47. Kelicikan Liona

16.7K 376 1
                                    

Lia awalnya heran bagaimana Davin berubah drastis terhadapnya, tapi setelah mengingat bagaimana perlakuan Davin pada Rakan dan mengaitkannya pada kehamilannya. Lia pikir mungkin karena pria itu menginginkan anaknya. Di mata Lia, Davin memang suami yang tidak punya perasaan seperti iblish, tapi sebagai seorang ayah dia itu penuh kasih sayang dan perhatian.

"Kamu ambil cuti saja mulai sekarang, tidak usah bekerja lagi," ujar Davin menyarankan.

"Kalau aku tidak bekerja, terus aku melakukan apa? Aku sudah biasa melakukan itu dan tolong jangan melarangku, Mas!" jelas Lia menolak.

"Hanya sementara, sampai kamu melahirkan. Setidaknya biarkan anak kita dalam keadaan aman, Lia," jelas Davin memberi pengertian.

"Oh, jadi maksud Mas bekerja akan membuat anak kita kenapa-napa?" balas Lia agak menuntut.

"Bukan begitu, tapi stress karena bekerja bisa mempengaruhinya. Ingat kata dokter, Lia," peringat Davin.

"Dan jika kamu yang membuat aku stress apa calon anak kita akan baik-baik saja?" tanya Lia cukup sarkas.

Davin terdiam untuk sesaat dan dia terlihat berpikir keras. Kemudian mendekat dan menaruh tangannya memegang bahu Lia. "Aku janji mulai hari ini tidak akan menekanmu kedepannya!"

"Kalau begitu bisakah Mas memulainya dengan menjelaskan kemana Mas belakangan ini, kenapa suka menghilang. Apakah menemui Liona? Jujur saja itu sangat membuatku tertekan!" balas Lia sangat sarkas.

"Aku hanya bertemu klien, Lia. Apa yang kamu pikirkan," jelas Davin mencoba berbohong.

"Aku sekretarismu dan aku sendiri yang mengatur jadwalmu, jadi bagaimana mungkin aku tak tahu itu Mas?"

"Baiklah. Aku jujur, aku bertemu dengan putraku yang lain. Ares. Dia sempat di rawat, tapi kini dia sudah membaik," jelas Davin memberitahu. Dia pikir Lia akan marah setelah memberitahunya, tapi kemudian Lia hanya memperlihatkan wajah biasa saja.

"Kenapa tidak jujur sejak awal sih? Bilang saja begitu, aku tak masalah asal kau tidak macam-macam dengan ibunya, sebab aku benar-benar tak mau tertular penyakit!"

Davin mendesah kasar, Lia sepertinya memandang dirinya pria gampangan yang suka bergonta-ganti wanita. Namun dia takkan membahasnya tak mau Lia lebih naik pitam. Sehingga Davin hanya menurut saja tanpa membela dirinya sendiri.

"Lain kali kamu bisa ikut," ujar Davin menyarankan.

"Ya, itu boleh juga," jawab Lia setuju.

❍ᴥ❍

Sementara itu Lia sedang menyusun rencananya untuk kembali menyingkirkan Lia. Seperti lima tahun lalu, dia menemui jasa edit foto terbaik untuk merekayasa dan memfitnah Lia dihadapan Davin.

"Lakukan sebaik mungkin, buat senatural mungkin. Perempuan di foto ini agar terlihat seperti tengah berhubungan badan dengan laki-laki. Buat beberapa dan kali ini aku akan membayarmu berlipat," jelas Liona serius.

"Benarkah, tapi apakah ini tidak akan menjadi masalah kedepannya. Saya tidak mau terlibat apapun kedepannya," jawab orang yang hendak mengedit foto untuknya.

"Tenang saja. Ini hanya untuk prank ulang tahun sahabatku, jangan cemas begitu," jelas Liona dengan lihainya berbohong.

"Baiklah jika begitu, aku hanya tidak mau terlibat apapun. Perbuatan seperti itu sebenarnya terlarang dan bisa dituntut ke pengadilan, tapi karena cuma untuk prank tak masalah," jawab orang itu.

Liona memang tak menemui orang yang sama dengan orang yang mengedit fotonya lima tahun lalu. Dia pikir itu terlalu beresiko dan Liona tak mau sampai hal itu terjadi.

Liona mempertimbangkan segalanya, sebab perempuan itu sudah sangat matang dengan rencananya. Dia tak mau gagal dan Liona pastikan akan mendapatkan Davin hanya menjadi miliknya.

Sampai pulang dari sana, dia langsung menemui Ares. Membawakan sesuatu, lalu memaksa anak kecil itu meminum sesuatu. "Ayo apalagi yang kamu tunggu Ares, habiskan minumannya! Berhenti membuat aku marah atau murka padamu. Lakukanlah sebelum aku membuangmu ke jalanan!"

"Tapi Ma--"

"Sial! Berhenti memanggilku begitu, berapa kali lagi aku katakan, hah? Aku bukan ibumu, kau ini cuma anak adopsi yang aku pungut!" tegas Liona kesal.

Tak tahan lagi, Liona segera mendekat lalu mencengkram rahang Ares dengan kasar, sampai bocah itu terpaksa membuka mulut. "Minum! Cepat habiskan anak sialan!" geram Liona marah.

"Mmm ... Ares tidak suka. Pahit!" ujar Ares sambil geleng-geleng kepala dan membuat Liona kesusahan melakukannya.

Namun bukan Liona namanya jika dia mengalah. Sehingga wanita itu yang telah naik pitam, mengangkat telapak tangannya mengudara, lalu dan sekejap mendarat di pipi Ares dengan sempurna.

"Aku bilang minum! Artinya kau harus minum bajing*n kecil! Mau membantah lagi, mau aku tampar lagi, hahh?!" bentak Liona terbawa emosi.

Plak!

Sekali lagi dengan hati yang tak punya nurani, Liona menampar pipi Ares. Sampai membuat sudut bibir anak itu sampai berdarah.

"Hiks-hikss! Sakit, jangan pukul A-Ares!" jerit Ares dengan suara pilunya.

Entah sudah berapa kali dirinya diperlakukan kasar seperti itu oleh ibu angkatnya, tapi anak itu masih bertahan sampai sekarang. Luka lebam bahkan membekas di bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian. Ah, ya, Liona memang sekejam itu sekaligus licik. Dia menyembunyikan segala jejak luka yang diciptakan olehnya untuk Ares dari Davin. Atau bahkan bisa saja dia beralibi luka itu adalah bekas bulian dari teman-temannya Ares yang membulinya karena tak punya ayah.

"Itu akibatnya, berani membantah padaku, dan oh ya jangan berani-beraninya memanggilku Mama jika tak ada Davin, paham?!" peringat Liona menggertak.

Tak mau dipukul lagi, Ares pun mengangguk setuju dan bahkan selanjutnya dia menghabiskan minuman yang Liona bawakan untuknya meski rasanya sungguh pahit luar biasa.

'Bagus! Walaupun tidak semua, sebentar lagi tubuhmu akan panas Ares. Oh, tapi kamu tidak akan demam, hanya seperti demam!' batin Liona menyeringai.

"Setelah ini, jika Papa datang kau pura-pura tidur sambil berbicara memanggil-manggil ayah dan juga minta setelah dibangunkan minta dia menikah denganku. Paham?!" tuntut Liona dengan paksa.

Dengan kedua pipi merah dan juga sudut bibirnya yang berdarah. Ares menganggukkan kepala. Dia menangis tapi kini sudah tak bersuara, selain mengerang menahan isaknya, sebab tak berani membuat Liona marah lagi kepadanya.

"Awas saja, jika kali ink gagal. Aku benar-benar menendangmu jika itu terjadi!" ancam Liona.

Ares mengangguk paham, dan Liona segera mengambil kotak obat dan kompres untuk pipi Ares yang memerah karena ditampar. Jangan sampai Davin melihatnya. Begitulah Liona pada Ares melukai dan mengobati, hampir setiap harinya.

Untuk makanan anak itu saja tak pernah diperhatikan. Dia bahkan cuma memberikan makanan siap saji, tanpa mau peduli kalau anak sesuai Ares harusnya memakan makanan yang bergizi. Liona tak sudi melakukan itu, lagian menurutnya Ares harusnya sudah sangat bersyukur diangkat anak olehnya, karena diluar sana mungkin hidup anak itu jauh lebih buruk lagi, jika tanpa Liona.

❍ᴥ❍

Bersambung

MY BOSS IS MY EX-HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang