52. Menggoda Lia

16.6K 427 2
                                    

Davin dan Lia tetap menemui dokter kandungan, meski setelah bertengkar. Mereka memeriksakan kondisi calon anak mereka dan hasil lumayan mengecewakan. Lia tentu saja tak bisa tenang apalagi setelah beberapa masalah yang terjadi, hal itu berdampak buruk pada kandungannya. Membuat Davin sebagai seorang suami mendapat teguran dari dokter.

"Istri anda sedang mengandung dan kandungannya sedang lemah. Tolong jangan membuatnya banyak pikiran, ataupun merasa stress. Karena jika begini terus, kehamilannya bisa mengalami pendarahan lagi, atau paling parah mengalami keguguran," jelas Sang Dokter menatap Davin dengan serius.

Namun Dokter belum selesai sampai di sana. Dia terlihat mengerutkan dahi sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Satu lagi, hal umum yang kita ketahui soal wanita hamil muda, mengenai nafsu makannya yang menurun atau bahkan tidak mau makan sama sekali. Anda juga harus pastikan itu tak terjadi dengan istri anda. Berikan suplemen yang cukup, asupan yang sehat."

Untuk pertama kalinya Davin cuma diam saja sambil menganggukkan kepala. Dia sebenarnya tak suka ditegur, tapi menyangkut calon anaknya dia tampak seperti anak yang patuh.

Setelah itu, dalam keheningan mereka pulang bersama. Masih ada suasana canggung dan juga mencekam. Karena bagaikan pun juga mereka baru bertengkar, apalagi Lia keliatan sinis sekali pada suaminya.

"Kita singgah ke supermarket sebentar ya," ujar Davin seperlunya.

Lia tak menjawab, bahkan membuang muka setelah mendengarnya. Davin cuma bisa menghela nafas lalu menepikan mobilnya.

"Calon ayah macam apa itu? Sudah lupa kata dokter, kalau aku butuh banyak istirahat!" cibir Lia dengan ketus. Maklumlah hormon kehamilan lumayan mempengaruhinya dan membuat moodnya suka tak terkendali.

Beruntunglah Davin tak marah, dan juga tak meladeninya. Pria itu keluar dari mobil dan meninggalkan Lia tanpa bicara. Sayangnya hal itu justru membuat mood Lia semakin buruk.

"Sial. Dia memang suami tak punya perasaan!" geram Lia kesal.

Tak mau menyusul, Lia yang tiba-tiba saja mengantuk malah menurunkan sandaran kursi sampai membuatnya menjadi tempat tidur. Wanita itupun berbaring dan tak sadar ketiduran di sana.

Begitu dia membuka mata, Lia mendapati dirinya sudah di kamar. Berbaring di atas ranjang empuknya, sambil memakai selimut kesayangannya. Menoleh ke samping, dia menemukan beberapa hidangan di atas meja, lengkap dengan segelas susu pisang di sana. Ada buah, bubur ayam, dan juga vitamin.

Menoleh kesamping satunya lagi, ternyata ada sikecil Raka yang sepertinya sudah ketiduran disebelahnya sambil memeluk robotnya. Lia mengerutkan dahi melihat semua itu. Sebenarnya dia mengerti itu ulah Davin, tapi sekarang kemana suaminya itu.

Lia segera bangkit dari tempat tidur, lalu membenarkan cara tidurnya Raka, kemudian keluar kamar untuk mencari Davin.

Ternyata pria itu ada di dalam ruangan kerjanya. Terlihat sangat serius dan tengah berbicara dengan seseorang lewat telepon.

"Aku mau yang terbaik untuk istriku, aku mau dia senang dan menyukainya. Lakukan yang terbaik dan jangan mengecewakan!" ujar Davin sangat serius.

Dia sama sekali tak menyadari kalau Lia ada dibelakangnya dan sudah mendengarkan ucapannya. "Ah, ya. Satu lagi, tolong carikan pakaian dan juga sepatu yang nyaman untuk ibu hamil!"

Setelah Davin mengatakan itu, Lia pergi tanpa menyapa atau membuat suaminya sadar dengan kehadirannya. Mengusap perut ratanya, Lia termenung memikirkan sesuatu. Davin begitu memperhatikan dirinya, tapi tak perlu heran lagi, dia pada Raka saja melebihi itu, apalagi pada kesempatan ini dia diberi kesempatan menjadi ayah mulai dari sejak anaknya menjadi janin. Davin sepertinya tidak mau melewatkan apapun.

"Sebegitu sayangnya ayah kalian padamu dan kakakmu Raka, Nak. Andai saja pada Mama dia juga begitu," ujar Lia sedikit berharap.

Menuju ke dapur, Lia berjalan sambil membuang nafasnya kasar. "Huhh, beginilah nasib jadi wanita bodoh, sudah ditindas habis-habisan masih saja ngarep!" ujarnya meledek dirinya sendiri.

Namun ternyata yang tak Lia sadari, Davin sudah mengetahui kehadirannya. Dia memang tak menoleh sebelumnya, tapi hal itu tak membuat telinganya tuli sampai tak mendengar suara langkah dari seseorang.

Saat mendengar langkah itu menjauh, Davin berbalik dan menemukan istrinya pergi. Dia tersenyum lalu menutup teleponnya. Hal selanjutnya yang Davin lakukan adalah mengikuti Lia, lalu karena itu diapun sudah mendengarkan ucapan istrinya.

Pria itupun segera tersenyum puas, mengetahui sang istri masih mengharapkan kasih sayangnya. Dia begitu bahagia, tapi berubah menjadi gemas saat mendengar gerutu Lia yang mengatai dirinya sendiri.

"Kamu ingin makan sesuatu?" tanya Davin akhirnya buka suara, Lia menoleh dan terkejut sudah melihatnya di sana. Namun, kemudian wanita itupun segera setelahnya menormalkan raut wajahnya.

"Masih nanyak?" dumel Lia kesal sendiri entah kenapa. "Minimal kalau kamu memang perhatian pada calon anakmu, jangan tanya sudah makan, tapi langsung kasih makan!"

"Tapi aku sudah melakukan itu Lia, aku menyiapkan makananmu di kamar," jelas Davin membela diri dan dia tak salah, memang benar apa yang diucapkan.

Lia segera tersadar dengan hal itu dan mengangguk setuju. Moodnya yang kesal pun dalam seketika hilang. "Iya juga sih, tapi kok aku sampai lupa. Tahu begitu kenapa aku malah kemari dan mencari makan ya, Mas?"

"Bawaan bayi kali, jangan-jangan kamu makan di sini," jelas Davin memberitahu. "Kamu tunggulah di sini, biar aku ambilkan makananmu ke kamar," ujar Davin yang langsung melakukan ucapannya.

"Benar-benar bucin anak, Mas Davin. Sampai segitunya dia baikin aku. Tidak Lia, jangan sampai baper dan habis melahirkan harus siap-siap, Mas Davin yang tidak punya hati itu pasti akan kembali ke wujud aslinya," ujar Lia memperingatkan dirinya sendiri.

Tak lama, Davin segera datang dengan makanannya dan dia segera meletakkannya dihadapan Lia. "Sudah agak dingin, apa mau makan yang baru saja?"

"Bahkan kalau sudah beku aku akan tetap memakannya. Jadi nggak usah berlebihan dan tolong berhenti bersikap terlalu baik kepadaku. Jujur saja akhir-akhir ini Mas mulai berubah," ujar Lia mengutarakan uneg-unegnya.

Namun Davin justru tak menanggapinya dengan serius. "Berubah apa? Aku masih jadi manusia, Lia istriku. Aku tidak jadi spider ataupun monster kok."

Lia setelah mendengarnya segera memutar bola matanya jengah. "Yang benar aja, mau jadi spiderman. Memangnya udah pernah digigit tarantula apa?"

"Tidak pernah, tapi kalau digigit sama kamu sih sering," ujar Davin yang malah berujung menggoda Lia.

Akan tetapi Lia juga tak mau kalah, atau menunjukkan kekesalannya. "Coba sini tunjukkan mana bekas gigi aku?"

"Yah, nggak mungkin ada Lia," jawab Davin dengan sebenarnya.

"Berarti kamu cuma ngaco Mas, tuh buktinya nggak ada. Ah, sudahlah. Capek ngomong sama Mas, lebih baik aku makan sekarang. Seenggaknya itu bisa bikin perut aku kenyang."

"Kalau makan aku, kamu bisa kenyang juga nggak?!" tanya Davin yang belum jera dan kembali menggoda Lia.

Mendengar itu Lia tak bisa menyembunyikan semburat merah di pipinya, tapi tentu saja dia masih tak mau kalah. "Kenyang! Sangat kenyang malah. Bahkan sampai sembilan bulan lamanya!"

❍ᴥ❍

Bersambung

MY BOSS IS MY EX-HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang