau kejam, kau tidak punya hati!" umpat Lia tak bisa diam saja.

Namun bukannya langsung menjawab, Davin yang masih dalam kemarahan melihat gelas minum Lia yang masih utuh di sana, dan terbersit untuk melakukan sesuatu yang lebih kejam.

Byurr!!

Davin segera mengguyur Lia membasahinya dengan air di dalam gelas itu. Tak bisa menahan lagi Liapun menangis dan sesegukan. "Apa aku memang su-sudah tak ada harganya bagimu? Apa aku benar serendah itu di matamu?!"

"Masih bertanya, tapi baiklah Lia biar aku jelaskan padamu seperti apa dirimu. Kau itu mirip sampah yang tak ada gunanya. Kau rendah dan tak ada harganya, jadi jangan salahkan aku jika memperlakukanmu begitu!"

Lia meluruh, jatuh terduduk karena merasa lemas. Meskipun sakit dia tak mau membalas. Menundukkan kepala, lalu dengan wajah yang masih basah itu, Lia menundukkan kepalanya menangis dengan pilu.

"Cih, kau pikir air matamu itu akan membuatku luluh?! Kau salah besar Lia, karena jikalau air matamu kering, aku juga takkan perduli. Penghianat pantas atas duka yang menyakitkan! Itu hukuman untukmu!" ujar Davin sebelum kemudian berlalu dari sana begitu saja.

Sementara itu Lia terus saja menangis pilu, sampai hatinya sedikit membaik, barulah kemudian dia membereskan semua kekacauan yang Davin lakukan padanya. Ke toilet dan memperbaiki penampilannya.

Mirisnya hal itu malah membuat Lia mendapatkan masalah lainnya yang membuat dirinya lebih terluka.

"Kau lihat wajah perempuan itu, segitunya dia cari uang sampai keringatan begitu!" seru seorang perempuan yang juga masuk ke toilet yang sama dengan Lia. Perempuan itu datang bersama satu temannya yang juga perempuan.

"Apa maksudmu?" tanya wanita lain yang juga di sana.

"Kau belum tahu, Rin? Dia simpanan pak Davin dan dilihat dari penampilannya sekarang, kita bisa analisa kalau dia habis jual diri pada pak Davin. Biasalah demi uang orang-orang mudah khilaf?"

"Iya, juga ya. Hm, tapi miris banget. Kok bisa-bisanya dia begitu?!"

Lia tak tahan lagi. Buru-buru pergi dari sana, tanpa berniat menjelaskan. Toh percuma saja, kedua orang asing itupun tidak bisa dipastikan apakah mereka bisa percaya.

Mengusap pipinya kasar untuk kesekian kalinya, Lia mencoba untuk kuat dan tegar di saat yang bersamaan. "Tidak, aku nggak boleh begini. Aku harus kuat, demi Raka putraku. Tak masalah jika semua orang tak bisa memandangku dari sisi yang baik, asal Raka bahagia dan aku bisa memastikannya tetap baik-baik saja, semua sakit ini tak masalah!"

Siang itu Lia terus menguatkan hatinya, tapi malah melupakan makan siangnya. Sorenya Davin datang dan memberikan pekerjaan yang membuat Lia lembur. Sementara dirinya pulang lebih awal. Menjemput Raka, lalu mereka pulang bersama.

"Di mana Mama, Papa?" tanya Raka pada Davin dengan serius.

"Dia lagi sibuk, Nak. Mamamu itu memang sudah tak memperdulikan kamu lagi, dia tak sayang Davin makanya melupakan pulang!" ujar Davin terlihat serius membujuk Raka untuk membenci Lia.

"Tidak mungkin, Mama pasti sayang Raka," jawab Raka sambil geleng-geleng kepala.

Davin menundukkan pandangannya lalu memperlihatkan wajah tak bersalahnya. "Itu kenyataannya Son dan sebentar lagi Papa akan dijauhkan darimu, karena Mamamu sudah punya yang baru!"

"Apa itu, Pah. Raka tidak mengerti?"

"Kita akan berpisah, Nak. Karena sepertinya Mama akan mengusir Papa!"

Raka menggelengkan kepala. "Tidak mau, Raka cuma mau bersama Papa dan Mama!!"

Davin mengangguk setuju. "Papa juga mau itu, tapi Mamamu memang kejam dan sama sekali tak mempunyai hati!"

"Teyus, harus bagaimana Pa?!"

Davin menarik Raka dan membisikkan sesuatu ditelinganya. "Minta Mama secepatnya menikah dengan Papa!

❍ᴥ❍

MY BOSS IS MY EX-HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang